Selepas dari SMA, di masa penantian menuju perantauan, ada sebuah keputusan kecil yang akhirnya mengubah hidup saya secara total. Yaitu, meninggalkan musik.
Sekarang saya bisa mendefinisikan hal itu sebagai keputusan yang sederhana.
Namun di masa ketika saya masih sangat mencintai musik, hal itu sebenarnya sangat berat.
Namun di masa ketika saya masih sangat mencintai musik, hal itu sebenarnya sangat berat.
Saya menganggap diri saya dulu adalah penggila musik.
Melakukan hal apapun, saya tidak bisa tanpa diiringi musik.
Naudzubillah, saya bahkan menganggap musik adalah pelarian saya.
Kala saya sedang sedih, pasti pelarian saya adalah musik.
Ya, saya seakan menuhankan alunan syaitan itu.
Melakukan hal apapun, saya tidak bisa tanpa diiringi musik.
Naudzubillah, saya bahkan menganggap musik adalah pelarian saya.
Kala saya sedang sedih, pasti pelarian saya adalah musik.
Ya, saya seakan menuhankan alunan syaitan itu.
Memiliki seorang ibu yang agamis, tentu saya sudah berkali-kali mendengar nasihat dari beliau tentang haramnya hukum musik.
Saya hanya mendengar itu semua sambil lalu.
Saya hanya mendengar itu semua sambil lalu.
Alunan syaitan itu membuat hati saya mati. Kewajiban sholat 5 waktu sering saya tinggalkan.
Al-qur’an saya terletak rapi di atas meja, berdebu karena tidak pernah disentuh.
Saya memakai hijab, namun bukan ‘sebenar-benarnya’ hijab.
Rambut saya masih kelihatan.
Jilbab itupun saya lipat ke bahu sehingga tidak menutupi dada. Jins ketat adalah favorit saya.
Hingga saya termasuk golongan yang mengenakan pakaian namun telanjang.
Berinteraksi dengan lelakipun adalah hal yang sangat biasa bagi saya, tidak ada jarak dan tidak menundukkan pandangan.
Al-qur’an saya terletak rapi di atas meja, berdebu karena tidak pernah disentuh.
Saya memakai hijab, namun bukan ‘sebenar-benarnya’ hijab.
Rambut saya masih kelihatan.
Jilbab itupun saya lipat ke bahu sehingga tidak menutupi dada. Jins ketat adalah favorit saya.
Hingga saya termasuk golongan yang mengenakan pakaian namun telanjang.
Berinteraksi dengan lelakipun adalah hal yang sangat biasa bagi saya, tidak ada jarak dan tidak menundukkan pandangan.
Benar-benar telah mati hati saya kala itu.
Hingga tiba malam ketika saya tengah berbaring di dalam kamar.
Waktu telah memasuki tengah malam dan saya masih asyik berselancar di media sosial.
Saya asyik membaca postingan-postingan yang sebenarnya sangat tidak penting.
Lalu tiba-tiba saya mendapati sebuah postingan dakwah.
Postingan itu menjelaskan tentang betapa singkat hidup kita di dunia.
Tentang betapa fana dunia ini dan seberapa dahsyat siksaan akhirat itu.
Waktu telah memasuki tengah malam dan saya masih asyik berselancar di media sosial.
Saya asyik membaca postingan-postingan yang sebenarnya sangat tidak penting.
Lalu tiba-tiba saya mendapati sebuah postingan dakwah.
Postingan itu menjelaskan tentang betapa singkat hidup kita di dunia.
Tentang betapa fana dunia ini dan seberapa dahsyat siksaan akhirat itu.
Sebenarnya saya sudah sangat sering membaca atau mendengar hal-hal seperti itu, biasanya hati saya hanya akan tersentuh saat itu saja dan kemudian kembali pada diri saya yang lalu.
Namun malam itu, sebuah kalimat di akhir postingan itu benar-benar memberi dampak yang besar bagi saya.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.
Namun malam itu, sebuah kalimat di akhir postingan itu benar-benar memberi dampak yang besar bagi saya.
Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.
Membaca kalimat itu membuat saya benar-benar terdiam.
Lama kemudian saya membuka youtb.
Saya merasa membutuhkan dorongan lebih.
Maka saya mulai mencari video-video yang mungkin bisa menyentuh hati saya.
Lama kemudian saya membuka youtb.
Saya merasa membutuhkan dorongan lebih.
Maka saya mulai mencari video-video yang mungkin bisa menyentuh hati saya.
Tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah video berjudul Kisah Adzan Terakhir Bilal bin Rabah.
Anda mungkin sudah pernah mendengar kisah ini. Kisah kecintaan Bilal bin Rabah terhadap Rasulullah saw.
Tentang bagaimana setelah Rasulullah wafat, Bilal jadi tak mampu lagi untuk tinggal di Madinah dan akhirnya hijrah ke Suriah.
Beberapa tahun kemudian, Bilal terbangun di suatu malam karena sebuah mimpi di mana dalam mimpi itu ia bertemu dengan Rasulullah saw.
Dalam mimpi itu Rasulullah saw menanyakan pada Bilal, ‘wahai Bilal, mengapa kau tak pernah mengunjungiku?’.
Ketika Bilal bangun, ia pun menangis dan memutuskan untuk ke Madinah dan berziarah ke makan beliau.
Di sana ia bertemu Hasan dan Husain, cucu Rasulullah saw, dan keduanya memintanya untuk adzan.
Setelah dibujuk, hatinya luluh dan Bilal pun mengumandangkan adzan pertamanya semenjak Rasulullah saw wafat.
Memasuki kalimat Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, seluruh penduduk kota Madinah termasuk Bilal, pun menangis.
Mengenang hari-hari ketika masih bersama Rasulullah saw.
Bilal tak sanggup melanjutkan adzannya dan adzan itu menjadi adzan terakhirnya.
Hari itu kemudian menjadi hari berkabung kota Madinah, suasananya sama dengan hari ketika Rasulullah saw wafat.
Anda mungkin sudah pernah mendengar kisah ini. Kisah kecintaan Bilal bin Rabah terhadap Rasulullah saw.
Tentang bagaimana setelah Rasulullah wafat, Bilal jadi tak mampu lagi untuk tinggal di Madinah dan akhirnya hijrah ke Suriah.
Beberapa tahun kemudian, Bilal terbangun di suatu malam karena sebuah mimpi di mana dalam mimpi itu ia bertemu dengan Rasulullah saw.
Dalam mimpi itu Rasulullah saw menanyakan pada Bilal, ‘wahai Bilal, mengapa kau tak pernah mengunjungiku?’.
Ketika Bilal bangun, ia pun menangis dan memutuskan untuk ke Madinah dan berziarah ke makan beliau.
Di sana ia bertemu Hasan dan Husain, cucu Rasulullah saw, dan keduanya memintanya untuk adzan.
Setelah dibujuk, hatinya luluh dan Bilal pun mengumandangkan adzan pertamanya semenjak Rasulullah saw wafat.
Memasuki kalimat Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, seluruh penduduk kota Madinah termasuk Bilal, pun menangis.
Mengenang hari-hari ketika masih bersama Rasulullah saw.
Bilal tak sanggup melanjutkan adzannya dan adzan itu menjadi adzan terakhirnya.
Hari itu kemudian menjadi hari berkabung kota Madinah, suasananya sama dengan hari ketika Rasulullah saw wafat.
Saya menangis hebat ketika menonton video tersebut.
Saya mulai mengevaluasi diri.
Betapa hinanya saya, pikir saya kala itu.
Bagaimana mungkin saya mengaku umat Muhammad, saya mengaku mencintai Rasulullah saw, namun masih berani meninggalkan kewajiban agama dan sunnah beliau?
Saya belum pernah menangis sehebat malam itu.
Setelah tangis saya reda, saya membuka file musik saya.
Dalam beberapa ketukan, saya pun menghapus ratusan musik itu.
Video-video tarian yang diiringi lantunan syaitan itu pun saya hapus.
Ribuan foto wajah idola yang sama sekali bukan mahram dan seorang kafir, pun saya hapus.
Saya menetapkan malam itu bahwa saya harus berubah.
Saya kemudian berdoa kepada Allah swt agar hati saya ditetapkan.
Saya mulai mengevaluasi diri.
Betapa hinanya saya, pikir saya kala itu.
Bagaimana mungkin saya mengaku umat Muhammad, saya mengaku mencintai Rasulullah saw, namun masih berani meninggalkan kewajiban agama dan sunnah beliau?
Saya belum pernah menangis sehebat malam itu.
Setelah tangis saya reda, saya membuka file musik saya.
Dalam beberapa ketukan, saya pun menghapus ratusan musik itu.
Video-video tarian yang diiringi lantunan syaitan itu pun saya hapus.
Ribuan foto wajah idola yang sama sekali bukan mahram dan seorang kafir, pun saya hapus.
Saya menetapkan malam itu bahwa saya harus berubah.
Saya kemudian berdoa kepada Allah swt agar hati saya ditetapkan.
Setelah malam itu, saya merasa hidup saya mulai terbenahi.
Saya merasa bahwa hati saya yang telah mati perlahan-lahan kembali hidup.
Saya merasa bahwa hati saya yang telah mati perlahan-lahan kembali hidup.
Perlahan-lahan. Sama sekali tidak instan.
Pada langkah pertama, saya mulai melepaskan jins dan mengenakan rok.
Jilbab segitiga tidak lagi saya lipat ke bahu, namun saya biarkan menutupi dada.
Memasuki kota perantauan untuk melanjutkan kuliah, saya mulai bertemu dengan teman-teman yang luar biasa.
Berada di antara mereka, saya jadi lebih terjaga.
Jilbab tipis yang disebut jilbab segitiga mulai saya lepas, digantikan oleh kerudunh langsung yang menjulur hingga pinggang.
Lama kelamaan, hijab saya ganti lagi, menjadi kerudung yang terjulur hingga betis.
Saya yang dulunya tidak mengerti mengapa seseorang mengenakan cadar, mulai mendapat pengetahuan tentang pentingnya cadar dari teman-teman saya yang Masya Allah senantiasa menjaga diri.
Walaupun tidak sampai mengenakan cadar karena sebuah alasan, saya akhirnya membiasakan diri untuk mengenakan masker kain ke mana-mana. Saya mulai menjadi muslimah sesungguhnya dengan menutup diri rapat-rapat.
Jilbab segitiga tidak lagi saya lipat ke bahu, namun saya biarkan menutupi dada.
Memasuki kota perantauan untuk melanjutkan kuliah, saya mulai bertemu dengan teman-teman yang luar biasa.
Berada di antara mereka, saya jadi lebih terjaga.
Jilbab tipis yang disebut jilbab segitiga mulai saya lepas, digantikan oleh kerudunh langsung yang menjulur hingga pinggang.
Lama kelamaan, hijab saya ganti lagi, menjadi kerudung yang terjulur hingga betis.
Saya yang dulunya tidak mengerti mengapa seseorang mengenakan cadar, mulai mendapat pengetahuan tentang pentingnya cadar dari teman-teman saya yang Masya Allah senantiasa menjaga diri.
Walaupun tidak sampai mengenakan cadar karena sebuah alasan, saya akhirnya membiasakan diri untuk mengenakan masker kain ke mana-mana. Saya mulai menjadi muslimah sesungguhnya dengan menutup diri rapat-rapat.
Tanpa niat lain, saya hanya ingin menggambarkan bagaimana langkah demi langkah keputusan meninggalkan musik merubah hidup saya.
Saya merasa bahwa apa yang membuat saya sampai ke sini adalah karena satu keputusan kecil yang saya buat malam itu: meninggalkan musik.
Saya yakin bahwa musik itulah yang membuat hati saya mati.
Saya yakin bahwa musik itulah yang membuat hati saya mati.
Buktinya?
Setelah mantap meninggalkan musik dan merasa hidup mulai terbenahi, berbulan-bulan kemudian sempat saya tiba-tiba mulai merindukan musik.
Saya membuka youtb dan mulai mendengarkan musik-musik kesukaan saya dulu.
Akibatnya?
Saya tidak lagi menyentuh al-qur’an saya.
Saya jadi malas memutar nasihat-nasihat para ustadz yang sebelumnya sering saya dengar berulang-ulang guna menguatkan iman saya.
Bahkan saya kembali malas mengerjakan sholat.
Jalan hidup saya kembali sesat.
Musik ternyata membusukkan hati saya.
Ketika saya tidak lagi mendengarkan musik, perlahan saya kembali lagi ke jalan yang benar.
Setelah mantap meninggalkan musik dan merasa hidup mulai terbenahi, berbulan-bulan kemudian sempat saya tiba-tiba mulai merindukan musik.
Saya membuka youtb dan mulai mendengarkan musik-musik kesukaan saya dulu.
Akibatnya?
Saya tidak lagi menyentuh al-qur’an saya.
Saya jadi malas memutar nasihat-nasihat para ustadz yang sebelumnya sering saya dengar berulang-ulang guna menguatkan iman saya.
Bahkan saya kembali malas mengerjakan sholat.
Jalan hidup saya kembali sesat.
Musik ternyata membusukkan hati saya.
Ketika saya tidak lagi mendengarkan musik, perlahan saya kembali lagi ke jalan yang benar.
Musik benar-benar mematikan hati seseorang. Selamanya, musik tidak akan pernah menyatu dengan Al-Qur’an.
Jadi, pelajaran apa yang dapat Anda ambil dari kisah saya ini?
Tetapkan hatimu, tinggalkanlah musik.
Musik adalah alunan syaitan yang akan mematikan hatimu.
Selanjutnya, beradalah di lingkungan yang baik.
Bertemanlah dengan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Mintalah doa agar hatimu ditetapkan. Jangan kau korbankan kesenangan di akhirat demi kesenangan di dunia semata.
Ajal tidak akan menunggu taubatmu.
Maka segeralah kembali kepada Allah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.
Musik adalah alunan syaitan yang akan mematikan hatimu.
Selanjutnya, beradalah di lingkungan yang baik.
Bertemanlah dengan orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.
Mintalah doa agar hatimu ditetapkan. Jangan kau korbankan kesenangan di akhirat demi kesenangan di dunia semata.
Ajal tidak akan menunggu taubatmu.
Maka segeralah kembali kepada Allah Yang Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.
Semoga Allah swt senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran urusan dalam hijrahmu dan menghadiahimu Jannah.
Semoga bermanfaat.
☆☆☆☆☆
Cerpen Unggulan 2019
Cerpen 2019
Cerpen 2017
Baca Cerpen Lainnya:
Baca Cerpen Lainnya:
- Ada Cinta Di Setiap Tetes Aroma Parfum/ Minyak Wangi Master Spray Cologne Power Read
- Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya
- Jeritan Hati Wanita Malam Yang Merindukan Cinta
- Ketika Aku Menangis Dan Memeluk Istriku
- Masa Itu Adalah Masa Yang Paling Terkenang.
- Sebilah Pisau Yang Tidak Berwujud
- Si Tikus Yang Tanpa Penghargaan
- Slalu Ada Keju Gratis Dalam Perangkap Tikus
- Tahta Cahaya Bulan Bintang Yang Hilang
- Tukang Air Dan Tempayan Retak
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT