Saat itu, Pacaran adalah hal yang semua orang dambakan. Aku masih kelas 9 SMP. Aku bingung apa sih enaknya pacaran? Kenapa teman-tamanku ingin punya pacar?
Sampai akhirnya ada Seorang Kakak kelas yang mendekatiku, sebut saja Rio. Dia sudah kelas 1 SMA saat itu.
Ia melakukan pendeketan kira-kira jika aku hitung lamanya, 3 bulan. Dan tanpa basa-basi ia menyatakan cinta kepadaku. Yang aku ingat dia bilang “Gausah ditembak ya? Buat apa? Kan yang penting komitmen, kamu juga suka kan sama aku?”
Sungguh sangat cringe jika saat ini aku ingat kembali.
Aku hanya menganggukan kepala saat itu. Bingung dengan komitmen, bingung dengan rasa yang saat itu aku rasakan, aku tidak tahu bagaimana rasa cinta. Yang aku tahu Dia itu keren kalo rambutnya disisir kebelakang.
Sampai akhirnya hubungan itu mulai berjalan kira-kira 8 bulan. Aku suka diajak untuk nonton film di hari minggu, pergi naik motor untuk sekedar beli pecel lele di tenda biru itu.
Aku sih senang-senang saja karena akhirnya malam mingguku bukan sekedar dirumah dan nonton tv saja. Dan aku bisa membuktikan kepada teman-temanku kalo menyenangkan itu tidak butuh orang kaya.
Di saat di sekolah teman-temanku berpamer ria dengan pacar-pacarnya, dengan jalan berduaan atau istirahat makan bersama atau bahkan foto mesra di sosial media. Aku dan pacarku memutuskan tidak akan berdua-duaan disekolah apalagi foto mesra. Yang kami sepakati adalah Sekolah itu tempat belajar, bukan tempat untuk pacaran.
Rio dapat membuatku senang dengan berbagai hal yang kecil, membuatku tersenyum-senyum sendiri dengan kata-kata cringe atau quotes yang ia kirimkan padaku.
Aku mulai bisa merasakan kupu-kupu itu disaat pertama kali ia memegang tanganku atau pertama kali menjemputku dirumah. Akhirnya aku tahu bagaimana rasa kupu-kupu didalam perut.
Sampai tiba di malam minggu seperti biasanya, Rio mengajaku pergi untuk nonton di bioskop. Tepat pukul 7 malam ia menjemputku dirumah. Saat ia tiba dan melihatku, raut mukanya berubah, seperti ada yang salah denganku.
Kira-kira seperti ini percakapan aku dan Rio saat itu.
“Kamu kenapa pakai baju seperti itu?”
“Memang bajuku jelek ya?”
“Iya, kaya kurang bahan tau ga?”
Dan kalian mau tahu baju kurang bahan yang ia bilang itu seperti apa?
Aku cuma memakai kaos oblong.
“Hah kurang bahan gimana? Ini biasa aja..”
“Cepet kedalem ganti baju”
Aku pun bingung, karena baju yang aku pakai itu baju biasa yang aku pakai saat pergi dengan keluarga. Dan akhirnya aku memutuskan untuk memakai sweater.
Tapi yang aku lihat raut mukanya sama sekali tidak berubah. Dan sepanjang perjalanan ia hanya diam.
Ketika di bioskop, akhirnya aku yang membeli tiket karena ku kira dia sedang bete atau males ngomong. Sampai di studio, ada Mas-mas penjual popcorn dan menawarkan minuman kepada kami, lalu aku tanya Rio “Mau beli ga?” dan hanya dijawab dengan kata “terserah” sampai sekarang aku masih membenci kata itu. Akhirnya aku jawab “Oh engga, makasih mas” sambil tersenyum. Setelah Mas-mas itu pergi. Ia sedikit berteriak
“Ngapain senyumin Mas-masnya?”
Aku sedikit terkejut dengan intonasi dan kata-katanya tersebut.
“Lah emang senyum salah?”
“Kamu suka sama dia?!”
“Enggalah”
“Terus ngapain senyum?”
Karena bingung dan takut dilihat oleh banyak orang akhirnya aku yang meminta maaf. Dan sampai pulang ke rumah pun. Ia cuma diam tanpa pamit.
Saat dirumah pun kami yang terbiasa Chat membahas hal-hal konyol, tiba-tiba ia hanya menjawab dengan “Ya” “Tidak” “Gatau”
Karena bingung akhirnya aku mendiamkannya, karena kupikir ia ingin waktu sendiri.
Setelah kutinggal selama beberapa jam, Handphone ku langsung dipenuhi dengan notifikasi Chat Rio.
“Heh, udah tau salah bukannya minta maaf, kenapa cuma di read?”
“Kamu chat sama cowo lain kan?”
“BALES”
Aku yang masih bodoh malah minta maaf. Karena saat aku itu sangat malas untuk berdebat dan ingin cepat-cepat tidur.
Sikapnya yang mulai berbeda membuatku merasa sangat tidak nyaman. Dan kejadian itu terus terulang sampai aku harus membeli banyak baju lengan panjang dan disaat aku mau pergi pun aku harus mem-foto baju apa yang akan aku pakai, tak lupa harus terus selalu mengabari dirinya disaat aku pergi dengan keluarga atau teman. Kalo tidak ia akan marah.
Dan kalian tahu? Pelan-pelan ia mulai menjauhkanku dengan teman-temanku. Alesan yang ia pakai adalah
“Kamu ngapain sih temenan sama dia, dia itu suka ngomong kasar, ganjen sama cowo, gausah mainan sama dia lagi, nanti kamu ketularan”
Dan dengan polosnya aku menuruti perkataanya,entah mengapa aku dengan gampangnya menuruti itu semua. Sampai aku hanya memiliki 1 teman, dan aku menjauhkan diri dari lingkup pertemanan. Karena ia yang selalu protes tentang bagaimana sifat teman-temanku, yang aku anggap biasa saja.
Ya betul, aku lebih memilih pacarku itu daripada teman-temanku.
Maaf ya kawan, aku khilaf.
Begitu juga dengan keluarga, ia melarangku untuk pergi dengan keluargaku dengan alasan
“Ah kalo kamu pergi, nanti kamu balesnya lama, ga ada temen chat nih”
Ya aku tahu, dia pernah bercerita bahwa Orangtuanya bercerai, ia tinggal dengan tantenya yang selalu sibuk, aku paham betapa dia butuh kasih sayang. Tapi itu seolah menjadi senjatanya untuk terus menyalahkanku.
Seolah dia adalah seorang yang harus dikasihani dan diberi perhatian lebih.
Dan jika aku tetap memaksa pergi, ia akan mendiamkanku seharian penuh atau sampai besoknya, jika aku tidak minta maaf dan aku harus memohon agar dia tidak seperti itu.
Ia terus membuatku merasa bersalah, seakan-akan aku yang selalu salah dan harus minta maaf.
Hubungan itu terus berlanjut sampai setahun,hingga hampir tiap hari kami akan ribut, dengan persoalan sepele. Tentang kenapa aku lupa mengabarinya, padahal aku hanya makan atau cuma pergi ke toilet.
Pasti terbayang kan bagaimana jika aku pergi jauh jika tidak mengabarinya.
Soal kerja kelompok disekolah, aku dilarang ikut kerja kelompok kalo salah satu anggotannya itu laki-laki. Pernah sekali aku berbohong tentang anggotannya perempuan semua, padahal ada 2 laki-laki saat itu. Dan kalian tau apa? Ia datang ke tempat dimana kami kerja kelompok. Lalu melihat salah satu motor temanku yang cowo itu.
Seketika amarahnya meledak, aku tidak jadi kerja kelompok, aku sibuk membalas chatnya, lalu ia menyuruhku pulang setelah 2 jam kami ribut.
Saat kulihat ke depan, hujan begitu deras, sampai sedikit banjir. Tapi tetap ia menyuruhku pulang entah bagaimana caranya. Tapi tetap aku tidak mau pulang, namun tiba-tiba ia menelfonku.
Aku yang belom sempat bilang halo langsung disapa dengan
“CEPET PULANG LO, ANJING!”
“PULANG LAHH CEPET ANJING”
Tersentak, aku cuma bisa diam, mencari cara untuk pulang.
Dan kejadian seperti itu terus terulang.
Pernah satu kali aku ketiduran di saat telfonan, sudah pukul 2 malam.
Besoknya aku ditelfon kembali, sambil ia berteriak-teriak.
Aku pun tidak boleh pergi ke tempat ibadahku. Katanya disana banyak cowo-cowo yang modus. Ya sudah aku menyuruhnya untuk pergi bersama, tapi ia tidak mau menemani.
Aku telah menjalani hubungan seperti ini kurang lebih 2 tahun. Dan itu benar-benar menyiksaku.
Aku dibuat sendirian,seakan yang aku punya hanya dirinya,dan aku tidak mungkin aman jika tidak bersama dia. Atau tidak akan ada lagi yang mau bersamaku selain dia.
Dan kalian mau tahu bagaimana aku tersadar?
Aku tersadar setelah aku diam-diam pergi ke tempat ibadahku, tanpa bilang-bilang padanya, disitu aku menemukan banyak teman dan siap mendengarkan keluhan atau ceritaku tentang Rio yang selama ini terus memaksa dan mengatai-ngataiku.
Cukup sulit untuk keluar dari hubungan seperti itu, sampai aku menderita anxiety yang cukup parah.
Luka itu terus terasa lama sekali, sampai aku bertemu dengan seorang Psikolog.
Disitu aku belajar tentang pentingnya mencintai diri sendiri sebelum mencintai oranglain. Karena kamu juga akan kehilangan dirimu sendiri, dan peran Orangtua tentu sangat diperlukan, belakangan aku ketahui mengapa aku menyukai Rio karena sosok Ayahku itu hampir sama dengan dia.
Jadi untuk temen-temen yang membaca ceritaku ini, aku harap kalian bisa mengerti. Betapa pentingnya mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Agar cepat dapat keluar dari hubungan seperti ini.
☆☆☆☆☆
Cerpen Unggulan 2019
Cerpen 2019
- Kebanggaan Pada Diriku (Isi Duniaku)
- Nightmare or Reality Penname : Question Of Life
- Tinggalkan Musik Dan Beradalah Di Lingkungan Yang Baik.
- Ujung Yang Memalukan
Cerpen 2017
Baca Cerpen Lainnya:
Baca Cerpen Lainnya:
- Ada Cinta Di Setiap Tetes Aroma Parfum/ Minyak Wangi Master Spray Cologne Power Read
- Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya
- Jeritan Hati Wanita Malam Yang Merindukan Cinta
- Ketika Aku Menangis Dan Memeluk Istriku
- Masa Itu Adalah Masa Yang Paling Terkenang.
- Sebilah Pisau Yang Tidak Berwujud
- Si Tikus Yang Tanpa Penghargaan
- Slalu Ada Keju Gratis Dalam Perangkap Tikus
- Tahta Cahaya Bulan Bintang Yang Hilang
- Tukang Air Dan Tempayan Retak
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT