Ilustrasi hembusan nafas panjang

What’s with the ‘Ape’ though? Berasa lagi ditanya Jaja Miharja :))

Baiklah. Sekarang saya akan menyuarakan isi hati saya yang terdalam.

Saat awal masuk kuliah, saya suka dengan mantan saya dari pandangan pertama. Tapi perasaan itu tidak saya tindak lanjuti, berhubung saat saya cek media sosialnya, dia sudah punya pacar saat itu. Ouch!

Namun tanpa disangka-sangka, beberapa bulan setelah itu, dia mendekati saya. Tentu saja dengan senang hati saya sambut mesra, dengan sedikit bumbu tarik ulur supaya dia penasaran saja :))

Anehnya, mantan saya ini berpesan nggak mau terlihat berduaan dengan saya di kampus. Malu katanya, sudah biasa pacaran model begitu sejak SMA katanya.

Tapi karena saya sayang dia (dan buta), ya saya nurut saja.

Ayo tebak ending cerita ini seperti apa :))

Bukan, bukan yang itu kok. Memang sih saya pernah menemukan kalau dia masih menyimpan foto mantannya di lemari kosan. Tapi saya nggak ambil pusing soal itu.

Masalahnya adalah, dia di kampus sangat dingin dan menjauh dari saya. Tapi kalau saat lagi makan bersama, jalan-jalan, intinya dunia luar selain kampus, termasuk di media sosialnya pun, dia perlihatkan kalau saya pasangannya. Garis bawahi, saya cuma bisa merasakan dia sayang sama saya saat lagi jalan-jalan saja. Yang artinya dia butuh keluar uang setiap jalan-jalan dilaksanakan.

Dia pernah mengeluh, which he brushed it off quickly though, “Pas kita break pacaran kemarin, rasanya kok aku jadi banyak banget duitnya. Bisa benerin hp, bisa naik gunung, bisa nabung” …. Dan dia akhiri dengan “Yaudah jangan dipikirin”

Well, tentu saja saya kepikiran, bahkan sampai sekarang, setelah 7 tahun berlalu. Apa memang saya penyebab dia boros? Padahal saya nggak bermaksud bikin dia nggak bisa menabung. Lagian, dia cuma sayang saya saat jalan-jalan :((

Saya baru merasakan jadi anak kos satu tahun belakangan. Saat itu, mantan saya itu juga anak kos. Sekarang saya mengerti betul memang susahnya mengatur uang saat hidup sendiri, apalagi saya tidak terima lagi uang dari orang tua.
Pada akhirnya, mantan saya memutuskan saya juga dengan alasan bosan. Yang sebenarnya kalau saya boleh asumsi, mungkin dia merasa pacaran sama saya cuma bikin dia miskin.

Kesalahan terbesar saya, mungkin kalau saya orangnya nggak manja dan nggak terobsesi ingin disayangi sama mantan saya itu, saya nggak perlu terus-terusan mengajak dia jalan, yang membuat dia pergi. Well, eventually maybe he still gonna leave in the end, tapi setidaknya bayang-bayang ‘saya bikin dia nggak bisa nabung’ nggak mesti nempel di saya.

Mungkin benar alasan dia pergi memang cuma sekadar bosan. Saya ingin sekali percaya itu alasan sebenarnya. Tapi sulit sekali, mengingat saya kembali dibayangi “Berarti saya orangnya nggak fun dong? Nggak enak diajak ngobrol? Nggak enak dipandang lagi karena naik beberapa kilogram? Terlalu manja? Nagging? Saya membosankan gimana?”

Dari semua yang lain, cara dia pergi lah yang paling membingungkan dan menyakitkan. Karena saya ingin sekali berusaha membuat hubungan itu berhasil, tapi dia pergi dengan satu kata padat via aplikasi LINE, “Kamu membosankan”
☆☆☆☆☆
Cerpen Unggulan 2019
  1. Keteguhan Guru Wanita Ketika Dilecehkan
Cerpen 2019
  1. Kebanggaan Pada Diriku (Isi Duniaku)
  2. Nightmare or Reality Penname : Question Of Life
  3. Tinggalkan Musik Dan Beradalah Di Lingkungan Yang Baik.
  4. Ujung Yang Memalukan

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT