Perangkap Psikologis dalam Pengambilan Keputusan

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Bagaimana kita bisa tahu kalau kita sedang melakukan sesuatu yang benar?
Pertanyaan yang sangat sering kita ajukan, tetapi sangat sulit untuk dijawab dengan tepat.

Sulit dijawab karena kita seringkali merancukan kriteria benar dengan kriteria baik. Padahal, benar dan baik itu adalah dua hal yang sangat berbeda.

Benar itu sifatnya objektif dan terukur, sedangkan baik itu cenderung subjektif dan tidak terukur.

Banyak kasus dimana suatu perbuatan secara objektif benar, tetapi menjadi salah karena dinilai tidak baik secara subjektif.

Jadi, untuk mengetahui apakah yang sedang kita lakukan adalah sesuatu yang benar, maka lihatlah dasar hukum, norma, aturan, panduan, petunjuk, atau SOP-nya.

Jika semuanya sudah sesuai dan tidak ada tahapan langkah yang dilewati atau terlupakan, dan berhasil sesuai “skenario” maka apa yang kita lakukan itu sudah benar.

Jika kebenaran itu mau disempurnakan dengan kebaikan, maka lihatlah:
  • Apakah tindakan kita itu memudahkan, 
  • Apakah tindakan kita itu mempercepat, 
  • Apakah tindakan kita itu membuat lebih nyaman, Apakah tindakan kita itu menguntungkan, 
  • Apakah tindakan kita itu menenangkan, 
  • Apakah tindakan kita itu menyenangkan, atau 
  • Apakah tindakan kita itu membanggakan. 
Jika ya, maka sesuatu yang kita lakukan tadi, selain benar, juga baik.

Mau tidak mau kita pasti dihadapkan diantara pilihan hidup, karena hidup memang pilihan.

Dalam menentukan/ mengambil  keputusan bukanlah perkara muda, karena kita dituntut jeli dalam menetukan sikap dan pertimbangan yang matang.

Kebanyakan dari kita lebih mungkin dipengaruhi secara emosional daripada logika dalam mengambil keputusan dalam situasi tertentu, sehingga itu terkesan sebagai tindakan yang reaktif ketimbang sebagai keputusan yang tepat.

Ada juga keputusan yang diambil di awal-awal yang nampaknya sudah kita anggap benar (karena sudah dipertimbangkan masak-masak sebalumnya), akan tetapi di tiba-tiba di tengah jalan terlihat berubah menjadi pilihan yang buruk atau sebaliknya.

Dalam membuat keputusan, kesalahan mungkin tidak hanya disebabkan oleh ketidakpastian masa depan akan tetapi itu juga diakibatkan oleh pikiran kita sendiri yang sering menjebak.

Seorang profesor di bidang psikologi pengambilan keputusan dari Harvard Bussines School, John S. Hammond & Howard Raffa (1998) pernah menyatakan dalam penelitiannya.

Salah satu jebakan psikologis yang umum terjadi dalam membuat keputusan adalah adalah anchoring trap, dimana saat mempertimbangkan keputusan, pikiran secara tidak sadar memberikan porsi yang tidak pas atas informasi yang di terima sejak pertama.

Kita membuat semacam ‘jangkar’ untuk mengira-ngira data awal tersebut.

Dalam kasus bisnis, jangkar itu ibarat tren atau pola perkembangan di masa lalu.

Padahal mengandalkan tren masa lalu untuk menebak apa yang akan terjadi di masa depan adalah sebuah jangkauan perspektif yang belum lengkap.

Seharusnya pengambil keputusan menimbang faktor lain sebagai alternatif tambahan untuk memprediksi kondisi pasar yang cepat berubah di masa depan.

Jangkar yang buruk adalah instrumen yang tidak dapat mencakup/ merangkum keseluruhan aspek yang semestinya dipertimbangkan.
☆☆☆☆☆

Baca Juga:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT