Kerajaan Jenggala (Ujung Galuh Di Sidoarjo)

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Kerajaan Jenggala (Ujung Galuh Di Sidoarjo)
Dibandingkan Dhaha, faktor ekonomi Kerajaan Jenggalatumbuh sangat pesat.

Jenggala menguasai sungai-sungaibermuara termasuk Bandar dagang di Sungai Porong memberikan income yang besar bagi kerajaan.

Selain itu jugamembuat Jenggala lebih di kenal oleh manca Negara karena Bandar dagang peninggalan Airlangga ini (berdasarkan catatan kerajaan China) adalah Bandar dagang kedua terbesar dan ramai setelah Sriwijaya.

Tetapi Bandar dagang ini juga menjadi bibit perselisihan dengan Dhaha yang hanya menguasai sungai tanpa muara.

Sebab bagi Dhaha sangat tergantung dengan hasil Agrokultur ini tidak mempunyai pasar yang cukup memadai bagi hasil buminya, karena pasar besar adalah Jenggala.

Kata Jenggala di percaya berasal dari ucapan salah untuk Ujung Galuh.

Walaupun saat ini Ujung Galuh lebih menunjukkan suatu tempat di Surabaya atau Tuban.

Tetapi untuk hubungan kalimat Jenggala dengan Ujung Galuh bisa dilihat dari catatan Pedagang China yang menuliskan Jenggala dengan Jung-ga-luh.

Misalnya pedagang Chou Ku Fei yang datang pada tahun 982 Saka (1060 M) menuliskan:
Negara asing yang merupakan lumbung padi terbesar saat itu adalah Jung-ga-luh (Jenggala) dan San-fo-tsi (Sriwijaya).
Raja-raja Jenggala di antaranya Lembu Amiluhung (Sri Jayantaka). Sri Jayantaka adalah putra Airlangga dari selir.

Ia mulaimemerintah di Jenggala mulai tahun 1042 M.

Pada masa pemerintahannya, Jenggala mengalami jaman keemasansekaligus jaman kecemasan.

Dikatakan jaman keemasan karena pada masa itu Jenggala mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari hasil Bandar Dagang Porong.

Sementara dilain pihak Jenggala juga di cemaskan oleh ancaman serangan oleh Dhaha bila Bandar dagang itu tidak diserahkan ke Dhaha.

Kecemasan itu cukup beralasan mengingat kekuatan militer Dhaha lebih kuat dari pada Jenggala.

Raja lainnya adalah Sri Maharaja Mapanji Garasakan (1044 - 1052).

Pada masa pemerintahan Mapanji Garasakan, kerajaan Jenggala mengalami kemunduran akibat serangan dari Dhaha yang saat itu diperintah oleh Kameswara 1 (Inu Kertapati).

Karena serangan itu pusat kerajaan Jenggala di tarik lebih ke Utara, diperkirakan sekarang berada di daerah Lamongan.

Bukti perpindahan pusat kerajaan itu dapat dilihat padaPrasasti Kembang Putih, Malengga yang ditemukan di daerah Tuban.

Pada periode selanjutnya kerajaan Jenggala beribukotadi Lamongan.

Tibalah Mapanji Alanjung Ahyes berkuasa (1052 - 1059).

Jenggala di bawah Mapanji Alanjung Ahyes tetap berpusat di Lamongan. Pada masa pemerintahan nya sering di lancarakan serangan secara sporadis kepada pendudukan Dhaha.

Sri Samarotsaha adalah raja Jenggala terakhir sebelumkerajaan itu hilang dari pengamatan sejarah. Pusat kerajaantetap di daerah Lamongan.

Setalah tahun 1059 keberadaanJenggala seperti hilang di telan bumi.

Batas kerajaan Jenggala adalah sesuai dengan batas Kerajaan Kahuripan sebelah utara.

Dalam hal ini batas daerah kekuasaan Jenggala meliputi Timur (Bali), Tenggara (Pasuruan), Barat daya (Kudus).

Sebagai sebuah catatan:
Istilah Jenggala pada awalnyaadalah untuk menunjukkan sebuah tempat, Ujung Galuh, dan baru dipakai menjadi nama kerajaan setelah peristiwa pembelahan Kahuripan.

Untuk menentukan di mana letak kutaraja (kraton) Jenggala, tulisan ini menggunakan masa pemerintahan Sri jayantaka sebagai rujukan, yang mana kraton Jenggala ditempatkan di wilayah Sidoarjo.

Adapun pertimbangannya adalah karena pada masa Sri Jayantaka yang Cuma tiga tahun itu, kerajaan Jenggala masih merupakan sebuah struktur pemerintahan yang otonom dan aktif.

Artinya Jenggala pada waktu itu masih punya wilayah, pusat pemerintahan, pusat militer, fasilitas umum dan masih memegang kendali perkembangan Bandar dagang di sungai Porong.

Sedangkan untuk masa setelah Sri Jayantaka, Jenggala lebihberbentuk komunitas-komunitas kecil yang tersebar dibeberapa daerah di Jawa Timur.

Termasuk juga padapemerintahan Mapanji Garasakan dan Alanjung ayes yang masih memimpin perlawanan terhadap Kediri secara sporadis.

Selain merujuk pada masa pemerintahan Sri Jayantaka, fakta lain yang menunjukkan hubungan Sidoarjo dengan jenggala adalah:
1. Pertama, 
Sebuah tulisan dari Kitab Negarakertagama yang menceritakan perjalanan dinas Hayam Wuruk untuk meninjau tiga daerah yang berdekatan yaitu Jenggala, Surabaya dan Bawean.
Adapun kalimat dalam kitabtersebut adalah:
Yen ring Jenggala ki sabha nrpati ring Curabhaya melulus mare Buwun 
(Jika raja berada di Jenggala, beliau pasti mengunjungi Surabaya sebelum ke Bawean).

2. Kedua.
Pada masa pemerintahan Mataram, wilayah Sidoarjo masih di sebut Jenggala.
Contohnya kawedanan di Sidoarjo diistilahkan Jenggala 1, Jenggala 2 dan seterusnya.

3. Ketiga.
Banyaknya cerita rakyat yang berkembang dan peninggalan-peninggalan, misalnya:
Makam Mbok Rondo Dadapan di Desa dadapan Ande-Ande lumut, Tawang alun, Candi Kecana, Candi Sari serta bangunan-bangunan kuno di sepanjang sungai Pepe, Gunung Kalang Anyar dan Gunung Pulungan (sekarang telah jadi perkampungan), adanya makam perkampungan lama di Tawang Alun, ditemukan adanya Arca serta ratusan bangunan lain yang banyak tersebar di wilayah Sidoarjo dan penanggungan.

Dengan beberapa fakta di atas bisa dikatakan bahwa kratonJenggala pada mulanya ada wilayah Sidoarjo.

Pertanyaan selanjutnya adalah:
Di wilayah Sidoarjo sebelah manakah kraton Jenggala berdiri? 
Ada beberapa pendapat yang berlainan mengenai keberadaan kraton Jenggala.

Tulisan ini hanya menghimpun pendapat-pendapat itu.

Menurut buku sejarah Sidoarjo yang di himpun PAPENSE (Panitia Penggalian Sejarah Sidoarjo, tahun 1970), letak kratondari Jenggala berada di sekitar sungai Pepe. Hal ini dibuktikan dengan penemuan beberapa arca di lokasi itu.

Pada saat inilokasi yang diyakini kraton Jenggala itu berada di wilayahKecamatan Gedangan.

Lain halnya dengan Totok Widiardi yang menyatakanbahwa kraton Jenggala berada di sekitar alun-alun.

Tepatnya berada di lokasi yang kini menjadi rumah dinas Bupati Sidoarjo.

Pendapat ini mendasarkan bukti tentang adanya patung katak raksasa dan arca Bathara Ismaya (Semar) yang masih berada di sana hingga tahun 1975.

Sampai saat ini kepastian di mana persis nya posisi kratonJenggala masih misterius.

Karena selain tidak adanya penelitian untuk itu juga belum ditemukannya situs purbakala yang menunjukkan bekas Kraton Jenggala.

Di tambah lagi tidak adanya kitab-kitab peninggalan Jenggala.
☆☆☆☆☆

Baca Tags Terkait:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT