Hilangnya konten obrolan di warung kopi

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Hilangnya konten obrolan di warung kopi
Perkembangan teknologi saat ini begitu cepat terutama pemanfaatan Media Sosial. 

Bitter Coffee Park juga salah satu aktor dari fenomena kecanduan media sosial terutama dalam penulisan Blog Bitter Coffee Park. 

Kebanyakan kehidupan saat ini menjadi merasa lebih asing dengan orang-orang terdekat dan cenderung menjadi apatis di lingkungan sekitar.

Sering kali Bitter Coffee Park nongkrong di warung kopi, ngupilnya rame-rame namun terasa hening. Bagaimana tidak, ketika kita nongkrong bersama, bukan kita saling ngobrol akan tetapi malah sibuk dengan gedget HP kita.

John S. Hammond menilai bahwa mengambil keputusan adalah hal yang paling krusial dalam hidup. Tidak hanya bagi bisnis dan karir, keputusan yang buruk dapat menjadi bencana bagi kehidupan pribadi.

Selain daripada jebakan psikologis yang umum diketahui di atas, ada beberapa lainnya dalam kehidupan sehari-hari yang tidak kita sadari tapi sering kita lakukan.

Diantaranya adalah sebagai berikut:
Procrastination. 
Menunda pekerjaan dengan cara kerja otak yang menipu kita lewat godaaan instant gratification (kepuasan instan).

Membuat hal-hal seperti membuka media sosial lebih menyenangkan daripada belajar, bermalas-malasan di sofa lebih nyaman daripada membuka laptop di meja kerja, atau bermain game terasa lebih sebentar daripada mengerjakan tugas.
Nanti saja dikerjakan lagi, refresh dulu sejenak
trust me, it’s a trap.
Mengambil/ membeli barang lebih dari yang kita butuhkan atau mungkin tidak kita butuhkan sama sekali. Misalnya, mengambil tisu lebih banyak untuk hal yang tidak penting.

Efek kecanduan. 
Otak menciptakan sugesti bahwa sesuatu (yang membuat kita candu) telah menjadi kebutuhan dari sekedar kesenangan belaka.

Padahal sebelumnya, kita baik-baik saja tanpa adanya hal tersebut. Contohnya: drugs, games dan kasih sayang dari mantan.

Otak kita sebenarnya tidak tahu berapa tepatnya kalori yang kita butuhkan.

Karena itu tidak ada sinyal yang jelas untuk rasa kenyang seperti rasa lapar yang kuat.

Kita lebih kebal terhadap rasa kenyang daripada rasa lapar. Contohnya: saat kita makan sambil fokus menonton TV, porsi makan kita akan bisa lebih besar dari biasanya.

Porsi makan kita yang kita anggap cukup berasal dari kebiasaan kita makan.

Pada saat kita menangis, pikiran kita membentuk pembenaran yang mendramatisir atas alasan kita menangis.

Pada saat kita melihat foto orang lain di media sosial (misalnya Instagram), sebenarnya kita sedang membuat asusmsi bahwa perasaan mereka saat itu sebahagia saat yang terlihat di foto, sehingga seringkali membuat kita stres sendiri karena menilai orang lain saat ini lebih bahagia daripada kita.

Padahal belum tentu demikian, bisa jadi itu adalah foto tahun berapa.

Dan alunan musik dapat memanipulasi emosi. Film, iklan dan kafe pandai betul memanfaatkan hal itu.
☆☆☆☆☆
Sekalipun kita tahu semua ini adalah jebakan, tak ada jaminan bahwa pikiran kita akan benar-benar terbebas dari perangkap tersebut.

Baca Juga:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT