Apakah anak-anak muda yang kini terjun atau mendirikan partai politik masuk kategori tersebut?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Apakah anak-anak muda yang kini terjun atau mendirikan partai politik masuk kategori tersebut? 
Dalam sebuah pidato, Presiden Sukarno pernah berseru, 
Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. 
Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.

Tentu yang dicari Si Bung Karno adalah pemuda baik-baik, cerdas, dan berkarakter. 

Kembali lagi kepertanyaan
Apakah anak-anak muda yang kini terjun atau mendirikan partai politik masuk kategori tersebut? 

Meski belum ada jawaban pasti, Bitter Coffee Park menyambut baik masuknya sejumlah anak muda ke panggung politik, yang jelas:
Bagus dan positif sekali 
(pemuda ke politik).

Partai politik, harus melakukan regenerasi. Mereka harus merekrut anak muda yang potensial, baik secara intelektual maupun potensi lainnya. 

Kepada anak-anak muda itulah masa depan Indonesia 10 atau 20 tahun ke depan berada. 

Ini suatu harapan yang bagus karena di tengah-tengah sinisme kekecewaan terhadap kinerja parpol, ada anak muda memilih menyalakan lilin ketimbang mengutuk kegelapan. Dan semua lapisan harus mau mendorong banyak anak-anak muda ke politik. 

Partai politik tidk boleh dijauhi, melainkan harus didekati dengan masuk ke dalamnya. Pasalnya, parpol adalah pilar utama alias tulang punggung utama demokrasi. 

Apabila partai politiknya bagus, bagus pula pemerintahannya. 

Soal rekrutmen kepala daerah yang didominasi partai politik. 

Begitu juga seleksi sejumlah pimpinan lembaga ada di tangan partai politik melalui perwakilannya di parlemen. 

Baik masuknya sejumlah anak muda ke panggung politik. Apalagi, selain keterwakilan perempuan, adanya anak muda di parlemen perlu perhatian serius. 

PR kita di politik dalam hal keterwakilan itu ada dua: 
  1. Perempuan; dan 
  2. Anak muda. 
Dalam pertemuan-pertemuan parlemen, baik di tingkat regional dan dunia, memang arahnya ke sana. 

Terutama untuk negara-negara yang sudah selesai dengan urusan perwakilan perempuan, banyak mendorong keterwakilan anak muda. 

Mari kita melihat negara-negara Eropa yang sudah cukup banyak perempuannya di parlemen mulai fokus bicara keterwakilan anak muda. 
Sudah ada diskusi tentang perlunya memberikan komitmen misalnya 30% anak muda di dalam parlemen. 

10 hingga 20 tahun ke depan panggung politik Indonesia akan diisi orang-orang yang sekarang masih dikategorikan muda. 

Makin banyak politikus muda yang sukses, tentunya akan berdampak baik juga pada dunia politik Indonesia ke depannya. 

Apalagi, saat ini perlu orang-orang yang menginspirasi dan menjadi teladan dalam dunia politik, agar masyarakat, terlebih lagi anak muda, tidak lagi antipati terhadap dunia politik. 

Di masa perjuangan, Bung Karno memimpin PNI saat berusia 26 tahun. Ketika mendirikan Perhimpunan Indonesia, Bung Hatta berusia 25 tahun. Sedangkan Bung Syahrir, ketika menjadi perdana menteri pertama Indonesia, baru berusia 36 tahun.

Di era milenial seperti saat ini, ada Emmanuel Macron, yang jadi Presiden Perancis, dan Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri Kanada. Keduanya masih muda. 

Jadi menurut hemat Bitter Coffer Park, politik tidak mengenal usia. 

Selama ia mampu dan punya kapasitas, ia pantas untuk jadi pemimpin.

KENAPA HARUS BERPOLITIK SEJAK MUDA?
Politik merupakan salah satu aktivitas manusia terpenting sepanjang sejarah manusia, disamping kepentingan primer manusia. 

Politik mengajarkan manusia saling mengelola potensi yang berserakan di antara mereka, saling bersinergi untuk mencapai suatu tujuan yang sama, saling memahami dalam perbedaan yang ada, juga saling menjaga peraturan yang telah disepakati bersama. 

Setiap berhadapan politik akan menemukan bahwa ada yang dipimpin dan ada yang memimpin, ada yang memikirkan sederet konsep, ada yang yang merealisasikan. 

Ada yang memerintah dan ada yang diperintah. 

Ada kewajiban yang harus dilaksanakan dan ada pula hak yang harus didapatkan. 

Semuanya itu adalah sebuah aktivitas manusia. 

Semakin skala aktivitas itu membesar, maka jelas semakin tinggi pula bendera politik akan berkibar.

Politik sangatlah berpengaruh terhadap wujudnya suatu bangsa yang makmur. 

Berpengaruh terhadap bidang lainnya, biadang ekonomi, sosial, pemerinatahan. Tanpa politik roda pemerintahan tidak akan berjalan dengan harmonis. Seperti Indonesia.

Berbicara politik memaksa yang berbicaranya untuk melihat persoalan-persoalan masyarakat, baik masyarakat internal maupun eksternal. 

BERPOLITIK SECARA INTERNAL
Secara internal mengatur akan roda pemerintahan, menjelaskan tugas-tugasnya, merinci hak-hak dan kewajiban–kewajibannya, mengontrol dan membantu para petinggi atau pejabat untuk mereka menaati peraturan yang baik serta diluruskan jika menyimpang. 

BERPOLITIK SECARA EXTERNAL
Berbeda dengan politik internal. Politik eksternal berbicara tentang menjaga kebebasan dan kemerdekaan masyarakat, menanamkan rasa percaya diri, kewibawaan, dan meniti jalan menuju sasaran-sasaran yang mulia, yang dengan cara ini masyarakat akan memiliki harga diri dan kedudukan yang tinggi di kalangan bangsa lain, membebaskan dari imperalisme dan camput tangan dari bangsa lain dalam urusannya, menetapkan pola interaksi bilateral maupun multilateral yang menjamin hak-haknya serta mengarahkan semua negara menuju perdamiaan internasional yang kemudian diatur dalam suatu hokum yaitu hokum internasional.

BICARA INDONESIA
Berbicara Indonesia, tidak luput dari yang namanya politiknya Indonesia. 

Politik yang berada di Indonesia, jelas akan berbeda dengan politik negara lain. 

Karena masyarakatnya berbeda. 

Kebudayaan pun juga berbeda, sehingga mempengaruhi untuk cara berpikir akan politik juga berbeda. 

Walaupun berbeda tetapi tetap dalam satu koridor. 

Satu koridor disini mengacu akan dasar dari politik tersebut.

Saat ini, hiruk piruk dunia politik Indonesia kian semrawut. 

Ada peraturannya tetapi peraturan itu seperti tidak ada artinya. 

Kesemrawutan itu terlihat jelas di pemerintahan, kinerja pemerintahan. 

Mulai dari kasus wong kecil hingga ke pejabat. 

Meski pesta demokrasi rakyat Indonesia baru dilaksanakan sekitar 1 tahun lagi, yaitu di tahun 2014, sudah terlihat upaya saling menjatuhkan dari pihak lawan politik. 

Antara pelaku politik saling membuka aib, kejelekan yang sampai terdengar di telinga rakyat, hingga mereka bertanya-tanya: 
Masih adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia? 
Rakyat yang kadang hanya bisa mengabdi haruslah menerima segala macam konsekuensi dari ulah politik. 

Bila NKRI saat ini seolah terpolakan hanya berdasarkan warna partai. 

Bgaimanakah kemudian bisa menjadi alat demi menyejahterakan rakyat seperti peranan politik yaitu alat demi menyejarahkan rakyat?
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT