Semua Yang Bernyawa Pasti Mati

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Semua Yang Bernyawa Pasti Mati
Inna lillahi wainna ilaihi roji’un … 
Dan segala sesuatu yang bernyawa telah Allah tetapkan batas waktunya, maka bersabarlah atas kejadian yang menimpamu ini. Percayalah pasti ada hikmah dibalik ini semua.
☆☆☆☆☆☆
Sahabat Bitter, tahukah kamu bahwa Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan.

Saat seseorang yang Sahabat Bitter kenal menghadapi kematian orang terkasih, Sahabat Bitter mungkin tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan. Sahabat Bitter mungkin merasa tidak nyaman melakukan apa pun, tetapi tetaplah penting untuk menunjukkan bahwa Sahabat Bitter peduli dengan rasa dukanya.

Orang yang berduka mungkin akan mengalami emosi yang berbeda setiap hari dan setiap jamnya.

Setiap orang berduka dengan cara yang berbeda. Sebagian orang mungkin mengalami berbagai bentuk emosi, seperti penyangkalan atau kemarahan, di waktu yang bersamaan. Beberapa orang mungkin perlu waktu untuk merasakannya, mengalami mati rasa setelah mengalami kehilangan.

Rasa berduka sering kali terjadi seperti “roller coaster” alih-alih melalui proses tahapan yang teratur. Orang-orang yang mengalami kehilangan bisa saja terlihat dapat menerimanya pada suatu hari lalu menyangkalnya di hari berikutnya. Mereka merasa marah di suatu saat lalu menjadi tenang di waktu lainnya. Penting sekali untuk mengakui perasaan mereka sebagai respons yang alami akibat rasa kehilangan.

Walaupun budaya populer biasanya memprediksi penyangkalan sebagai respons pertama saat mengalami kehilangan orang terkasih, riset justru membuktikan sebaliknya. Penerimaan akan kematian lebih umum terjadi sebagai respons pertama daripada penyangkalan. Namun, mungkin saja orang mengalami syok/ kaget atau penyangkalan. Semua ini tergantung pada individu tersebut. Durasi syok bervariasi pada masing-masing individu dan pada situasi yang ada.

Penting untuk memberikan seseorang waktu untuk mencerna fakta yang diterimanya. Sahabat Bitter seharusnya mengakui fakta kematian tersebut, tetapi tidak boleh memaksakan orang lain untuk mengakui kematian itu sebelum mereka siap menerimanya.

Riset menyatakan bahwa kerinduan akan orang terkasih yang telah meninggal adalah respons pertama yang lebih kuat daripada ketidakpercayaan, kemarahan, atau depresi.

Kerinduan ini termanifestasi dalam bentuk respons “aku sangat merindukannya” atau “hidup ini tidak akan sama lagi tanpanya”.

Orang tersebut mungkin akan kembali mengingat kenangan masa lalu, foto-foto, dan hal-hal lainnya yang berkaitan erat dengan orang terkasih, agar hubungan yang telah terjadi tetap dapat dirasakan. Ini adalah hal yang alami.

Sahabat Bitter dapat membantu dengan mendengarkan ceritanya. Doronglah orang tersebut untuk menceritakan kenangannya, jika dia tidak keberatan.

Sahabat Bitter bahkan dapat mengajukan pertanyaan mengenai mendiang jika dia tidak keberatan.

Sahabat Bitter juga dapat meyakinkan orang yang berduka itu bahwa dia memang tidak mampu mencegah kematian tersebut. Merindukan orang terkasih yang telah meninggal dapat membuat Sahabat Bitter berandai-andai, yaitu Sahabat Bitter berusaha keras memegang kendali lagi dan mencegah kehilangan yang serupa di masa mendatang.

Menyalahkan diri sendiri juga merupakan respons awal yang biasa muncul pada orang yang berduka. Pernyataan berandai-andai sering dimulai dengan “seharusnya aku...” atau “kalau saja...”. Orang yang berduka perlu mengingat bahwa peristiwa tersebut berada di luar kendalinya.


Upacara mengantar keluarga yang berpulang seharusnya dilangsungkan dengan khidmat. Bagi keluarga yang ditinggalkan, hal ini bukan kegiatan yang mudah dilakukan.

Sebagai kerabat atau kenalan dari yang meninggal, tentu sebaiknya mengucapkan belasungkawa.

Pada umumnya ucapan belasungkawa atau turut berduka cita ditujukan kepada keluarga yang baru saja ditinggal pergi oleh salah satu anggota keluarganya.

Oleh karena itu, dengan kata-kata paling tidak Sahabat Bitter dapat menghibur keluarga yang ditinggalkan atau bahkan mendoakannya.

Belasungkawa ini sebenarnya mempunyai arti menyatakan turut bersedih kepada seseorang yang lagi terkena musibah atau baru saja ditinggal pergi oleh orang terdekatnya.


Jika Sahabat Bitter tidak berada satu kota dengan rumah kerabat atau keluarga yang meninggal, jangan menunda untuk mengirimkan ucapan belasungkawa. Jika telepon tidak diangkat karena bisa jadi keluarga yang bersangkutan cukup sibuk, kirimkan pesan singkat di telepon seluler keluarga dari orang yang meninggal. Atau, bisa pula berupa kiriman karangan bunga. Beri tahu bahwa Sahabat Bitter turut prihatin dan mendoakan yang terbaik untuk mereka.
Jika Sahabat Bitter tinggal sekota, sebisa mungkin mampirlah ke rumah duka karena, jika mereka tahu Sahabat Bitter tinggal sekota dan sedang ada di kota tetapi tidak mampir lalu hanya mengucapkan belasungkawa lewat telepon, kesannya akan janggal.

Namun, pastikan Sahabat Bitter datang di waktu yang sekiranya tidak akan merepotkan keluarga yang berduka, misalnya pagi sekali atau agak malam. Jika memang kondisi Sahabat Bitter benar-benar tidak memungkinkan melayat pada hari almarhum meninggal, berkunjung pada hari berikutnya.

Seperti Sahabat Bitter ketahui, busana serbahitam adalah aturan saat melayat. Selain itu, busana serbaputih dan biru gelap juga masih dimaklumi. Namun, jika Sahabat Bitter berbelasungkawa mendadak, busana apa pun masih bisa dimaklumi.

Yang pasti, lepaslah segala perhiasan berkilau jika Sahabat Bitter akan melayat. Tampilkan diri sesederhana mungkin.

Nyatakan rasa belasungkawa Sahabat Bitter kepada pasangan hidup yang ditinggalkan. Kemudian, nyatakan hal tersebut kepada anak-anaknya yang sudah mengerti.

Sesudah itu, Sahabat Bitter bisa memberi salam dan ucapan duka kepada orang tua yang meninggal atau keluarga dekat lainnya yang Sahabat Bitter kenal.
Jika Sahabat Bitter menilai keluarga yang ditinggalkan membutuhkan bantuan keuangan, tidak ada salahnya memberikan sumbangan. Biasanya akan ada tempat khusus bertutup kain untuk menaruh sumbangan. Jika keluarga yang ditinggalkan cukup berada, tidak memberi pun tidak masalah.

Tentunya, di saat melayat, kesopanan pembawaan diri amat dibutuhkan. Hendaknya pasang mode telepon ke tanpa dering serta berbicara dengan nada perlahan dan hening saat pembacaan doa atau upacara.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT