Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya

Berikut ini adalah sebuah cerita yang di alami oleh:
Pernah. 
Sering malah, namun yang paling saya ingat itu ini.
Waktu saya kuliah ada rumah teman yang sangat amat besar di daerah Tidar (memang anaknya orang sangat kaya) dan karena Mama Papanya tinggal di Jakarta dia sendirian, jadi rumah itu jadi basecamp saya dan teman.
Garasinya besar sekali, bisa muat mobil 5 sampai 7 tanpa ada yang berdempetan, nah sekalian karena saya jual beli mobil beberapa mobil dagangan saya taruh sana terutama yang diatas 200 jutaan, Ortu teman saya juga menyetujui, daripada rumah sepi kata Mamanya.
Hari Rabu siang jam 12 ada bapak berlogat Madura kental dan menggunakan pakaian rapi gaya Jawa mengetok pintu garasi, beliau menanyakan Kijang Innova V diesel yang diparkir di jalanan depan, waktu itu harganya 220 juta.
(Mohon maaf sebelumnya) Selain aksen beliau yang sangat amat medok entah kenapa beliau badannya bau sekali, seperti orang tidak mandi selama berbulan bulan, sangat kontras dengan rumah mewah teman saya yang besar dan wangi, beliau mengendarai Yamaha Mio lama yang sudah berantakan. Ngga banget deh kalau kata anak jaman now.
Saya sebenarnya ragu untuk mengajak orangnya masuk, pikiran saya iya kalau beli, lah kalau malah ngerampok gimana? Namun karena saya tidak boleh membedakan pelanggan saya ajak masuk beliau dan segelas kopi dan gorengan depan jalan menjadi teman pembicaraan kami.
Singkat cerita beliau tertarik dengan Kijang Innova itu namun masih takut karena bertransmisi matik, beliau hanya bisa manual, setelah beberapa saat kami masuk mobil dan saya menunjukkan fitur dan kelengkapan mobil tersebut kepada beliau dan berjalanlah kami keliling kompleks.
Saat beliau berkata saya boleh coba mas? Ada keraguan dalam hati, kalau nabrak gimana? Kalau dia ngeluarin pisau gimana? Aku sama si xxx (teman saya) sama sama tidak bawa senjata lagi, namun sekali lagi segala keraguan itu saya buang jauh jauh, jadi saya mengajarkan ke bapak itu bagaimana mengemudi mobil matik, mulai shifting dari P ke D sampai gigi mana saja yang boleh digunakan saat di jalan naik atau turun.
45 menit berlalu dan bapak tersebut nampaknya sudah bisa mengendalikan mobil tersebut, terbukti saat parkir masuk garasi bisa pas. Kami pun masuk lagi ke ruang tamu.
Nah, di ruang tamu itu bapak tersebut minta ijin ke Yamaha Mio milik beliau, mau ambil sesuatu mas katanya, saya sama sekali tidak berharap Innova itu laku, setidaknya saya sudah berlaku sopan dan sebagai penjual harus professional, dan bapak itu kembali dengan kantong kresek berisi uang 240 juta dan langsung diberikan kepada saya sambil berkata udah mas ini bawa semua, sekalian balik nama ya saya kasih KTP saya.
Saya dan teman terperangah tidak percaya, dengan keadaan bingung teman saya mengambil BPKB dan bukti cek fisik si Innova, saat menghitung uang + biaya cek fisik ternyata bapak itu kelebihan 10 juta namun beliau ngotot tidak mau dikembalikan, udah buat mas aja beli gorengan kata beliau.
Ternyata bapak itu sudah ke dealer Toyota namun tidak diperdulikan oleh pegawainya karena penampilan beliau, waktu itu beliau mau beli Innova V diesel yang harga barunya 300an juta dengan Uang Muka 240 juta dan sisanya dicicil namun karena pegawai dealer itu ogah ogahan beliau marah dan pulang (itu tahun 2015 sementara Innova dagangan saya tahun 2014) saat beliau mampir ke warnet melihat situs jualbeli mendadak beliau tertarik Innova dagangan saya dan mampirlah kerumah teman dan beliau terkesan sekaligus terharu saat kami memperlakukan beliau sangat baik (menurut versi beliau)
Saya beberapa kali kerumah beliau di daerah Wagir kota Malang untuk memberikan berkas dan mengajari beliau bagaimana mengendarai mobil matiknya.
Beliau ternyata orang terpandang disana, rumahnya 2 kali lebih luas ketimbang rumah teman saya dan menurut tetangganya beliau juragan besi tua dan garam di Madura, Malang hanya sebagai tempat tinggal.
Sampai hari ini mobilnya masih ada di rumah beliau.
☆☆☆☆☆
Begini Caranya Agar Sahabat Bitter Tidak Menilai Orang dari Penampilannya Saja!
Kebanyakan orang pasti pernah melakukannya, menilai orang hanya dari penampilannya saja. 

Hal ini tidak salah, karena seringkali memang apa yang kita lihat pertama kali adalah apa yang kemudian membentuk pencitraan kita terhadap orang tersebut. Itulah mengapa ada istilah 'first impression'.

Tapi ada baiknya jika tidak menilai orang dari wajahnya saja. Karena kita tidak tahu dan tidak mengenal seperti apa mereka dari dalam. Seorang profesor psikologi di Universty of Toronto, Nicholas Rule, menjelaskan bahwa seseorang mengembangkan ciri kepribadian tertentu agar sesuai dengan penampilannya. Atau sebaliknya, kepribadian seseorang dapat mengubah penampilannya.

Lalu bagaimana caranya? 
Ini caranya agar kamu tidak terbiasa menilai orang dari penampilannya saja.

1. Kenali Ekspresi dan Bahasa Tubuhnya
Ada banyak hal yang bisa Sahabat Bitter perhatikan selain wajah atau pakaian seseorang, yaitu ekspresi dan bahasa tubuhnya. 
Perhatikan ekspresi mikro
Ekspresi mikro adalah ekspresi wajah yang singkat dan tidak disadari. 
Berbeda dengan ekspresi reguler yang dibuat, disengaja dan disadari, ekspresi mikro seringkali hanya berlangsung selama sepersekian detik dan sulit sekali dipalsukan. 
Terkadang butuh keahlian untuk melihat hal ini, namun jika kamu cukup peka, kamu bisa mengenalinya.

2. Berpikiran Positif
Sebelum berprasangka atau menilai seseorang, ada baiknya jika menanamkan pemikiran positif terhadap siapa saja. 
Karena Sahabat Bitter tidak ingin dinilai dari penampilan saja, maka jangan menilai orang dengan cara seperti itu. 
Bersikap ramah, terbuka dan memiliki pikiran fleksibel akan membuatmu tidak terjebak dengan penilaian sesaat dari penampilan seseorang. 
Tanamkan dalam diri, bahwa kamu tidak berhak menilai seseorang sebelum bisa mengenalnya.

3. Asah Naluri dan Insting
Tapi tentu saja, pemikiran positif juga perlu diimbangi dengan naluri dan insting terhadap bahaya. 
Sahabat Bitter tidak bisa mempercayai dan berpikiran positif terhadap orang lain seratus persen. 
Sahabat Bitter juga perlu mengenali apakah seseorang berpotensi mencelakai atau punya niat buruk pada Sahabat Bitter. 
Perlu mengasah naluri dan pertahanan diri selagi tidak menilai seseorang dari penampilannya. 
Sikap waspada juga perlu dikembangkan sehingga kamu tidak mudah ditipu.
《¤》
Jadi, itu dia caranya agar tidak terjebak dengan kebiasaan menilai orang dari penampilannya saja. 

Terkadang menilai seseorang dari luar memang tidak bisa ditahan, tapi tekankan pada diri sendiri bahwa penilaian awal Sahabat Bitter tidak mencerminkan apa pun dari seseorang.
☆☆☆☆☆
Cerpen Unggulan 2019
  1. Keteguhan Guru Wanita Ketika Dilecehkan
Cerpen 2019
  1. Kebanggaan Pada Diriku (Isi Duniaku)
  2. Nightmare or Reality Penname : Question Of Life
  3. Tinggalkan Musik Dan Beradalah Di Lingkungan Yang Baik.
  4. Ujung Yang Memalukan

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT