Asean Games 2018: Siapa Kita?? Indonesia

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Asean Games 2018: Siapa Kita?? Indonesia
Presiden Joko Widodo tak bisa hadir untuk menyaksikan acara Upacara Penutupan (Closing Ceremony) Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (2/9/2018), karena tengah meninjau langsung korban bencana di Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk memantau perkembangan daerah itu pasca diguncang serangkaian gempa bumi.
Saya besok (Minggu) akan ke lombok ya, pagi.
ujar Jokowi kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (1/9).

Daerah Lombok, NTB, diguncang serangkaian gempa terhitung sejak 5 Agustus lalu.

Gempa pertama yang terjadi saat itu berkekuatan magnitudo 7,0. Setelah itu sejumlah gempa susulan terjadi.

Pada Kamis (23/8), data Penanganan Darurat Bencana gempa Lombok mencatat gempa Lombok menewaskan 555 orng dan 390.529 jiwa penduduk mengungsi. Kabupaten Lombok Utara jadi terdampak paling parah dengan korban tewas mencapai 466 orang.

Sementara itu data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 22 Agustus 2018 pukul 04.00 WITA mencatat jumlah rumah yang rusak berat di NTB mencapai 76.765 unit. Sementara fasilitas publik dan rumah ibadah yang rusak sebeanyak 1.229 unit.

Dari segi dana, BNPB memperkirakan secara kasar pemerintah memerlukan Rp3,5 triliun sampai Rp4 triliun untuk memperbaiki rumah warga yang rusak berat.

Presiden Jokowi telah menunjuk sejumlah menteri untuk diberi tugas khusus mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa NTB, sesuai amanat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2018 yang ditandangani oleh Jokowi pada 23 Agustus 2018.

Total 19menteri dikerahkan untuk proses rehabilitasi dan rekonstruksi di NTB. Mereka antara l ain Menko Polhukam, Menko PMK, Menko Perekonomian, Menko Kemaritiman, Menteri PUPR, Mendagri, Menteri Agama dan Mendikbud. Selain itu juga Menteri Kesehatan, Menteri Sosial, Menteri ESDM, Menkominfo, Menteri LHK, Menteri Pertanian, Menteri BUMN, Menkop dan UKM, Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan dan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN.

Setelah Inpres itu pemerintah bakal memberi bantuan dana tahap pertama sebesar Rp10 juta kepada setiap pemilik rumah yang rusak akibat gempa di Lombok.

Presiden Jokowi telah menunjuk sejumlah menteri untuk diberi tugas khusus mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa NTB, sesuai amanat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 5 Tahun 2018 yang ditandangani oleh Jokowi pada 23 Agustus 2018.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengungkapkan total dana yang dikucurkan pemerintah untuk satu rumah yang rusak sebesar Rp50 juta.
Dana 50 juta ini akan dibagi lima tahap, Rp10 juta untuk modal awal, tahap selanjutnya Rp10 juta untuk membangun misalnya pondasi rumahnya.
ungkap Puan, Jumat (31/8).

Jokowi sebelumnya juga sempat memantau langsung penanganan pascagempa di NTB pada 14 Agustus lalu.

Namun, Presiden Jokowi sempat memberikan sambutan melalui video. Dia mengucapkan terima kasih atas kerja keras semua pihak sehingga Asian Games 2018 berjalan lancar, plus kepada para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa. 
Saya meminta maaf tidak bisa menghadiri upacara penutupan Asian Games secara langsung karena saat ini saya sedang berada di Lombok.
kata Presiden Jokowi dalam tenda pengungsian di Lombok, Minggu.
Selamat dan terima kasih untuk kontingen di seluruh Asia yang ikut terlibat dalam ajang Asian Games kali ini.
ujarnya.

Pada akhir sambutan, Jokowi berteriak, SIAPA KITA? dan langsung dijawab INDONESIA oleh para pengungsi yang duduk di sekitarnya. 

Jargon SIAPA KITA? INDONESIA itu awalnya dilontarkan Valentino "Jebreeet" Simanjuntak ketika membawakan siaran langsung pertandingan timnas Indonesia. 

Pada Asian Games 2018, jargon itu semakin lantang diteriakkan oleh suporter Indonesia dalam mendukung para atlet Tanah Air. 
Seperti dikutip dari harian Kompas, Minggu (2/9/2018), wajah-wajah semringah, senyuman merekah, tawa renyah, hingga pekikan meriah tumpah ruah dalam dua pekan ini. Lepas dari soal atlet jagoan menang atau kalah, energi gembira bergelora.

Hal itu dirasakan banyak orang ketika ternyata momen Asian Games 2018 melampaui soal pertandingan semata. Saat masyarakat kian jenuh oleh berbagai hal yang mudah memicu segregasi, Asian Games menjadi perekat.

Atmosfer di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, dan berbagai arena tanding lainnya, juga di Palembang, Sumatera Selatan, terasa seperti dunia tersendiri yang lama dirindukan. 

Tak harus paham teknis, strategi, dan sistem penilaian dari semua cabang olahraga yang dipertandingkan. Cukup datang, bersorak, dan bersukacita.

Rasakan energi positifnya, sportivitasnya, dan tentunya semangat yang menguar. Suasana ini jadi terapi bagi yang tengah suntuk.

Saat gelaran maraton putri akhir pekan lalu, penonton Indonesia pun tetap antusias meski tak ada wakil pelari maraton putri dari Indonesia. Antoni Nata, warga Jakarta Utara, misalnya, datang ke lintasan di Jalan Mangga Besar untuk menonton pelari asal Bahrain, Rose Chelimo.

Di Hall A JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, di arena angkat besi, setiap hari kursi tribune berkapasitas 1.000 penonton selalu penuh. Manajer pertandingan angkat besi, Alamsyah Wijaya, terpukau dengan membeludaknya jumlah penonton.
Biasanya kalau kejuaraan yang menonton hanya atlet dan pelatih, sekarang masyarakat biasa juga menonton.
katanya.

Dukungan moral penonton Indonesia untuk atlet Indonesia pun terasa ketulusannya. Demi menonton pelari maraton putra Indonesia, Agus Prayogo, misalnya, banyak orang Indonesia sudi datang ke kawasan Senayan selepas subuh pada Sabtu (25/8/2018).

Penonton Indonesia juga menunjukkan sportivitas saat jagoan atlet Indonesia gagal. Ketika penyerahan medali kepada tim atlet negara lain dan lagu kebangsaan pemenang dikumandangkan, hampir semua penonton Indonesia ikut beranjak berdiri dari kursi untuk turut menghormati negara pemenang.

Apa pun pertandingannya, siapa pun yang bermain, sorak-sorai penonton Indonesia selalu maksimal.

Tengoklah ucapan Bung Karno yang tertoreh di Patung Soekarno di GBK. 
Asian Games bukan hanya terbatas pertandingan olahraga, tetapi juga mengusung harga diri bangsa... Ever onward never retreat, merdeka!
Dengan beradab, tunjukkan harga diri kita. Kita bukan remah-remah rempeyek. Siapa kita? Indonesia!
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT