Sebilah Pisau Yang Tidak Berwujud

Satu kata yang cukup untuk menghancurkan sebuah pernikahan yang bahagia: curiga.

Peristiwa itu berawal dari perang antar sepasang suami istri.
Saat itu saya sedang duduk di depan layar TV, tiba-tiba terdengar ketukan pintu.

Saya pun membuka pintu dan terlihat Kevin tetanggaku itu berdiri di luar. Wajahnya tampak kusut, perutnya terlihat turun naik dengan napas tersengal-sengal.

Melihat itu, saya pun seketika membayangkan kodok di kolam dengan isi perut buncitnya yang turun naik.

Kemudian saya melihat lehernya, dan hampir saja saya memuntahkan makanan dari dalam mulut saya.

Pasalnya, terlihat jelas beberapa garis merah bekas cakaran jari tangan dan tak perlu ditebak lagi, pasti hasil karya istrinya.

Kevin menghempaskan pantatnya di atas sofa, kemudian mulai menumpahkan uneg-unegnya, dan menekankan secara berulang tidak tahan lagi hidup seperti itu setiap hari.

Setelah ditanyakan sebabnya, ternyata gara-garanya adalah jepit rambut merah jambu.

Menghadiri jamuan, atau selalu pulang larut malam dengan alasan menemani klien?

Tanyaku pada Marlina, isteri Kevin.
“Tidak juga,” 
Jawab Marlina singkat.

Atau saat pulang Kevin selalu mengendap-ngendap jalannya, melarangmu menyentuh ponselnya, atau selalu menghindarimu saat dia menjawab panggilan telepon, mengirim SMS ?

Marlina menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaanku.
“Tidak juga,” 
gumamku.

Malah dia sering main game dengan ponsel Kevin.

Saya bertanya lagi, apa Kevin sering mengajakmu kalau ada jamuan, dan memuji-muji kebaikanmu di depan wanita lain? 

Marlina tampak terkejut mendengarnya. 
“Kok kamu tahu,” 
tanyanya heran.

Saya pun tersenyum mendengarnya, waktu kalian bertengkar tadi, apa Kevin menelepon rekan wanita sekantornya, kemudian menyuruh kamu mendengarnya, tapi kamu tolak ya? Marlina mengangguk.

Saya berdiri sambil berkata kepadanya, 
“Mar, coba kamu renungkan sejenak apa Kevin tipe pria seperti dugaanmu?”
Muka Marlina seketika memerah, ia merasa malu dan bersalah dengan dugaannya yang bukan-bukan.
“Apa benar aku salah telah menuduh Kevin yang tidak-tidak?” 
Gumamnya.

Saya pun beranjak keluar meninggalkan Marlina, dan melihat Kevin berdiri di koridor. Saat mau bicara, Kevin mengayunkan tangannya berkali-kali, dan mengatakan bahwa dia juga salah, tidak seharusnya terlalu emosi tadi sehingga membuat sobek piyama Marlina, isterinya. Katanya merasa bersalah.

Senang sekali melihat pasangan itu kembali rukun dan tersenyum mesra.

Sementara saya sedang tertawa, saya pun merenung, saat pria dan wanita akan merajut mahligai rumah tangga, tidak cukup hanya sekadar cinta atau jodoh, tapi harus saling percaya.

Ada wanita yang sering kali dikuasai oleh kabar burung di luar, dimana karena takut suaminya selingkuh, jadi kehilangan kepercayaan awalnya, dia mulai meragukan semuanya, mulai dari dugaan, prasangka hingga tuduhan yang berakhir pada keretakan rumah tangga.

Prasangka adalah sebilah pisau yang tak berwujud. Kalau tidak hati-hati, justru bukan saja melukai hati pria yang mencintaimu, tapi juga memutus urat nadimu sendiri.

Sayangnya, banyak wanita yang sudah menikah, selalu tidak mengerti dengan kebenaran ini, Jelas-jelas tidak tahu apa-apa, tapi berpura-pura mengerti, melihat gelas, tapi yang terbayang ular.
☆☆☆☆☆
  1. Prasangka sosial menurut Rose, (dalam Gerungan, 1981) dapat merugikan masyarakat secara dan umum dan organisasi khususnya. Hal ini terjadi karena prasangka sosial dapat menghambat perkembangan potensi individu secara maksimal. 
  2. Selanjutnya Steplan (1978) menguraikan bahwa prasangka sosial tidak saja mempengaruhi perilaku orang dewasa tetapi juga anak-anak sehingga dapat membatasi kesempatan mereka berkembang menjadi orang yang memiliki toleransi terhadap kelompok sasaran misalnya kelompok minoritas. 
  3. Rosenbreg dan Simmons, (1971) juga menguraikan bahwa prasangka sosialakan menjadikan kelompok individu tertentu dengan kelompok individu lain berbeda kedudukannya dan menjadikan mereka tidak mau bergabung atau bersosialisasi. 
Apabila hal ini terjadi dalam organisasi atau perusahaan akan merusak kerjasama. 

Selanjutnya diuraikan bahwa prasangka sosial dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama karena prasangka sosial merupakan pengalaman yang kurang menyenangkan bagi kelompok yang diprasangkai tersebut. 

Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian tentang dampak prasangka sosial di atas adalah bahwa dengan adanya prasangka sosial akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang dalam berbagai situasi. 

Prasangka sosial dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain. 

Apabila kondisi tersebut terdapat dalam organisasi akan mengganggu kerjasama yang baik sehingga upaya pencapaian tujuan organisasi kurang dapat terealisir dengan baik.

Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. 

Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar rasse seorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. 

Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional.
  1. John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori. 
  2. Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
  3. Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam bertindak.

Beberapa jenis diskriminasi terjadi karena prasangka dan dalam kebanyakan masyarakat tidak disetujui.

Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000) pengertian prasangka dibatasi sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan individu anggotanya. 

Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. 

Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.

Menurut Mar’at (1981), prasangka sosial adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai positif atau negatif, tetapi biasanya lebih bersifat negatif. Sedangkan menurut Brehm dan Kassin (1993), prasangka sosial adalah perasaan negatif terhadap seseorang semata-mata berdasar pada keanggotaan mereka dalam kelompok tertentu.

Menurut David O. Sears dan kawan-kawan (1991), prasangka sosial adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu yang terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok orang yang berbeda dengannya atau kelompoknya. 

Prasangka sosial memiliki kualitas suka dan tidak suka pada objek yang diprasangkainya, dan kondisi ini akan mempengaruhi tindakan atau perilaku seseorang yang berprasangka tersebut.

Selanjutnya Kartono, (1981) menguraikan bahwa prasangka merupakan penilaian yang terlampau tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifatnya berat sebelah dan dibarengi tindakan yang menyederhanakan suatu realitas.

Prasangka sosial menurut Papalia dan Sally, (1985) adalah sikap negatif yang ditujukan pada orang lain yang berbeda dengan kelompoknya tanpa adanya alasan yang mendasar pada pribadi orang tersebut. 

Lebih lanjut diuraikan bahwa prasangka sosial berasal dari adanya persaingan yang secara berlebihan antar 2 individu atau kelompok. 

Selain itu proses belajar juga berperan dalam pembentukan prasangka sosial dan kesemuanya ini akan terintegrasi dalam kepribadian seseorang.

Allport, (dalam Zanden, 1984) menguraikan bahwa prasangka social merupakan suatu sikap yang membenci kelompok lain tanpa adanya alasan yang objektif untuk membenci kelompok tersebut. 

Selanjutnya Kossen, (1986) menguraikan bahwa prasangka sosial merupakan gejala yang interen yang meminta tindakan pra hukum, atau membuat keputusan-keputusan berdasarkan bukti yang tidak cukup. 

Dengan demikian bila seseorang berupaya memahami orang lain dengan baik maka tindakan prasangka sosial tidak perlu terjadi.

Menurut Sears individu yang berprasangka pada umumnya memiliki sedikit pengalaman pribadi dengan kelompok yang diprasangkai. 

Prasangka cenderung tidak didasarkan pada fakta-fakta objektif, tetapi didasarkan pada fakta-fakta yang minim yang diinterpretasi secara subjektif. 

Jadi, dalam hal ini prasangka melibatkan penilaian apriori karena memperlakukan objek sasaran prasangka (target prasangka) tidak berdasarkan karakteristik unik atau khusus dari individu, tetapi melekatkan karakteristik kelompoknya yang menonjol.

Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social categorization). 

Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” ( in group ) dan “kelompok mereka” (out group). 

In group adalah kelompok sosial di mana individu merasa dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). 

Sedangkan out group adalah grup di luar grup sendiri (“kelompok mereka”). Timbulnya prasangka sosial dapat dilihat dari perasaingan group dan out group yang menguat.

Ciri-ciri dari prasangka sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group adalah:

Proses Generalisasi
Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain menurut Ancok dan Suroso (1995), jika ada salah seorang individu darikelompok luar berbuat negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar. 

Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok sendiri, maka perbuatan negaitf tersebut tidak akan digeneralisasikan pada anggota kelompok sendiri lainnya.

Kompetisi Sosial
Kompetisi sosial merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatkan harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.

Penilaian Ekstrim
Individu melakukan penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian negatif.

Masa Lalu
Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan stereotipe. 

Stereotipe adalah keyakinan (belief) yang menghubungkan sekelompok individu dengan ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh anggota kelompok luar. 

Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai kelompok, suatu image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta tidak akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. 

Sehingga apabila ada seorang individu memiliki stereotype yang relevan dengan individu yang mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara negatif.

Frustasi
Perasaan frustasi (scope goating) menurut Brigham (1991), perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi seseorang sehingga membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidak mampuannya menghadapi kegagalan. 

Kekecewaan akibat persaingan antar masing-masing individu dan kelompok menjadikan seseorang mencari pengganti untuk mengekspresikan frustasinya kepada objek lain. 

Objek lain tersebut biasanya memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan dengan dirinya sehingga membuat individu mudah berprasangka.

Agresi Antar Kelompok
Dogmatisme adalah sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan masalah tertentu, salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa etnosentrisme dan favoritisme. 

Etnosentrisme adalah paham atau kepercayaan yang menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya. 

Sedangkan, favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang menempatkan kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling bermoral.
☆☆☆☆☆
TEORI PRASANGKA
Prasangka merupakan hasil dari interaksi sosial, maka prasangka sebagian besar disebabkan oleh faktor sosial. Berikut terdapat beberapa teori psikologi yang dapat menjelaskan bagaimana faktor sosial yang telah dijelaskan diatas dapat menyebabkan munculnya prasangka dan mengapa prasangka muncul dalam interaksi sosial, yaitu:
  • Teori konflik realistik, 
  • Teori belajar sosial, 
  • Teori kognitif,
  • Teori psikodinamika, 
  • Teori kategorisasi sosial, 
  • Teori perbandingan sosial, 
  • Teori biologi dan 
  • Teori deprivasi relative
CARA MENGURANGI PRASANGKA
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya prasangka, yaitu:
  1. Melalukan kontak langsung.
  2. Mengajarkan pada anak untuk tidak membenci.
  3. Mengoptimalkan peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh anak dan media massa untuk membentuk sikap menyukai atau idak menyukai melalui contoh perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).
  4. Menyadarkan individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar mengenal dan memahami individu lain berdasarkankarakteristiknya yang unik, tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu. 
Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000), upaya tersebut akan lebih efektif jika dibarengi dengan kebijakan pemerintah melalui penerapan hukum yang menjunjung tinggi adanya persamaan hak dan pemberian sanksi pada tindakan diskriminasi baik berdasarkan ras, suku, agama, jenis kelamin, usia, dan faktor-faktor lainnya.

Alasan-alasan yang mendasari hukum dapat mengurangi prasangka adalah:
  1. Hukum membuat diskriminasi menjadi perbuatan ilegal, sehingga akan mengurangi tindakan yang memojokkan pada kehidupan anggota-anggota minoritas.
  2. Hukum membantu untuk menetapkan atau memantapkan norma-norma dalam masyarakat, yaitu hukum berperan dalam mendefinisikan jenis-jenis perilaku yang dapat diterima atau tidak dapat diterima dalam masyarakat.
  3. Hukum mendorong konformitas terhadap perilaku yang non diskriminatif, yang mungkin pada akhirnya akan menghasilkan internalisasi sikap tidak berprasangka melalui proses persepsi diri atau pengurangan disonansi.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT