Benarkah Islam Nusantara/ Islam Kejawen Itu Sesat?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Benarkah Islam Nusantara/ Islam Kejawen Itu Sesat?
Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akal dan kemampuan belajar dan ilmu pengetahuan adalah sebagai dasar dicalonkannya manusia untuk menjadi khalifah di muka Bumi. 

Karenanya Islam datang menyuruh kita untuk merenung, berpikir, dan memperingatkan peniruan secara membuta dan sikap jumud, sehingga berpikir dan belajar adalah kewajiban dalam Islam.

Islam juga memuji ilmu pengetahuan, sehingga orang-orang yang berilmu pengetahuan, Islam menjadikannya sebagai pewaris para Nabi.

Adanya sekelompok golongan Islam yang lainya mengatakan Islam Nusantara/ Islam Kejawen adalah:
Ahli bid’ah atau bahkan Ajaran Sesat karena tidak sesuai dengan ajaran Rasul. 

Kita disini bukan mengupas golongan mana yang dimaksud, Bitter Coffee park yakin Orang Muslim Indonesia tahu benar golongan mana yang dimaksud.

Pertanyaannya adalah:
Benarkah Islam Nusantara Itu Sesat?
Pertama kali kita harus tegaskan bahwa:
Dari Dulu Islam Itu Satu, Dan Akan Tetap Satu Selamanya

PENGERTIAN ISLAM NUSANTARA
Islam Nusantara atau model Islam Indonesia adalah suatu wujud empiris Islam yang dikembangkan di Nusantara setidaknya sejak abad ke-16, sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi, interpretasi, dan vernakularisasi terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam yang universal, yang sesuai dengan realitas sosio-kultural Indonesia.

Istilah ini secara perdana resmi diperkenalkan dan digalakkan oleh organisasi Islam Nahdlatul Ulama pada 2015, sebagai bentuk penafsiran alternatif masyarakat Islam global yang selama ini selalu didominasi perspektif Arab dan Timur Tengah.

Islam Nusantara didefinisikan sebagai penafsiran Islam yang mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal di Indonesia dalam merumuskan fikihnya.

Pada Juni 2015, Presiden Joko Widodo telah secara terbuka memberikan dukungan kepada Islam Nusantara, yang merupakan bentuk Islam yang moderat dan dianggap cocok dengan nilai budaya Indonesia.

Penyebaran Islam di Indonesia adalah proses yang perlahan, bertahap, dan berlangsung secara damai.

Satu teori menyebutkan bahwa Islam datang secara langsung dari jazirah Arab sebelum abad ke-9 M.

Sementara pihak lain menyebutkan peranan kaum pedagang dan ulama Sufi yang membawa Islam ke Nusantara pada kurun abad ke-12 atau ke-13, baik melalui Gujarat di India atau langsung dari Timur Tengah.

Pada abad ke-16, Islam menggantikan agama Hindu dan Buddha sebagai agama mayoritas di Nusantara. 

Islam tradisional yang pertama kali berkembang di Indonesia adalah cabang dari Sunni Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang diajarkan oleh kaum ulama, para kyai di pesantren.

Model penyebaran Islam seperti ini terutama ditemukan di Jawa.

Beberapa aspek dari Islam tradisional telah memasukkan berbagai budaya dan adat istiadat setempat.
[Baca: Islam Nusantara]
PENGERTIAN ISLAM KEJAWEN
Islam Kejawen bukalah sebuah Agama karena Islam Kejawen sebenarnya tetap sama dengan Agama Islam seperti yang pernah dibahas sebelumnya bahwa Islam Kejawen dapat dikatakan termasuk didalam Kultur Kebudayaan Islam yang ada di Indonesia.

Secara umum agama Islam‎ merupakan agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan artilainnya Agama Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti Seseorang Yang Tunduk Kepada Tuhan, atau lebih lengkapnya adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan firman-Nya kepada manusia melalui para nabi dan rasul utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.

Kejawen (bahasa Jawa Kejawèn) merupakan sebuah kepercayaan yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa.


Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat di mana keberadaannya ada sejak orang Jawa (Bahasa Jawa: Wong Jawa, Krama: Tiyang Jawi) itu ada. 

Hal tersebut dapat dilihat dari ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama yang dianut pada zamannya. 

Lalu...
Kenapa Harus Mempermasalahkan Islam Nusantara Dan Islam Kejawen?

Padahal, baik Islam Nusantara dan Islam Kejawen mesih berkiblatkan di Ka'bah dan berkitabkan Kitap Suci Al-Qur'an.

Tapi, ada sebuah kelompok Islam yang mengatakan bahwa Islam Nusantara atau Islam Kejawen adalah ajaran sesat dan cenderung menyerupai Kekafiran.

Padahal, kesesatan atau kekafiran itu muncul dikarenakan tingkah niat hati dalam berprilaku hidup itu berpedoman pada tingkah laku orang-orang kafir, seperti:

Bukan karena dia Islam Nusantara atau Islam Kejawen.

Secara Definisi:
Kāfir (bahasa Arab: كافر kāfir; plural كفّار kuffār) artinya adalah menutup kebenaran, menolak kebenaran, atau mengetahui kesalahan tapi tetap menjalankannya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kafir adalah orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. 

Defisi Kafir Dibagi menjadi 3 (tiga)
  1. Ada kafir harbi yaitu orang kafir yang mengganggu dan mengacau keselamatan Islam sehingga wajib diperangi, 
  2. Ada kafir muahid yaitu orang kafir yang telah mengadakan perjanjian dengan umat Islam bahwa mereka tidak akan menyerang atau bermusuhan dengan umat Islam selama perjanjian berlaku, dan 
  3. Ada kafir zimi yaitu orang kafir yang tunduk kepada pemerintahan Islam dengan kewajiban membayar pajak bagi yang mampu.

Menurut Ensiklopedi Islam Indonesia
Dalam teologi Islam, sebutan kafir diberikan kepada siapa saja yang mengingkari atau tidak percaya kepada kerasulan Nabi Muhammad (570-632 M) atau dengan kata lain tidak percaya bahwa agama yang diajarkan olehnya berasal dari Allah pencipta alam. 

Kendati orang Yahudi atau Kristen meyakini adanya Tuhan, mengakui adanya wahyu, membenarkan adanya hari akhirat dan lain-lain, mereka - dalam teologi Islam - tetap saja diberi predikat kafir, karena mereka menolak kerasulan nabi Muhammad atau agama wahyu yang dibawanya.

Islam Kejawen juga bagian dari Islam Nusantara yang ada di Indonesia.
Karena, pada dasarnya Islam Kejawen adalah Orang Islam dari suku jawa yang masih melestarikan Kebudayaan Jawa seperti Dakwah para Wali Songo yang terbukti Ampuh mengislamkan Nusantara.

Jika kita ketahui, Budaya itu berbeda dengan Adat Istiadat.

Namun itu adalah satu kesatuan yang bergaris lurus.

Budaya terbentuk karena adanya Sitem prilaku yang ada didalam masyarakat lokal. Jika kita tarik garis benang merah lurus, maka sistem itu sebagai berikut:

Agama => Adat Istiadat => Budaya.

Agama yang membentuk Adat Istiadat itu sendiri dan melanjutkan ke dalam sistem Budaya masyarakat setempat. Namu, Budaya terbentuk bukan hanya dari faktor Agama saja. Faktor alam juga mempengaruhi Budaya yang akhirnya disitulah terbentuk Cipta Karsa Rasa Manusia (Karya Seni)

Kesimpulannya:
Agama samawi ialah ajaran Allah yang disampaikan kepada para Rasul-nya, yaitu agama Islam. Agama Samawi atau Sama’i, ialah agama Wahyu, dan wahyu yang Allah turunkan itu tidak lansung diturunkan kepada masyarakat, akan tetapi melalui Rasul atau utusan Allah.


  1. Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melinkan diturunkan kepada masyarakat.
  2. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikanya.
  3. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
  4. Ajaranya serba tetap, walaupun tafsiranya dapat berubah sesuai dengan kecerdasan dan kepekaan manusia.
  5. Konsep ketuhananya adalah: Monotheisme mutlak (Tauhid).
  6. Kebeneranya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa, dan keadaan.
Dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa agama samawi bukanlah hasil pemikiran ataupun diambil dari kebudayaan manusia, melainkan murni ajaran dari Tuhan yang bersifat mutlak.

Oleh karenanya lingkup kebudayaan ataupun yang lain tidak boleh mengatasnamakan bahwa ajaran samawi itu berasal dari mereka.

Seperti halnya kebudayaan, agama sangat menekankan makna dan signifikasi sebuah tindakan.

Karena itu sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat antara kebudayaan dan agama bahkan sulit dipahami kalau perkembangan sebuah kebudayaan dilepaskan dari pengaruh agama.

Melarang umat Islam mengikuti jejak langkah orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ 
Artinya: 
Belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk secara khusyuk mengingat Allah dan mematuhi kebenaran yang telah diwahyukan (kepada mereka), dan janganlah mereka (berlaku) seperti orang-orang yang telah menerima kitab sebelum itu, kemudian mereka melalui masa yang panjang sehingga hati mereka menjadi keras. Dan banyak di antara mereka menjadi orang-orang fasik.
(QS. Al-Hadid : 16)

Sesunguhnya tidak ada satupun kebudayaan yang seluruhnya didasarkan pada agama.

Namum yang harus diwaspadai disini bukanlah tentang Islam Nusantaranya. Melainkan Kaum muslimin dinegeri ini dalam menjalani kehidupan sehari-harinya telah terbelenggu dengan gaya yang sama dengan cara gaya hidupnya orang-orang kafir, sehingga secara kasat mata bila dilihat dari penampilan sehari-harinya sudah sulit membedakan.
Apakah seseorang itu muslim atau orang kafir?

Budaya, adat istiadat, perbuatan, sikap dan tingkah laku serta kebiasaan mereka-mereka non muslim sepertinya sudah menjadi budaya, adat istiadat, perbuatan, sikap, perilaku dan kebiasaan sebagian besar orang-orang muslim. 

Banyak contoh baik dilihat dari gaya penampilan individu, keluarga maupun dalam kelompok yang lebih luas lagi yaitu masyarakat.

Pandangan yang keliru seperti itu (Menganggap Islam Nusantara Sesat) hanya mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang sebenarnya dan memperlambat tindakan yang diperlukan secara mendesak dan tindakan pencegahan yang penting.

Dalam hubungan timbal balik mereka, iman dan akhlak baik adalah penting, dan bukan ras, asal-usul suku, bahasa, harta, kedudukan, atau jabatan. 

Kenyataan bahwa kaum Muslim belum mampu Menciptakan Persatuan Islam yang kuat dan giat merupakan penyebab utama banyaknya permasalahan yang ada saat ini. 

Budaya Jawa Dan Arab Itu Beda.
Tapi, Kita memiliki Adat Yang Sama.
Karena Adat itu adalah Ahklak.
NB: Aliaran Kejawen Itu bukan Islam Kejawen
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT