Memerangi Kemunafikan Ala Santri

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Memerangi Kemunafikan Ala Santri
Orang-orang mungkin menyuarakan tujuan-tujuan yang terluhur dan memamerkan ketulusan, tetapi kita perlu memperlihatkan kewaspadaan yang masuk akal dan tidak segera mempercayai setiap orang dari nilai luarnya saja.
Tidakkah kita akan dengan saksama memeriksa uang kertas kita jika kita tahu bahwa ada banyak uang palsu yang beredar?
Sahabat Bitter, sungguh kemunafikan itu hampir sulit dikenali, karena orang yang terjangkit sifat munafik biasanya berusaha meniru perbuatan orang-orang beriman, orang munafik juga turut Shalat dan berpuasa, namun sebenarnya hatinya lalai.

Orang munafik biasanya menggunakan lisannya untuk berdusta, mengaku dirinya telah beriman padahal tidak. Mencoba tampil manis di depan orang-orang agar mereka terkecoh dengan pencitraan.

Sahabat Bitter, mengapa kita perlu sekali menjauhi sifat munafik? 
Ya, tentu saja karena orang munafik tidak akan memperoleh pertolongan Allah.

Nifak atau pelakunya disebut munafik merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya. 

Jika tidak ditangani sesegera mungkin akan mengakibatkan penderitanya binasa. 

Penyakit ini adalah penyakit yang amat menjijikkan dan mengakibatkan penyimpangan yang amat buruk. 

Seorang muslim sejati tentu sangat mewaspadai penyakit akut ini, hanya saja terkadang ia tidak menyadari bahwa ternyata ia telah terjangkit penyakit ini, terutama nifak yang bersifat lahiriah.

Di antara bentuk amanah lain ialah jabatan yang bersifat politik, dari mulai pejabat RT, kepada desa, bupati, hingga kepresidenan. 

Mereka bertanggungjawab melaksanakan amanah yang besar ini tanpa diperkenankan menyelewengkannya. 

Jika ada dana yang seharusnya disalurkan untuk kepentingan masyarakat, maka tidak selayaknya dialihkan untuk kepentingan pribadi. 

Kemudian setelah tercium tidak-tanduknya, mulai mengeluarkan jurus andalan, lempar batu sembunyi tangan. 

Saling menyalahkan dan saling mengancam akan membongkar rahasia kejahatan masing-masing orang yang turut serta bersamanya.

Pejabat pemerintahan juga bertanggungjawab atas keamanan dan kemaslahatan masyarakat serta sejumlah tanggung jawab lainnya yang tidak bisa diremehkan. 

Seorang pejabat itu mestinya bertindak sebagai pelayan masyarakat, bukan malah merasa sebagai orang besar yang harus dihormati. 

Oleh karena itu, memegang amanah kepemimpinan itu tidak mudah apalagi di negara besar seperti Indonesia. 

Tentu mengurus negara ini tidak semudah mengurus rumah tangga. 

Jika para pejabat tidak menunaikan amanah dengan baik padahal sudah dipercayai rakyat, bagaimana jika kelak di hari kiamat para pejabat itu dituntut oleh rakyat yang dahulu mempercayakan amanah pada mereka. Celakalah ia.

Semakin kita dapati ada orang yang selalu menunaikan kewajiban dengan sempurna, maka berarti orang tersebut memiliki iman yang kuat. 

Sebaliknya, jika ada orang sembrono berbuat khianat, maka ketahuilah bahwa imannya sedang dalam bahaya.

Munafik adalah mereka yang menampakkan keislaman, tapi menyembunyikan kekafiran. 

Tentunya memastikan hal tersebut di zaman ini sesuatu yang sangat sulit. 

Terlebih pedoman yang sudah masyhur menjadi pegangan para ulama adalah bahwa kita hanya menghukum apa yang tampak dan urusan batin kembali pada Allah SWT. 

Karenanya menyatakan bahwa si fulan adalah 
Orang munafik sehingga dia tidak berhak diperlakukan sebagaimana layaknya orang beriman adalah hal yang tergesa-gesa dan kurang cermat.
Sebagaimana kita ketahui bahwa mengetahui apakah seseorang itu munafik atau bukan tidaklah mudah, bahkan bagi para sahabat Rasulullah SAW yang hidup bersama-sama dengan mereka. 

Sejarah mencatat bahwa ada satu orang yang mengetahui nama-nama kaum munafik satu per satu selain Rasulullah SAW, ia adalah
Sahabat Hudzaifah yang berjuluk Pemegang Rahasia Rasulullah SAW. 

Setelah Rasulullah SAW wafat, Hudzaifah kemudian menjadi rujukan dalam menentukan apakah seseorang itu munafik atau tidak. 

Sebut saja Umar bin Khattab, khalifah kedua umat Islam, tidak menyolatkan jenazah yang tidak beliau kenal sampai datang Hudzaifah dan menyolatkan jenazah tersebut (lihat Tafsir Ibn Katsir), karena Hudzaifah mengetahui siapa saja orang munafik dan tidak ada yang mengetahui hal tersebut selain beliau (Syarah Shahih Bukhari oleh Imam al-Aini). 

Yang ingin penulis garisbawahi adalah fakta bahwa setelah wafat Hudzaifah tidak ada lagi orang yang mengetahui kemunafikan seseorang sebagaimana dikatakan para ulama. Adapun jika seseorang menunjukkan tanda-tanda kemunafikan, maka yang harus kita lakukan adalah kembali pada kaidah di atas. Sebab memberi cap seorang sebagai munafik sama berbahayanya dengan memberi stempel kafir.
Pada akhirnya, persatuan umat Islam adalah hal yang kita harapkan bersama. Pelabelan seorang muslim dengan label kafir atau munafik justru membuat persatuan semakin jauh terasa atau bahkan hanya sekedar dongeng belaka. 

Mari kembali pada prinsip bahwa semua yang mengucapkan kalimat syahadat adalah saudara kita seiman, seagama. Ayo kembali pada Pedoman Al-Qur’an untuk saling memperbaiki dan mengajak pada kebaikan. Jika kita melihat bahwa mereka yang memilih cagub non-Muslim itu keliru, bimbing dan beri pemahaman pada mereka. 

Tugas kita adalah saling menasihati dan mendoakan agar Allah Swt senantiasa menyirami kita dengan hidayah-Nya dan membimbing setiap langkah kita menuju ridha-Nya. Bukankah Rasul SAW senantiasa berdoa:
Wahai Allah beri hidayah kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengetahui.
Mari wujudkan Islam yang bersatu walau dalam perbedaan pendapat, Islam yang mampu bekerja sama dalam mencerdaskan umat, bukan Islam yang saling ribut dan melaknat, juga bukan Islam yang saling menyalahkan dan menghujat

Contoh sederhana mungkin sering kita baca dalam buku pelajaran tentang moral, misalnya:
  1. Ketika melihat orang tua yang akan menyeberang jalan, bantulah ia menyeberang. 
  2. Ketika melihat ibu hamil di kendaraan, berilah tempat duduk. 
  3. Ketika melihat wanita kesulitan membawa barang berat, bantulah membawakan.

☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT