Jenggala, Sejarah Terkubur Di tepi Sungai Porong.

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Jenggala, Sejarah Terkubur Di tepi Sungai Porong.
Andai Dewi Kilisuci bersedia menjadi ratu di Kahuripan, barangkali sejarah tidak mengenal kerajaan Jenggala. Tetapi karena sang dewi lebih tertarik pada kesunyian gua Selomangleng (Kediri) daripada pesta pora hedonistik istana, maka Ayahnya, Prabu Airlangga merasa perlu membagi kerajaanmenjadi dua.

Pembelahan kerajaan Kahuripan bukan saja merubah wajah Jawa secara geografis, tapi juga geopolitik dan ekonomi. 

Pusat pemerintahan yang sebelumnya ada di satu tempat kini menjadi dua. Hanya sayangnya pusat ekonomi tetap menjadi hak sebuah daerah belahan dari Kahuripan. 

Masing-masing dua daerah belahan Kahuripan ini mempunyai kekuatan dan kelemahan. 

Jenggala, belahan sebelah utara ini kuat dalam ekonomi karena bandar dagang di Sungai Porong termasuk dalam wilayahnya. 

Sedangkan Dhaha (Kediri) yang bercorak agraris ini lebih kuat dalam bidang Yudhagama, olah keperajuritan, militer, bahkan mempunyai pasukan gajah.

Pembelahan kerajaan ini memang pada ujungnya jugamenyisakan sebuah sengketa antar dua pewaris. 

Dimana disalah satu belahan mengalami tingkat perekonomian yang tinggi, sementara di belahan lain tingkat ekonominya sangatminus.

Kedua perbedaan inilah yang menimbulkan sebuah perangyang akan meluluh lantakkan sebuah kerajaan dari muka bumi. Dan kerajaan itu adalah Jenggala.

Sebenarnya tidak sulit untuk menemukan pusat Kraton Jenggala di masa silam. 

Jauh-jauh hari sebelum tragedi Lapindo di Porong, sudah ada utusan dari Hindu Dharma Bali untuk melakukan ekskavasi dan penyelamatan sisa-sisa kraton Jenggala di area yang sekarang ada lumpur Lapindo. 

Usaha utusan ini kandas, mengingat Pemkab Sidoarjo sangat lemah dan menuruti kemauan Lapindo Brantas dan mengizinkan Lapindo Brantas melakukan pengeboran. 

Jadi, pusat Kraton Jenggala awal tiada lain adalah area dimana lumpur Lapindo berada sekarang ini. 

Tempat dimana tidak boleh ada satu bangunan manusia masa sekarang ini. Tempat yang disucikan sejak masa Prabu Airlangga. 
☆☆☆☆☆

Baca Tags Terkait:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT