Adakah Wanita (Seorang Istri) Yang Setuju Jika Suaminya Berpoligami?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Adakah Wanita (Seorang Istri) Yang Setuju Jika Suaminya Berpoligami?
Faktor Istri Mau Dipoligami Pada Umumnya.
Biasanya yang sudah terlalu pasrah dengan hidupnya (bisa karena bergantung secara ekonomi), atau memang sudah tidak ada rasa lagi pada sang suaminya.

Jadi si suami mau ngapain juga dia sudah masa bodoh. Kebanyakan sih, gabungan dari kedua alasan tersebut.

Bagi Bitter Coffee Park, jaman sekarang poligami sudah tidak relevan lagi. 

Di masa lalu, poligami mungkin bisa membantu sebagian kaum perempuan karena kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan mencari uang juga tidak seluas sekarang. 

Dahulu juga poligami dianggap perlu karena mencerminkan status seseorang, misalnya kaisar di Tiongkok yang punya ribuan selir, atau juragan-juragan kaya yang punya lebih dari dua istri. 

Tapi jamannya sudah berbeda, nilai-nilai sudah bergeser. 

Laki-laki yang punya banyak istri tidak dianggap keren seperti dulu, malah sekarang dianggap mata keranjang. 

Kaum perempuan bisa memutuskan sendiri jalan hidupnya walaupun tanpa bantuan laki-laki, jadi poligami dalam hal ini lebih banyak mudharatnya.

Salah satu mudharatnya yang paling fatal adalah rentannya penyakit menular sxsual yang acap kali diderita orang yang berganti-ganti pasangan. 
Ah.. itu kan yang suka jajan! 
Kata penggemar poligami. 

Monmaap ya, penyakit tidak memandang status hubungan Sahabat Bitter. Siapa saja yang berganti-ganti pasangan bisa tertular.
Amit-amit dah!!!!

Alibi Laki-Laki (Seorang Suami)
Ada orang yang berpendapat jika istri yang bersedia dipoligami akan masuk surga, saya pasti akan berusaha cari pintu lain menuju surga.
Banyak jalan menuju Roma
Herannya, poligami ini seringnya jadi dalih para laki-laki yang katanya sholeh dan beriman untuk menghalalkan hasrat kelelakiannya dalam satu hubungan legal yaitu pernikahan. 

Saya sebagai wanita sih berpikir jika niat ibadah dan membawa-bawa agama dalam niat poligami itu hanya omong kosong belaka.

Tetap saja, saat seorang pria sudah beristri namun mata, hati, dan raganya masih ingin memiliki wanita lain dengan dalih apapun sama saja dengan penghianat. 

Percaya deh.......??!!!
Tidak ada perempuan waras di dunia ini yang bersedia berbagi suami. Itu cuma ada di film!
☆☆☆☆☆
Esensi Praktik Poligami Rasulullah SAW
Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalamdiceritakan dalam berbagai literatur bahwa, ia mengakui dan melakukan poligami. Diriwayatkan pula, istri Nabi Muhammad mencapai 11 perempuan.

Hal itulah, yang menjadi dasar sebagian laki-laki saat ini mengonfirmasi dan mempraktikkan poligami itu sendiri dengan dalih sunnah. Meski demikian, bak duri dalam daging, poligami masih menjadi polemik di tengah masyarakat dan kerap menjadi topik utama pembahasan di atas meja. 

Sebagian lain mengamini ajaran poligami secara tekstual, sebagian lagi berpendapat apa yang dilakukan Nabi Muhammad adalah upaya mengatur poligami agar tidak dilakukan serampangan.

Poligami yang dilakukan Rasulullah mempunyai riwayat dan pertimbangan yang panjang. Ia mengatakan, poligami versi Nabi Muhammad memiliki tujuan terukur, alih-alih hanya tertarik kepada kecantikan fisik.

Selama menikah dengan Siti Khadijah kira-kira 25 tahun, Nabi Muhammad sama sekali tidak terbesit menikah lagi meskipun saat itu dirinya masih muda. 

Nabi Muhammad baru memulai poligami saat usianya menginjak 51 tahun, setelah istri pertamanya meninggal.

Setelah Siti Khadijah meninggal, nabi Muhammad merawat enam anaknya dalam kondisi menduda. 

Dari situlah, beliau berpikir untuk mencari pendamping dalam mendidik anak-anaknya.

Lalu beliau menikah dengan Saudah binti Zama'ah, seorang janda berusia 55 tahun, literatur lain menyebut Saudah berusia 70 tahun. 

Tidak hanya itu, saat dinikahi nabi, Saudah juga sudah memiliki lima hingga enam anak yang masih kecil-kecil, versi lain mencatat Saudah memiliki 12 anak.

Pernikahan Nabi SAW dengan Saudah dilaksanakan pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh kenabian dan setelah kematian Khadijah di Makkah. 

Dikatakan dalam riwayat lain, pernikahan dilakukan pada tahun kedelapan Hijrah dengan mahar sekitar 400 dirham atau setara dengan Rp 1,5 juta saat ini.

Setelah Saudah diajak berhijrah ke Madinah, ia merasa dirinya sudah semakin tua. Karena hal itu pula, Saudah mengizinkan Nabi Muhammad untuk menikah dengan Aisyah.

Setiap pernikahan Rasulullah memiliki tujuan mulia, yakni untuk memuliakan perempuan yang dinikahinya. 

Karena seluruh perempuan yang dinikahi Nabi (kecuali Aisyah) merupakan janda paruh baya yang memiliki banyak anak.

Selain tujuan memuliakan perempuan, ada misi politik Rasulullah dalam menikahi perempuan untuk melawan sentimen antietnis. 

Diceritakan, nabi Muhammad pernah menikahi seorang perempuan keturunan Yahudi, Shafiyah binti Huyay, anak dari pemimpin kaum Yahudi saat itu.

Dalam perang Khaibar, diriwayatkan Shafiyah merupakan salah satu tawanan perang kaum Muslim. 

Meski tawanan perang mendapat perlakuan manusiawi dari Nabi, ia juga menawarkan kemerdekaan dan keamanan bagi Shafiyah jika ingin menikah dengannya. 

Diceritakan pula, ketertarikan Shafiyah pada Islam membuat dirinya mau dipersunting nabi. 

Ini menunjukkan bahwa permusuhan Rasul dengan Yahudi itu bukan permusuhan etnis betul-betul karena pelanggaran orang Yahudi terhadap kesepakatan bersama. 

Hal itu pula, lanjutnya, yang membuktikan bahwa sebenarnya Nabi Muhammad bukan merupakan orang antisemit atau orang-orang yang membenci kaum Yahudi.

Ada niatan dakwah dalam diri Rasulullah ketika berpoligami.

Dan kesemuanya itu untuk kepentingan banyak orang dalam menyebarkan Islam. 

Karena faktanya, Nabi Muhammad seumur hidupnya lebih lama beristri satu daripada berpoligami.

Kisah Rumah Tangga Poligami Rasulullah SAW
Suatu hari Rasulullah didatangi seorang perempuan.
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ لِي ضَرَّةً، فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ تَشَبَّعْتُ مِنْ زَوْجِي غَيْرَ الَّذِي يُعْطِينِي؟ 
Artinya:
Wahai nabi, sesungguhnya aku memiliki ‘dlarrah (sesama istri lain dari sang suami). Apakah aku bersalah jika aku menunjukkan rasa kecukupan pada suamiku itu, padahal ia tidak memberikan hal yang cukup padaku?

Kisah ini diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari melalui periwayatan Asma’ binti Abu Bakr As-Shiddiq.

Rasulullah menjawab kepada perempuan penanya itu.
الْمُتَشَبِّعُ بِمَا لَمْ يُعْطَ، كَلَابِسِ ثَوْبَيْ زُورٍ
Artinya:
Orang yang menampakkan kecukupan dari apa sebenarnya yang tidak diberikan bagai memakai pakaian kepalsuan.

Riwayat kisah ini secara semakna juga diriwayatkan Saudari Asma’, yaitu Aisyah RA dalam kitab Shahih Muslim

Dalam kitab Shahih-nya, 
  • Imam Al-Bukhari memasukkan kisah di atas secara spesifik dalam pembahasan Kitabun Nikah
  • Sedangkan Imam Muslim mencatatnya dalam pembahasan Etika Berpakaian
Secara eksplisit, makna hadits di atas adalah jangan berpura-pura bahagia atas apa yang sebenarnya tidak ada dan tidak dimiliki baik soal pakaian maupun soal kebahagiaan dari suami.

Mari kita cermati. 
Dalam redaksi riwayat-riwayat ini, ada istilah dlarrah (ضَرة) yang dalam bahasa Indonesia berarti istri madu, atau istri lain dari satu suami. 

Silakan Sahabat Bitter menelusuri dalam kamus-kamus Bahasa Arab-Indonesia yang lumrah dipakai di sekolah atau madrasah, yaitu:
  • Kamus Al-Munawwir; dan/ atau 
  • Kamus Mahmud Yunus.
Untuk menemukan arti kata dlarrah di atas Anda perlu merujuk pada kata asalnya, yaitu  (ضَرَّ-يَضُرُّ) yang memiliki makna merusakkan, memberi kemelaratan, merugikan. 

Kata dlarrah dalam hadits di atas adalah turunan dari kata tersebut.

Dalam bahasa Arab, sebuah kata memiliki makna yang memiliki keterkaitan dengan kata asalnya. 
Baca Juga:
Ibnul Manzhur, sastrawan Arab klasik yang menyusun ensiklopedi kata-kata bahasa Arab Lisanul Arab menyebutkan bahwa istri lain dinamakan dlarrah karena satu sama lain itu akan saling membahayakan. 

Selain itu, Ibnu Hajar Al-Asqalani memberikan komentar tentang arti kata dlarrah yang memiliki bentuk plural dlara’air.
ضَرَائِرُ جَمْعُ ضَرَّةٍ وَقِيلَ "لِلزَّوْجَاتِ ضَرَائِرُ" لِأَنَّ كُلَّ وَاحِدَةٍ يَحْصُلُ لَهَا الضَّرَرُ مِنَ الْأُخْرَى بِالْغَيْرَةِ
Artinya:
Dlara’air adalah bentuk jamak dari kata dlarrah, seperti contoh ‘liz zaujat adl dlaraair’ (istri-istri itu memiliki sesama istri lain dari suami yang sama). Dinamakan dlarrah karena setiap Istri Madu itu bisa membahayakan lainnya sebab cemburu.

Keterangan ini adalah komentar Ibnu Hajar terkait kisah Rasulullah SAW dalam kisah yang populer dengan peristiwa Haditsul Ifki saat Aisyah RA dikabarkan berbuat kurang elok dengan seorang sahabat. 

Kabar palsu ini tersiar. 
Aisyah RA yang sedih dan resah akibat kabar tersebut pulang kepada orang tuanya untuk memeriksa kebenaran tersebut.

Tiba di rumah, Aisyah RA mengadu kepada ibunya. Ibunya berkata, 
Nak, meskipun nyata-nyata seorang suami itu menyayangi seorang perempuan, tapi jika sang suami itu memiliki dlara’air istri-istri lain, maka tentu saja orang-orang akan banyak bergosip miring tentang perempuan yang ‘dimadu’ itu.

Subhanallah, seperti itukah yang dibicarakan orang-orang?
Aisyah RA kecewa. Semalam itu ia menangis.

Masalah menjadi pelik. Rasulullah sebelum turun wahyu terkait klarifikasi langsung dari Allah perkara kisah ini dalam Surat An-Nur mendiamkan Aisyah, bahkan juga sempat bermusyawarah dengan beberapa sahabat tentang rencana berpisah dengan Aisyah RA.

Memiliki istri lebih dari satu ternyata berbahaya dan membahayakan sebagaimana asal katanya dalam bahasa Arab. 

Nabi Muhammad SAW saja yang agung-agunging menungso, insan paling adiluhung, pun terdampak masalah yang rumit sebab perkara ‘istri madu’ dan poligami.
Berpura-pura bahagia itu duka. 
Bagi pria maupun perempuan, mendua akan menambah luka. 
Istri madu nyatanya tak semanis madu. 
Wallahu a’lam.
Baca Juga
  1. Dakwah Islamiyah Yang Relevan Di Ponpres
  2. Mengenal Sholat Sebagai Rukun Islam Ke Dua
  3. Shalawat Mukhathab, Bacaan Sholawat serta Penjelasannya
  4. Shalawat Munjiyat, Bacaan Sholawat serta Penjelasannya
  5. Shalawat Nur Al Anwar, Bacaan Sholawat serta Penjelasannya 
  6. Sholawat Al Nuraniyah atau Badawi Kubro, Bacaan Shalawat serta
  7. Sholawat Al-Fatih, Bacaan Shalawat serta Penjelasannya
  8. Sholawat Ibrahimiyah, Bacaan Shalawat serta Penjelasannya 
  9. Sholawat Nabi: Pengertian & Dalil-Dalil Berkenaan dengan Sholawat
  10. Sholawat Nariyah, Bacaan Shalawat serta Penjelasannya -
  11. Sholawat vs Shalawat, Mana yang Benar Penulisannya? 
Baca Juga:
  1. Cadar Bukan Urusan Iman atau Agama
Baca Juga:
  1. Alasan Kerennya Jadi Santri
  2. Dakwah Ala Santri Nusantara
  3. Dakwah Islamiyah Yang Relevan Di Ponpres
  4. Identitas Santri Dengan Karakter Yang Ramah
  5. Ideologi Santri Nusantara
  6. Kewaskitaan Organisasi Para Santri
  7. Memerangi Kemunafikan Ala Santri
  8. Santri Tidak Boleh Berbuat Sekehendaknya
  9. Sikap Santri Di Era Generasi Millenial
  10. Tantangan Dakwah Santri Zaman Mellennial
Baca Juga:
  1. Aliran Kejawen Sapto Darmo
  2. Islam Kejawen Dan Sanepanan Ajaran Islam
  3. Islam Nusantara
  4. Tahlil Itu Kebudayaan Islam Nusantara
Baca Juga:
  1. Ajian Mantra Jawa (Spiritual Jawa) 
  2. Antara Ilmu Debus Dan Ilmu Kanuragan 
  3. Beda Spiritual Dengan Paranormal 
  4. Ilmu Betara Karang
  5. Ilmu Pengasihan Jawa 
  6. Ilmu Santet Banaspati 
  7. Kesurupan Dan Cara Menanganinya 
  8. Kesurupan Nyai Sekar Arum Melati 
  9. Perkembangan Paranormal (Dukun/ Orang Pintar) Di Era Milenial
  10. Permainan Tradisional Supranatural Jelangkung 
  11. Pertarungan Ilmu Hitam Dan Putih 
  12. Pesan Nyi Sekar Arum Melati Untuk Gunung Merapi
[Baca: Perkembangan Paranormal (Dukun/ Orang Pintar) Di Era Milenial]
Baca Motivasi Dari Bitter Coffee Park
  1. Cinta Akan Mengajarkan Kebaikan
  2. Cinta Bisa Datang Kapan Saja
  3. Cinta Membuatmu Tidak Merasa Sendiri
  4. Cinta Tidak Memaksakan Perhatian
  5. Cinta Yang Mampu Membuat Hidup Dan Pribadi Sahabat Bitter Lebih Baik
  6. Cinta Yang Membuatmu Bahagia Dan Sedih
  7. Definisi Sukses yang Wajib Sahabat Bitter Ketahui
  8. Kebaikan Menanam Kebaikan
  9. Kebimbangan Akan Membuat Cinta Sejati Sahabat Bitter Datang Terlambat
  10. Kita Harus Menghapus Masa Lalu Yang Suram
  11. Kunci Kebahagiaan Hidup Ala Bitter Coffee Park
  12. Menggapai Mimpi Yang Besar
  13. Motivasi Kehidupan Dari Cinta Sejati
  14. Pentingnya Mengendalikan Kemarahan
  15. Saatnya Menjadi Bahagia Dan Belajar Mencintai
  16. Semua Yang Bernyawa Pasti Mati
  17. Tebarkan Cinta Kasih Untuk Sesama
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT