Bahasa Tubuh Orang Cerdas

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Bahasa Tubuh Orang Cerdas
Hidup di kota besar seperti Kota Surabaya, Bitter Coffee Park sering menemui berbagai macam warna kehidupan sosial.

Warna-warni kehidupan dari sikap dan sifat:
  • Sok pintar; 
  • Sok tau;
  • Sok jago; dll
Hal ini (Membaca Bahasa Tubuh Orang Cerdas) Bitter Coffee Park mengalaminya pada saat Bitter Coffee Park pertama kali masuk kuliah.

Ada seorang laki-laki yang tinggi kurus yang selalu mengenakan baju lengan panjang dan duduk di belakang mejaku ketika Bitter Coffee Park berada di warung kopi. Dia tidak banyak bicara, bersin aneh, dan kebanyakan menahan diri.

Laki-laki itu adalah teman kuliah Bitter Coffee Park pada waktu di sekolah di Akademis.

Bitter Coffee Park sangat curiga kalau dia orang cerdas, sangat cerdas. Seharusnya Bitter Coffe Park tidak peduli, tetapi karena Bitter Coffee Park sangat kepo dan selalu gemar untuk mengamati orang-orang, yang membuat radar Bitter Coffee Park selalu menyala.
Dan sepertinya Bitter Coffee Park tidak punya bukti, seperti nilai-nilai kehidupan, atau bahkan percakapan menarik untuk mendukung kesimpulan Bitter Coffee Park.


Bukti yang Bitter Coffee Park miliki hanyalah yang Bitter Coffee Park perhatikan hanyalah:
Bahasa tubuhnya.
Orang itu memiliki kepercayaan diri yang dingin dengan kurangnya tekanan pada wajahnya.

Sifat yang dingin dan selow diimbangi dengan pribadi yang malas.

Laki-laki itu memang fokus pada sesuatu penghayatan materi, tetapi jarang mencatat. Ia hanya memegang sebatang rokok yang menyalah ditangannya.

Lingkungan disekitar sepertinya tidak  mampu mengganggunya. Seolah-olah laki-laki itu hanya dalam kendali nahkoda kapal, berlayar bersama, sementara Bitter Coffee Park dan semua pengunjung sebagai pendayung kapal.

Dia seakan-akan lulus lebih dulu di ujian kelas kehidupannya.

Tapi Bitter Coffee Park sudah konfirmasi sebelumnya.

Suatu hari menjelang akhir semester, dosen kami memberikan soal tingkat tinggi di papan tulis dan bertanya siapa yang tahu jawabannya.

Bitter Coffee Park langsung menatapnya, dan bahasa tubuhnya menunjukan kalau dia tahu jawabannya. Bitter Coffee Park sangat bisa tahu. Kepalanya duduk diam sementara matanya berputar-putar menunggu seseorang untuk menjawab.


Bitter Coffee Park akui dia memang pintar tetapi dia hanya menyimpannya dan laki-laki itu tidak suka mencari perhatian.

Dosen itu mengulangi pertanyaannya,
Ada yang bisa?

Akhirnya, dia perlahan mengangkat tangannya dan membacakan jawaban seperti seorang pembunuh terlatih: tenang, dingin dan santai.

Dari sini, Bitter Coffee Park menyadari bahwa tidak perlu hasil nilai ujian untuk menyadari seseorang itu cerdas.


Amati saja, biasanya mereka ada di sana. Dan biasanya mereka adalah orang yang tenang. Air tenang mengalir lebih dalam.

Para ilmuwan dari Singapore Management University dan London School of Economics and Political Science telah melakukan penelitian untuk menemukan hubungan di mana tempat orang hidup dan bagaimana mereka puas dengan kehidupannya.

Sindrom enggan bersosialisasi dengan komunitas yang lebih besar
Ternyata semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang yang tinggal di kota-kota besar, mereka merasa kurang bahagia.

Sementara itu kebanyakan orang akan menjadi bahagia ketika mereka dikelilingi oleh orang-orang terdekat mereka kebalikannya orang cerdas lebih nyaman jika sendirian.

Para ilmuwan mengatakan bahwa seseorang merasa tidak nyaman dalam sebuah komuniktas besar karena otak manusia yang evolusioner telah disesuaikan untuk bekerja dalam kelompok beranggotakan tidak lebih dari 150 orang.

Ini berarti orang cerdas akan semakin tidak nyaman ketika berada di dalam sebuah komunitas yang besar.

Lebih merasa bahagia ketika dekat dengan orang terdekat
Lalu kenapa kebanyakan orang merasa lebih bahagia berada di antara orang-orang terdekat mereka? Hal ini dikarenakan persahabatan membuat seseorang bahagia.

Selain itu, hal tersebut juga memenuhi kebutuhan psikologis seseorang untuk saling memberi kasih sayang, memberikan perasaan yang mereka butuhkan, dan memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman.

Akan tetapi orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi kebalikannya. Karena orang cerdas akan merasa lebih bahagia ketika sendirian, bukan saat dikelilingi oleh orang lain bahkan mungkin sahabat-sahabatnya.

Jadi, itu dia alasannya kenapa orang cerdas lebih suka dan bahagia ketika sendirian. Sahabat Bitter yang cerdas pasti tahu, kan?

Kesempatan berpikir negatif ketika berada di dalam komunitas besar
Tak ada yang menyangkal bahwa kita membutuhkan teman untuk berkomunikasi dan bertukar pikiran.

Namun para ilmuwan nampaknya tidak berpendapat demikian.

Mereka malah meragukan,
Apakah kita benar-benar membutuhkan komunikasi untuk merasa bahagia dan puas terhadap hidup kita?

Riset mereka yang melibatkan 15.000 orang berusia 18 hingga 28 yang berkomunikasi pada teman-temannya akhirnya menemui beberapa kesimpulan.

Psikolog Satoshi Kanazawa dari London School of Economics, dan Norman Li dari Universitas Manajemen Singapura, menyimpulkan tiga hal utama, yaitu:
  1. Pertama, sebagai pedoman, orang-orang yang hidup di lingkungan padat tak merasa begitu bahagia. 
  2. Kedua, untuk merasakan kebahagiaan, banyak dari kita yang membutuhkan komunikasi konstan terhadap teman-teman dan orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama. Semakin intim dan berkualitas suatu percakapan, maka akan semakin tinggi kebahagiaan
  3. Ketiga, orang-orang yang memiliki kecerdasan tinggi cenderung memiliki berbagai pengecualian untuk tak membutuhkan teman.
Semakin tinggi level IQ seseorang, maka akan semakin berkurang kebutuhannya untuk berkomunikasi dengan orang lain
Orang-orang cerdas biasanya tak merasa puas dengan kehidupan mereka ketika mereka terlalu aktif bersosialisasi.

Mereka tak merasa bahagia ketika mereka terlalu banyak berpesta.

Kemudian orang-orang cerdas biasanya memiliki lingkaran pertemanan yang sempit.

Cara kerja otak orang yang cerdas berbeda dengan orang lain, dan cara mereka berkomunikasi dengan orang Iain juga akan memiliki perbedaan sehingga hanya orang-orang tertentu yang mau berteman dengan mereka.

Ya, memang susah jadi orang cerdas.
Banyak orang yang menilai seenaknya dengan anggapan bahwa mereka hanya hidup di dunia mereka sendiri dan tak mau bersosialisasi

Nah, bagi orang-orang dengan kecerdasan di atas rata-rata, aktivitas sosial rasanya adalah kegiatan yang jahat dan memaksa.

Banyak dari mereka yang selalu menyendiri sehingga hanya beberapa orang saja yang mau menerima mereka.

Orang yang cerdas biasanya akan lebih tertarik soal hal-hal yang penting bagi mereka saja, sehingga komunikasi akan mereka taruh di prioritas nomor sekian
Carol Graham, seorang ilmuwan di Institusi Brooking yang merupakan ahli ekonomi kebahagiaan, menganggap bahwa orang-orang cerdas menggunakan waktu mereka untuk menciptakan target jangka panjang.

Mereka menganggap bahwa kebahagiaan bisa ditemukan dalam berbagai hal, dan interaksi dengan orang lain bukan termasuk salah satunya.

Mungkin karena mereka menganggap bahwa komunikasi pertemanan akan mendistraksi mereka dengan aktivitas utama mereka, yang berarti kebahagiaan mereka akan terganggu.

Istilah ini bernama Savanna Theory of Happiness yang berarti bahwa manusia bukan hanya sekumpulan DNA dan gen yang hidup, namun juga tempat dari sekumpulan memori yang diwariskan turun temurun. Para leluhur kita merasa bahwa kebahagiaan tak hanya ditemukan dari teman-teman saja, namun juga lewat berbagai hal yang kita suka.

Pernahkah Sahabat Bitter kepikiran,
Berapa banyak teman yang Einstein punya? 
Meskipun orang-orang cerdas tak membutuhkan teman untuk bahagia, namun mereka tetap mampu untuk membiarkan beberapa orang untuk masuk ke dalam hidup mereka.

Secara umum, mereka sebenarnya mampu untuk beradaptasi dan bersosialisasi.

Namun mereka tidak memilih untuk bersusah-payah bersosialisasi hanya karena mereka ingin dilihat dan dianggap penting.

Itulah kenapa mereka bisa dengan mudah hidup dengan aturan mereka sendiri tanpa harus beradaptasi dengan lingkungan tertentu.

Kecerdasan mereka memberikan mereka kebebasan untuk tidak bergantung dengan orang lain sepanjang waktu, sehingga mereka bisa dengan mudah membuat target dalam hidup.
☆☆☆☆☆

Penulis: Sritopia

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT