Permainan Tradisional Supranatural Jelangkung

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Permainan Tradisional Supranatural Jelangkung
Ada yang tahu cara main jelangkung? Dua cewek bule ini tahu bagaimana cara main jelangkung dan nekat mencobanya di sebuah gedung tua.

Tim INI INDONESIA, mengajak dua mahasiswi asing asal Belanda yakni Door Van Der Wiel dan Titia Kuipers yang sedang mengambil program kuliah di ITB, Bandung, Jawa Barat, untuk mencoba langsung permainan Jelangkung ini.
Jelangkung adalah sebuah permainan tradisional nusantara yang bersifat ritual supernatural. Jelangkung umumnya dilakukan sebagai ritual untuk memanggil arwah. Media yang digunakan untuk menampung arwah dalam permainan Jelangkung adalah sebuah gayung air yang umumnya terbuat dari tempurung kelapa yang kemudian didandani pakaian dan bergagang batang kayu. Pada boneka jelangkung diikatkan alat tulis, boneka akan bergerak dan mulai menulis saat sang arwah sudah hadir.

Asal penggunaan istilah "Jailangkung" diduga berhubungan dengan sebuah Kepercayaan tradisional Tionghoa yang telah punah. Ritual ini adalah tentang adanya kekuatan dewa "Poyang" dan "Moyang" (mirip istilah "nenek moyang") yaitu Cay Lan Gong ("菜篮公", "Dewa Keranjang") dan Cay Lan Tse yang dipercaya sebagai dewa pelindung anak-anak. Permainan Cay Lan Gong juga bersifat ritual dan dimainkan oleh anak-anak remaja saat festival rembulan.

Dalam ritual Cay Lan Gong, dewa "Poyang" dan "Moyang" dipanggil agar masuk ke sebuah boneka keranjang yang tangannya dapat digerakkan. Pada ujung tangan boneka tersebut diikatkan sebuah alat tulis, biasanya kapur. Boneka tersebut juga dihiasi dengan pakaian manusia, dikalungi kunci dan dihadapkan ke sebuah papan tulis, sembari menyalakan dupa. Saat boneka tersebut menjadi terasa berat menurut mereka menjadi pertanda bahwa boneka itu telah dirasuki dewa, dan bergerak mengangguk sebagai pertanda setuju setelah ditanyakan siap tidaknya untuk ditanyai, jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan akan dituliskan oleh dewa yang merasuki boneka tersebut pada papan tulis yang disediakan.

Ritual Cay Lan Gong sendiri telah punah di Tiongkok, namun diduga ritual dan namanya kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi Jailangkung dan masih hidup karena hubungan negeri Tiongkok dan Nusantara yang telah berlangsung ribuan tahun. Berbeda dengan Cay Lan Gong, media yang digunakan untuk menampung dewa yang dipanggil dalam Jailangkung adalah gayung penciduk air yang diiringi dengan nyala kemenyan dan perapian. 

Jaman dahulu gayung terbuat dari tempurung kelapa yang digagangi kayu, sehingga dalam perkembangannya, permainan Jailangkung di Nusantara lebih dikenal dengan ritual pemanggilan dewa lewat boneka berkepala tempurung kelapa yang didandani pakaian. Tetap sebagai permainan anak, boneka ini akan dipegang oleh dua anak yang masih kecil dan dipandu oleh seorang pawang yang memanggil dewa dengan sebuah mantra. Jawaban dari semua pertanyaan akan dituliskan pada sehelai kertas, batu tulis atau kapur. Ritual ini dalam perkembangannya di Indonesia mulai digunakan untuk hal-hal selain permainan belaka, seperti untuk mencari informasi tentang diagnosa penyakit dan pengobatannya oleh praktisi kesehatan non-konvensional.

Oleh orang Jawa, permainan Jailangkung dikenal dengan sebutan "Nini Thowong" atau "Nini Thowok". Permainan ini tidak hanya dikenal sebagai permainan tradisional anak-anak, tapi juga dilakukan sebagai usaha menjaga keselamatan desa dan menolak bala. Untuk tujuan tersebut, ritual ini dilakukan bukan oleh anak kecil, melainkan orang yang sudah dewasa.

Versi Jawanya juga dapat dimainkan dengan menggunakan peralatan tulis jangka. Versi permainan yang berkembang di daerah-daerah khususnya di pulau jawa, umumnya dahulu dimainkan di desa-desa dengan menggunakan medium orang-orangan sawah untuk memanggil makhluk halus.

Ritual serupa yang dikenal orang Minangkabau disebut "Lukah Gilo". Permainan ini berkembang dalam bentuk seni pertunjukan di Desa Lumpo Timur, Kecamatan Ampek Balai Juran, Kabupaten Pesisir Selatan. Pertunjukan ini dimainkan oleh seorang pawang atau "Dukun Lukah" dan satu sampai empat orang pemain yang bertugas memegang "lukah" tersebut. "Lukah" adalah alat untuk menangkap ikan air tawaryang terbuat dari bambu yang dianyam, bentuknya menyerupai vas bunga. Keranjang "Lukah" ini digunakan untuk pertunjukanLukah Gilo dengan mendandaninya menyerupai orang-orangan seperti halnya dalam permainan Cay Lan Gong. Tangannya dibuat dari kayu lurus atau bambu, dan kepalanya dibuat dari labu atau tempurungkelapa. "Lukah" itu juga dirias dengan kain,baju, selendang, korset, dan wajahnya dirias layaknya perempuan.

"Lukah" tersebut kemudian dibisiki mantra oleh pawangnya hingga menjadi "gila" karena bergerak kian kemari. Gerakan itu akan semakin menjadi-jadi setiap kali pawang membaca mantra. Yang menjadi tontonan dalam pertunjukan ini adalah para pemain yang memegang lukah itu. Mereka akan terbawa kian kemari seiring semakin meng"gila"nya "lukah" tersebut. Penonton pun akan menyoraki pemain agar suasana semakin ramai. Gerakan "lukah" tersebut baru akan berhenti apabila pawang berhenti memantrainya atau ada seseorang yang memasang "ijok", yaitu bagian dalam dari ekor lukah.

Pertunjukan "Lukah Gilo" ini biasanya dipertunjukkan pada acara perkawinan atau acara-acara khusus untuk yang diadakan masyarakat Minangkabau setempat. Waktu pertunjukan umumnya dilakukan pada malam hari yang diyakini lebih mudah untuk memanggil makhluk halus.

Cara main jelangkung, tidaklah mudah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Diantaranya boneka kayu atau batok yang diikatkan dengan alat tulis, kembang 7 rupa, kopi pahit, dupa/ hio, kemenyan, jajanan pasar 7 rupa, hingga tanah kuburan. Selain itu, cara main jelangkung lainnya yang harus dipenuhi adalah jumlah pemain jelangkung. Ketentuan dalam bermain jelangkung adalah pemain haruslah berjumlah ganjil. Misalnya 3 orang atau 5 orang, dimainkan pada malam hari dan di tempat yang terbilang sepi dan kosong.

Selama permainan berlangsung dilarang lari atau secara tiba-tiba melepaskan boneka saat arwah sudah mulai hadir di boneka jelangkung. Konon jika itu terjadi, arwah akan tetap berkeliaran mengikuti pemain. Selain itu, ada mantra yang harus diucapkan oleh salah satu pemain, mantranya adalah “Jelangkung Jelangset, disini ada pesta kecil, datang tak dijemput pulang tak diantar”. Diucapkan hingga boneka bergerak dengan sendirinya pertanda arwah sudah masuk ke boneka.
Baca Juga:
  1. Ajian Mantra Jawa (Spiritual Jawa) 
  2. Antara Ilmu Debus Dan Ilmu Kanuragan 
  3. Beda Spiritual Dengan Paranormal 
  4. Ilmu Betara Karang
  5. Ilmu Pengasihan Jawa 
  6. Ilmu Santet Banaspati 
  7. Kesurupan Dan Cara Menanganinya 
  8. Kesurupan Nyai Sekar Arum Melati 
  9. Perkembangan Paranormal (Dukun/ Orang Pintar) Di Era Milenial
  10. Permainan Tradisional Supranatural Jelangkung 
  11. Pertarungan Ilmu Hitam Dan Putih 
  12. Pesan Nyi Sekar Arum Melati Untuk Gunung Merapi
Baca Juga:
  1. Ajian Mantra Jawa (Spiritual Jawa) 
  2. Antara Ilmu Debus Dan Ilmu Kanuragan 
  3. Ilmu Pengasihan Jawa 
  4. Ilmu Santet Banaspati 
  5. Mengenal Aji Bandung Bondowoso (Nyi Lara Jongrang) 
  6. Permainan Tradisional Supranatural Jelangkung 
  7. Pertarungan Ilmu Hitam Dan Putih 
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT