Mengapa saya harus percaya pada Tuhan sedangkan tidak ada bukti konkret untuk keberadaannya?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Mengapa saya harus percaya pada Tuhan sedangkan tidak ada bukti konkret untuk keberadaannya?
Berikut ini adalah jawaban Rajwsh Gidwani di Quora. 
Rajesh Gindwani
Rajesh Gindwani, Property Development Manager (2010-sekarang)

Siapa bilang Tuhan gak ada bukti konkret? Bukannya yang menulis di kitab kitab suci sudah menyaksikan sendiri keberadaan Tuhan itu sendiri?
Bukankah ketika Yesus naik ke langit banyak yang menyaksikan?
Atau peristiwa Isra Miraj?
Atau Vishwarupa dari Krishna disaksikan oleh beberapa pihak di berbagai tempat, antara lain oleh Arjuna di padang Kurushetra, Vyasa di hutan dan Sanjay di Hastinapura?

Lalu jika ada manusia yang telah melihat Tuhan dan mencatatnya di buku,

  • Kenapa kita tidak percaya?
  • Apa karena tidak melihat sendiri jadi tidak percaya?
  • Lalu apa anda melihat sendiri Neil Armstrong mendarat di bulan? 
  • Tapi tetap percaya dengan moon landing kan? 
  • Jika anda bisa mempercayai NASA kenapa tidak percaya pada penulis kitab suci di agama anda?
Tambahan : 
Saya tidak bertanya:

  • “Apa manusia telah mendarat di Bulan” atau 
  • “Apa manusia bisa ke Bulan” atau 
  • “Mana yang lebih efisien, mengirim manusia atau vahana antariksa ke Bulan”
Yang saya tanyakan hanya kejadian satu event saja dan pada satu masa saja:
Apa yang membuat anda di tahun 1969 yakin Neil mendarat di Bulan?
☆☆☆☆☆
3 Nasihat Sunan Kalijaga Lewat Lakon Semar
1. 
Ojo ngaku pinter yen durung biso nggoleki lupute awake dewe 
(Jangan mengaku pintar jika belum bisa mencari kesalahan diri sendiri).

2. 
Ojo ngaku unggul yen ijeh seneng ngasorake wong liyo 
(Jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain).

3. 
Ojo ngaku suci yen durung biso manunggal ing Gusti Allah 
(Jangan mengaku suci jika masih belum bisa menyatu dalam Gusti).

Semar sesungguhnya sudah dikenal masyarakat Jawa jauh sebelum Kanjeng Sunan Kalijaga lahir. 

Nama Semar sendiri bisa ditemukan misalnya dalam kakawin:
  1. Siwa Sogata, 
  2. Sang Hyang Nawaruci dan 
  3.  Sudamala 
(yang juga terdapat dalam relief di Candi Sukuh). 

Beliau dipahami sebagai prototipe manusia Jawa sejati, sosok paripurna yang telah menemukan jati dirinya. 

Manusia Jawa sejati adalah ia yang senantiasa sadar diri, tahu diri, 
  1. sumeleh ing pamikir (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan 
  2. sumarah ing karep (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Gusti).

Kata “Jawa” sendiri oleh para leluhur dimaknai sebagai keadaan sadar, mengerti eling, dan waspada. 

Meskipun seseorang keturunan Jawa, tetapi jika belum sadar diri dan tahu diri, oleh leluhur ia disebut “ora njowo”.

Sebaliknya, meskipun seseorang bukan keturunan Jawa, tetapi jika senantiasa sadar diri dan tahu diri, ia disebut “njowo”. 

Itu sebabnya, kendati keturunan Arab, Syekh Siti Jenar sangat dimuliakan di tanah Jawa sebab beliau adalah sosok yang telah menemukan jati dirinya. 

Melalui lakon Semar dalam kesenian wayang, Kanjeng Sunan Kalijaga, Sang Guru Agung Tanah Jawa, membabar ajaran tentang manusia jawa sejati.
Sekedar buat tambahan pengetahuan, tidak ada maksud apa-apa. 

Karena prihatin aja, sama keadaan jaman sekarang.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT