Alasan Bitter Coffee Park mencintai seseorang (Renungan Spiritual Yang Hilang)

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Alasan Bitter Coffee Park mencintai seseorang (Renungan Spiritual Yang Hilang)
Sebelum kita bicara mengenai Alasan Bitter Coffee Park Mencintai Seseorang, pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu itu adalah: 
Apa itu cinta?
Di dari dulu, ambisi terpendam Bitter Coffee Park adalah memahami apa itu cinta. 

Didalam hati Bitter Park Terdahulu selalu muncul pertanyaan:
  1. Apa ya cinta itu? 
  2. Kenapa banyak produk kultural seringkali mengangkat fenomena yang namanya cinta ini? 
  3. Kenapa orang seringkali mengejar cinta, mengharapkan bahagia namun cinta seakan mengingkari janji kebahagiaan tersebut?
Faktanya, literatur psikologi dan filsafat sudah menginvestigasi fenomena yang kita sebut cinta. 

Namun sepengtahuan Bitter Coffee Park, belum ada kesepakatan bersama mengenai apa yang kita maksud dengan C-I-N-T-A.

Dari berbagai investigasi yang Bitter Coffee Park lakukan, Bitter Coffee Park menimpulkan bahwa fenomena cinta ini sangat tergantung bagaimana kita mendefinisisasikan cinta itu sendiri. 
  • Apakah cinta itu sebuah tindakan? 
  • Apakah cinta itu sebuah perasaan? 
  • Apakah cinta itu sebuah sikap? 
  • Apakah cinta itu sebuah evaluasi terhadap suatu hal?
Terlepas dari berbagai pendapat para pemikir besar terdahulu, Bitter Coffee Park tergolong orang yang berpendapat bahwa yang umumnya orang sebut cinta adalah suatu emosi.

Emosi sendiri adalah suatu perasaan dalam kesadaran kita (conscious experience) yang memiliki elemen positif atau negatif dan kualitas tertentu yang spesifik. 

Karakteristik dari emosi yang lain adalah perasaan tersebut cenderung untuk mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

Berdasarkan diatas, secara sangat sederhana kita bisa menganggap emosi sebagai:
  1. Suatu perasan di kesadaran (consciousness);
  2. Memiliki elemen positif atau negatif (disukasi atau tidak disukai oleh organisme);
  3. Cenderung mendorong seseorang melakukan suatu tindakan; dan
  4. Memiliki kualitas tertentu.
Sebagai contoh, emosi takut itu itu memiliki elemen negatif (manusia cenderung tidak menyukainya), mendorong orang untuk melakukan tindakan tertentu (misalnya kabur ketika terjadi kebakaran). 

Selain itu, emosi takut memiliki kualitas yang berbeda dengan emosi marah. 

Atau gampangnya rasa takut berbeda dengan rasa marah sebagaimana dalam indra pengecap kita membedakan rasa jeruk dan rasa buah mangga.

Berdasarkan konseptualisasi kita diatas, lantas apa itu cinta?
Bitter Coffee Park mengutip penjabaran cinta dari Simon May bahwa cinta adalah:
Love, I will argue, is the rapture we feel for people and things that inspire in us the hope of an indestructible grounding for our life. It is a rapture that sets us off on – and sustains – the long search for a secure relationship between our being and theirs.

Apa yang dimaksud indestructible grounding? 
Simon May melanjutkan:
If we all have a need to love, it is because we all need to feel at home in the world: 
  • to root our life in the here and now; 
  • to give our existence solidity and validity; 
  • to deepen the sensation of being; and
  • to enable us to experience the reality of our life as indestructible.
(even if we also accept that our life is temporary and will end in death).

Hmm semakin sulit ya???

Kalau Bitter Coffee Park secara pribadi mencoba mengartikan lebih lanjut mengenai konsepsi cinta berdasarkan Simon May, maka Bitter Coffee Park akan menyimpulkan bahwa cinta adalah:
Cinta ada perasaan dimana kita merasa merenung dan mengakar.
(Nicolo Pisano - An Idyll: Daphnis and Chloe, c. 1500)
Kalau ada orang yang bertanya lagi dengan Bitter Coffee Paek bagaimana MERENUNG ini, maka Bitter Coffee Park tidak mampu lagi menjawab. 

Sama seperti orang yang bertanya bagaimana rasa jeruk itu seperti apa, maka Bitter Coffee Park hanya bisa menjawab: 
Rasa jeruk adalah manis dan sedikit kecut.

Itu adalah kualitas subjektif dari cinta, sebuah perasaan merenung. 

Perasaan dimana kata terbaik lain yang menggambarkannya adalah suatu hal yang membuat kita bisa teguh dan mengakar di dunia yang penuh dengan kerancuan dan chaos. 

Perasaan merenung ini memiliki elemen positif kita menyukai perasaan ini. 

Ketika kita merasakan cinta, kita terdorong untuk melakukan berbagai hal demi objek kita tersebut.

Menggunakan konsepsi cinta ini maka semua jadi jelas, mengapa seseorang bisa mencintai uang, mencintai orang lain yang memperlakukan orang lain yang memperlakukannya dengan semena-mena, dan berbagai realita yang kita lihat dimana cinta berujung pada penderitaan.

This is the feeling that I call ‘ontological rootedness’–ontology being that branch of philosophy that deals with the nature and experience of existence. 
My suggestion is that we will love only those (very rare) people or things or ideas or disciplines or landscapes that can inspire in us a promise of ontological rootedness. 
  • If they can, we will love them regardless of their other qualities: 
  • regardless of how beautiful or good they are; 
  • of how (in the case of people we love) generous or altruistic or compassionate; and
  • of how interested in our life and projects. 
And regardless, even, of whether they value us. 
For love’s overriding concern is to find a home for our life and being.

Jadi kita tidak memilih alasan cinta!
Emosi muncul begitu saja apabila kita menemukan seseorang (atau objek lain) dimana perasaan merenung tersebut muncul.

Jika ingin sedikit bermain psikoanalisis, Bitter Coffee Park menduga kalau karakteristik objek cinta kita itu sangat bergantung dari di lingkungan seperti apa kita tumbuh dan merasa aman. 

Sebagai contoh, barangkali sewaktu kecil kamu sering mendengar musik The Beatles karena itu musik favorit ibumu. 

Sedangkan ayahmu, senang sekali ngulik sepeda motor di garasi rumah.

Bertahun-tahun kemudian Sahabat Bitter bertemu seseorang yang menyukai musik The Beatles dan kalian sedang berbicara tentang motor. 

Sahabat Bitter ternyata menemukan kalau dia sangat mengerti tentang motor tua. 

Tak lama kemudian timbul perasaan yang berbeda setiap kali bertemu dengan orang tersebut. 

Sahabat Bitter merasa nyaman dan setiap kali bersamanya, Sahabat Bitter merasa tentang seperti merenung. 

Ketika Sahabat Bitter bersama orang tersebut, Sahabat Bitter yakin Sahabat Bitter bisa menghadapi terpaan masalah karena Sahabat Bitter merasa mengakar dengannya.

Tentunya ketika Sahabat Bitter coba menggali lebih jauh alasan mengapa Sahabat Bitter mencintai orang tersebut, kausalitasnya sudah terlalu kompleks dan tidak mampu lagi Sahabat Bitter gali. 

Beginilah penyebab kenapa alasan cinta menjadi misterius. 

Penyebabnya sudah terlalu kompleks dan tidak bisa lagi Sahabat Bitter akses. 

Semua sudah terpendam di alam bawah sadar Sahabat Bitter.

Adakah seseorang dalam hidup dimana dengannya akan merasa Merenung?
Dari apa yang Bitter Coffee Park alami, ada beberapa catatan pribadi yang Bitter Coffee Park dapati di Buku Diary Bitter Coffee Park (Renungan Spiritual Yang Hilang) yang sudah mulai tampak usang. 

Bitter Coffee Park ringkaskan kurang lebih seperti ini:
Cinta datang tidak diundang. 
Pada awalnya Bitter Coffee Park menuliskan bahwa perasaan itu datang tidak di duga. 
Tapi belakangan Bitter Coffee Park menuliskan bahwa hal ini dikarenakan kesalahan Bitter Coffee Park juga. 
Tidak menjaga pandangan mata. 
Terus-terusan memandangnya sehingga akhirnya muncullah ketertarikan sampai terobsesi.

Dia yang terindah. 
Saat ketertarikan ala JATUH CINTA ini dimulai, maka tampaknya seluruh locus otak menutup jalur image lainnya selain image perempuan yang di idamkan itu. 
Padahal, sejatinya yang lebih cantik dan menarik daripada dirinya sangat banyak. 
Yang tidak cantik tapi lebih mengagumkan pun ada. 
Yang sintal, menarik secara sensual pun bertaburan seperti bintang.

Tidur tidak nyenyak. 
Benar-benar yang dipikirkan (tepatnya di khayalkan) cuma dia. 
Seperti tidak ada hal lain saja. 
Apa maksudnya ini?

Lupa pada sang Pencipta. 
Kalau dia yang merupakan ciptaan Allah yang cuma secuil itu saja sudah mampu membuat dunia terasa indah sekaligus menyiksa. 
Padalah diluar dia banyak pula. 
Bagaimana pula Allah, sang Pencipta. 
Disitu Bitter Coffee Park mulai berpikir dan berusaha untuk melupakan cinta.

Semakin dilupakan semakin mendalam. 
Selama usaha untuk melupakan cinta, malah yang terjadi sebaliknya. 
Perasaan kian tertekan dan merana. 
Frustasi dilematis antara menginginkan dan melupakan. 
Belakangan Bitter Coffee Park menuliskan:
Berusaha melupakan sebenarnya makin mengingat-ingat. 
Jadi tidak usah berusaha untuk itu, perbanyak saja kegiatan lain tanpa perlu menyatakan diri berusaha melupakan.

Kesibukan dan waktu adalah obat alami. 
Untuk penyakit jiwa yang bernama jatuh cinta, ternyata obat alaminya adalah waktu dan kegiatan lain. 
Kesendirian harus dicegah, perbanyak aktivitas fisik diluar rumah. 
Tidak memutar lagu-lagu percintaan, membaca roman percintaan (jikapun roman percintaan, bacalah tentang pengkhianatan dan sad ending)

Kekosongan Hati. 
Sebuah gelas akan terisi manakala dia kosong, dan akan sulit diisi saat telah terisi sesuatu.

Carilah Allah tempatmu bersujud, sebelum mencari tempatmu bersandar. 
Walaupun dia yang kita idamkan dapat kita persunting.
Tapi...
Bisakah dia menjamin akhir bahagia?

Kesadaranlah yang membangunkan dari mimpi basah. 
Selama terpapar oleh virus merah jambu, penyakit jatuh cinta ini, rasanya bagaikan mimpi basah. Terbangun dengan segala kerikuhan dan rasa malu disela-sela aroma zat biologis yang begitu menyengat.

Setelah berumah tangga, waktunya tertawa atas itu semua.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT