Sejarah Feodal Jawa Dan Leluhur Raja Airlangga

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Sejarah Feodal Jawa Dan Leluhur Raja Airlangga
Bicara tentang sejarah jawa feodal, kita tidak bisa meninggalkan Airlangga. Walaupun ia tidak berasal dari Jawa, Airlangga mempunyai peran besar dalam menentukan arah kisaran sejarah Jawa Timur paska kerajaan Kahuripan. Airlangga adalah putra Raja Bali, Udayana dari pemaisuri Mahendratta. Ibu Airlangga ini masih adik kandung dari Sri Dharmawangsa Teguh Anantawikrama, Raja Medang Kamulan di Jawa Timur, sebuah kerajaan yang berjalur keturunan Dinasti Isyana dari jaman Mataram Hindu
Pada umur 17 tahun, Airlangga datang ke Mendang Kamulan untuk menikahi kedua putri Sri Darmawangsa Teguhyang bernama Sri dan Laksmi.

Pada waktu pesta penikahan ketiga anak raja ini terjadi sebuah peristiwa yang membuatAirlangga muda merubah jalan hidupnya.

Barangkali hanya Sri Dharmawangsa Teguh, raja Jawa yang berani menyerang Sriwijaya.

Padahal, Sriwijaya yang bercorak Budha itu sedang mengalami jaman keemasannya oleh bandar dagang dan ketinggian filsafatnya.

Bisa ditebak jika serangan dari Jawa itu kemudian mengalami kegagalan.

Namun itu tidak mengurungkan Sriwijaya untukmenghukum Medang Kamulan dengan menggunakan kerajaan Wura-wuri (Ponorogo) sekutunya di Jawa.

Serbuan dari kerajaan Wura-wuri itu terjadi tepat di malam pesta pernikahan Airlangga dengan kedua Putri Dharmawangsa. Peristiwa tragis yang kemudian disebut

Pralaya (Malapetaka) di Kraton Medang itu menewaskan SriDharmawangsa Teguh berikut pemaisuri, patih dan menteri-menterinya.

Menurut batu Calcutta, seluruh Jawa bagaikan satu lautanyang dimusnahkan oleh raja Wura-wuri.

Tapi ada yang lolos dari kehancuran, yaitu Airlangga beserta kedua istri dan sedikit pengawalnya yang melarikan diri ke Gunung Prawito (Penanggungan).

Di sana, Airlangga bersembunyi dan mengatur kekuatan untuk merebut kembali kerajaan mertuanya.

Pada tahun 1019, Airlangga yang dinobatkan oleh para pendeta Budha, Siwa dan Brahmana, menggantikan Dharmawangsa, bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramo-tunggadewa.

Ia memerintah dengan daerah hanya kecil saja karena kerajaan Dharmawangsa sudah hancur, menjadi terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.

Sejak tahun 1028 Airlangga mulai merebut kembali daerah-daerah saat pemerintahan Dharmawangsa, yang bisa jadi juga ada hubungannya dengan kelemahan Sriwijaya yang baru saja diserang dari Colamandala (1023 dan 1030).

Raja-raja yang ditaklukkan itu adalah:

  1. Bhismaprabhawa (1028-1029), 
  2. Wijaya dari Wengker (1030), 
  3. Adhamapanuda (1031), 
  4. Raja Wengker(1035), 
  5. Wurawari (1032) dan
  6. Seorang seperti raksasa raja perempuan (1032). 

Peperangan Airlangga melawan Sang Ratu ini melahirkan legenda Calon Arang di Bali.

Kemakmuran dan ketentraman pemerintahan Airlangga (ia dibantu oleh Narottama/ rakryan Kanuruhan dan Niti/ rakryan Kuningan) yang ibu kotanya pada tahun 1031 di Wotan Mas dipindahkan ke Kahuripan di tahun 1031, kraton dari kerajaanini diperkirakan berada di desa Wotan Mas, wilayah Ngoro kabupaten Pasuruan, atau sekarang lebih dikenal dengan nama situs Kuto Girang.

Pemerintahan Airlangga diikuti dengan suburnya seni sastra, yang antara lain:
Kitab Arjuna Wiwaha karangan mpu Kanwa tahun 1030 M yang berisi cerita perkawinan Arjuna dengan para bidadari hadiah para dewa atas jerih payahnya mengalahkan para raksasa yang menyerang kayangan (kiasan hasil usaha Airlangga sendiri yang merupakan persembahan penulis kepada raja).

Ini juga pertama kali keterangan wayang dijumpai, walau sebetulnya sudah ada sebelum Airlangga.
☆☆☆☆☆

Baca Tags Terkait:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT