Kebimbangan Akan Membuat Cinta Sejati Sahabat Bitter Datang Terlambat

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Kebimbangan Akan Membuat Cinta Sejati Sahabat Bitter Datang Terlambat
Membuka hati tidak sesederhana membalik halaman buku. Terkadang, cinta memang butuh ditunggu hingga mencapai titik dimana rasa itu dapat berkembang untuk menyatu. Misalnya, Sahabat Bitter yang masih belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang masa lalu, lantas dipertemukan dengan orang baru yang menawarkan cinta untukmu.

Sahabat Bitter ingin melangkah menuju kisah baru, tapi hati nyatanya masih terpaut pada cerita lalu. Dan, cerita silam tersebut kadang belum sepenuhnya tutup buku. Misalnya, cerita cinta yang berakhir bukan karena dua hati yang memang tidak lagi ingin bersatu melainkan situasi tertentu yang tidak memungkinkannya untuk berpadu. Ada sejumput asa untuk kembali bersama, sayangnya logika justru tegas menolak hal itu.

Nah, agaknya inilah kebimbangan yang menyergap Sahabat Bitter ketika diposisikan dalam dua situasi pelik tersebut. Hati-hati ya, jangan sampai cinta datang terlambat.

Sahabat Bitter seutuhnya menyadari bahwa hati Sahabat Bitter masih belum lepas dari si dia yang di masa lalu. Sahabat Bitter memang berniat untuk merelakannya dengan menghapus rasa yang telah terlanjur tumbuh padanya. Akan tetapi usahamu untuk melupakan itu belumlah berhasil sempurna.

Di saat yang bersamaan, ada orang baru yang berusaha untuk menjadi sosok terdekat Sahabat Bitter melalui suatu jalinan asmara. Sahabat Bitter juga merasakan setiap usahanya untuk membuat Sahabat Bitter jatuh hati. Sayangnya, rasa Sahabat Bitter pada dia yang lama masih dalam mengakar. Sahabat Bitter butuh lebih banyak waktu untuk mencabutnya.

Akan tetapi, Sahabat Bitter pun tidak mengingkari bahwa agaknya sosok yang baru ini sanggup membantu Sahabat Bitter terlepas dari kisah masa silam. Hanya saja, dia harus rela menunggu atau berjuang lebih keras untuk memenangkan hati Sahabat Bitter utuh dan Sahabat Bitter lantas gundah. Sahabat Bitter memang berniat membuka hati, namun ternyata tidak sesederhana itu.

Ketika Sahabat Bitter memutuskan untuk membuka hati pada orang baru tersebut, Sahabat Bitter juga pastinya sempat bertanya-tanya perihal mampukah Sahabat Bitter mencintainya seperti dia mencintai Sahabat Bitter. Padahal Sahabat Bitter jelas tahu bahwa hati Sahabat Bitter masih belum bisa lepas dari si dia yang dulu.

Apalagi kisah cinta silam Sahabat Bitter bukan berakhir karena sudah tidak saling cinta, melainkan situasi tertentu yang memaksa untuk menuntaskan hubungan. Sahabat Bitter tidak bermaksud membagi hati. Sahabat Bitter hanya jujur mengakui bahwa hati Sahabat Bitter masih belum pulih walaupun Sahabat Bitter sudah berniat untuk terlepas dari bayang-bayang masa lalu.

Sebenarnya, ini bukan tentang Sahabat Bitter yang enggan memberi kesempatan. Melainkan orang baru tersebut yang datang di waktu yang kurang tepat, terlalu cepat misalnya. Dan, jika Sahabat Bitter menerima, Sahabat Bitter pun tidak tega jika hanya memberinya cinta sepihak walau Sahabat Bitter sudah berusaha keras untuk membalas perasaannya.

Sahabat Bitter bukannya tidak berniat untuk itu, hanya saja soal hati memang tidak bisa dipastikan akan berlabuh kemana. Mungkin Sahabat Bitter tidak akan seresah ini Seandainya dia datang sedikit agak terlambat.

Sehingga Sahabat Bitter memiliki lebih banyak waktu untuk menyembuhkan luka Sahabat Bitter terlebih dahulu. Sehingga Sahabat Bitter akan mampu menyambut cinta baru dengan lebih lapang. Intinya, Sahabat Bitter hanya butuh sedikit lebih banyak waktu.

Jika Sahabat Bitter menolak usahanya mendekati Sahabat Bitter, Sahabat Bitter pun resah apabila ternyata tidak ada sosok yang sebaik dia kelak. Bahkan, sosok ini memang lebih baik daripada dia di kisah Sahabat Bitter yang dulu. Selain itu, Sahabat Bitter juga mengakui dia mampu membuat Sahabat Bitter perlahan membaik dengan menyembuhkan luka Sahabat Bitter.

Tidak hanya itu, setidaknya hubungan kalian lebih berpeluang untuk tetap bertahan bahkan melangkah ke tahap selanjutnya dibandingkan dengan dia yang lebih dulu mencuri hati Sahabat Bitter. Oleh sebab itu, Sahabat Bitter pun gamang apabila memutuskan untuk menolak perasaannya.

Entah Sahabat Bitter yang tanpa sadar telah perlahan jatuh hati padanya atau justru kekhawatiran untuk kembali terluka seperti kisah cinta sebelumnya. Namun, satu hal yang pasti adalah ada satu sisi dalam hati Sahabat Bitter yang enggan untuk menolak cinta yang baru tersebut. Buktinya, Sahabat Bitter berhasil dibuat bimbang.

Sahabat Bitter mungkin sempat terpikir untuk memintanya bertahan sedikit lebih lama hingga hati Sahabat Bitter benar-benar pulih dari luka masa silam. Mirisnya, Sahabat Bitter justru seolah menggantung perasaannya dengan tidak menyatakan 'Iya' ataupun 'Tidak'.

Padahal Sahabat Bitter hanya tidak berniat menjadikannya sekedar pelarian semata sebab Sahabat Bitter pun temukan cinta yang nyata dalam perjuangannya. Sementara itu, dia pun lantas menjadi dilema.

Dia mungkin sedikit gentar untuk tetap memperjuangkan Sahabat Bitter lantaran akankah perjuangannya cukup dihargai oleh Sahabat Bitter kelak. Di lain hal, perasaannya pada Sahabat Bitter sudah kadung mengakar sehingga diapun berharap untuk terus dapat berada disisi Sahabat Bitter. Tentu memilih pilihan ini akan menuai risiko yang pelik.

Sahabat Bitter dapat saja akan kembali merasakan sakit itu. Misalnya, ketika Sahabat Bitter menyadari bahwa hati Sahabat Bitter akhirnya pulih karena perjuangannya namun dia justru telah berlalu dan Cinta datang terlambat.

Pada akhirnya, bicaralah pada hati kecil Sahabat Bitter. Renungkan dengan matang apa yang sejatinya naluri Sahabat Bitter inginkan. Intuisi tersebut akan membawa Sahabat Bitter pada pilihan terbaik tentang hatimu. Tidak ada seorangpun yang lebih tahu isi hati Sahabat Bitter selain Sahabat Bitter dan Tuhan.

Sejatinya, kebimbangan untuk menentukan keputusan tersebut merupakan hal yang wajar. Memang bukan hal yang mudah, namun usahakan jangan terjebak berlarut-larut dalam kegundahan tersebut.

Beranilah mengambil keputusan lengkap dengan pertanggungjawaban atas risiko yang mengekorinya. Pada dasarnya, hidup itu adalah tentang memilih pilihan, 'kan?

Semoga Sahabat Bitter memilih pilihan yang tepat ya! Jangan lupa bahagia.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT