Diantara Benar dan Baik

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Diantara Benar dan Baik
Hal sederhana dan bermakna hampir sama. Ternyata dalam kehidupan dunia, kita sudah banyak melewati dan menjalankan salah pola, salah kaprah, gagal paham.

Hal yang Bitter Coffee Park pelajari dari pitutur orang jawa yang disampaikan kepada Bitter Coffee Park mengenai betapa berbedanya Baik dan Benar. 

Dan salah kaprahnya kita sebenarnya telah sampai pada kondisi granting permission atau memberikan izin untuk terus berada dalam kondisi salah atau gagal paham tadi.

Jika Sahabat Bitter melihat/ membaca tulisan ini, Sahabat Bitter akan menemukan diri Sahabat Bitter Apakah orang yang benar atau baik.

Tidak perlu Bitter Coffee Park menjelaskannya di akhir tulisan ini, cukup Sahabat Bitter menilai sendiri apa yang sedang Bitter Coffee Park tampilkan disini.
Artinya kita telah terlalu sering terlibat dan terjebak dalam kondisi membiarkan, atau tenggelam dalam berbagai alasan untuk melakukan pembelaan diri, bahwa benar adalah baik, dan juga sebaliknya.
Mengambil contoh sederhana dari diskusi sederhana dengan beberapa orang jawa. Mereka menyebutkan mengenai contoh sederhana baik dan benar dengan mencontohkan Mur dan Baut.

Memang benar pasangan dari mur adalah baut,pula sebaliknya. Tapi jika baut berukuran 13 dipasangkan dengan Mur berukuran 17 maka tidak bisa dikatakan itu benar maupun baik.
Dar contoh sederhana di atas, kita dapat belajar memperbaiki pola berpikir kita berhubungan demgan hal-hal yang benar namun menjadi kurang pantas, kurang pas, kurang baik. Bisa saja kita mungkin melakukan kebaikan, kebajikan, tapi jika dengan cara yang tidak pantas, tidak benar, maka akan berkurang atau bahkan akan hilang kebaikannya.

Sebelumnya saya pernah mengulas mengenai bagaimana mengakali cemburu yang dapat ditemukan di sini. Cemburu bisa jadi hal yang baik untuk sebuah hubungan, tapi jika melebihi ukuran kepantasan, maka akan berkurang atau bahkan hilang nilai kebaikannya.
Bahasa sederhananya adalah berlebihan atau kurang dari ukuran yang sepantasnya, seyogyanya, sebaiknya, bisa jadi akan berkurang nilai kebaikannya, atau bahkan hilang pula nilai kebaikannya.

Semoga dengan ini, kita menjadi lebih baik dalam berpikir dan memutuskan, sehingga nilai-nilai kebaikannya tidak berkurang atau hilang.

CANGKRUKAN NGOPI
“Ijinkan ku seduh kerapuhanmu dalam cangkir sepiku, akan ku sajikan hangat senyum untuk mengaduk murung di wajah manismu”

“Tanpa ragu kusesap kopi pagi ini, karena hitamnya serupa matamu yang telah menenggelamkan aku ribuan kali ke dasar hatimu. “

“Jadi, yg namanya pahit pada rasa kopi itu memang tak sepahit harapan yg pernah dijanjikan namun tiada prnah diwujudkan. Kopi tak sepahit itu”

“Pagi yg nikmat dengan hangatnya mentari; lagi” rasa rindu & senyummu jdi satu dlm secangkir kopi; manis ada pahit-pahitnya sedikit”

“Semua yang kaurasa bahagia sudah terlewati. Biarkan terkenang tanpa air mata berlinang. Langkahkan kaki, sambutlah pagi dngn segelas kopi”

“Untuk malam yang makin larut untuk kopi yang makin surut aku bersyukur dia tersenyum setiap harinya dan bahagia dengan pilihannya kini”

“Kopi di cangkirku biasa biasa saja, berwarna hitam se hitam hitamnya, tersesap pahit se pahit pahitnya, berrasa nikmat se nikmat nikmatnya”

“Dengan secangkir kopi ku kecup hangatmu, menghapus pahitmu dengan hitamku, dengan tawa kau aduk rasaku, dengan tak sengaja aku menyukaimu”

“Kau tinggalkan secangkir kopi yang masih panas saat rinduku semakin membara. Lihatlah…. Kepulan asapnya pun seolah mengikutimu pula”

“Sebelum detik mulai terasa pahit, pernah kupinjam namamu untuk menamai kopi racikanku”

“Dan kembali siang jadi kenangan Mendung mulai berawan. Perjalananpun kembali dilanjutkan Bersama kopi dibotol air mineral”

“Baiklah,.. Pagi ini satu cangkir kopi rasa vanila Biar pahitnya kenangan, Tidak kembali membuka luka, Dan tertinggal disitu selamanya”

“Dihangatnya kebersamaan,ada Pahitnya kecemburuan Mengaduk rindu dengan lembut Penuh kasih sayang Itulah cinta disegelas racikan kopi”

“Kuhirup kopi hangat yang telah Mengajariku berpikir sehat Jika kau benar benar cinta dan sayang Kau tak akan lupa dimana harus pulang”

“Langit malam yang gelap, seperti rasa khawatir. Melarutkannya bersama lelap, untuk terbangun pada keadaan terang dan kabar darimu hadir”

“Pagi ini kubuat dari kopi panas dan rasa cemas. Untuk bisa kunikmati perlahan, dan menjaga bahagia untuk tidak hilang bergegas.”

“Bulan purnama, bintang di setiap sudut langit, secangkir kopi, kejanggalan hati, merindukan sesuatu yang super sulit untuk di atasi. yaitu kamu”

“Cintalah penyebab retakan-retakan waktu, saat hati patah; malam jadi sajak sepi, siang jadi sajak gundah, dan pagi menjadi resah dalam kopi”

“Jika mengharum aromanya saja bisa mengalihkan masa laluku, tentu dg menikmati setiap sesapan dibibir cangir kopi mampu membangkitkan masa depanku”

“Kubiarkan aroma kopi tersapu angin, menjadi dingin lalu mengendap segala ingin. Hingga nanti berganti musim.”

“Aku mencari cari bayangmu di secangkir kopi pagiku……. kamu….apakah kamu mengerti dan peka..bahwa aku menantimu”

“Kopi pagi ini terasa hambar, seperti rindu ku yang tak pernah pudar. Namun sayang kamu tak pernah sadar, bahwa aku ingin bertemu sebentar”

“Adakalanya pagi terasa sepi, kopi pun tak sanggup menghangatkan, dingin begitu menusuk, pada sebuah kepergian.”

“Satu cangkir patah telinganya, satu lagi retak bibirnya. kopi panas memang bisa saja melukai dan jadikan kenangan.”

“Menatap langit-langit. Menikmati secangkir kopi pagi di sela-sela awan kelabu, dan kubiarkan diri, kembali dipasung mimpi tentangmu.”

“di tepi cangkir, rindu bejatuhan menjelma butir ampas kopi. tak sempat kuminum, tapi aromanya sungguh sangat bisa kucium”

“di kopi kesekian, rindu datang berulang. kenangan nampak di pandangan. seakan nyata, meski sebenarnya fana yang ingin dinyatakan”

“Jika pahitnya kopi saja engkau tak kuasa menahannya, lantas bagaimana aku bisa yakin bahwa kau akan menetralkan masalaluku yang cukup pahit?”

“Kopi dan kamu, bagai pagi dan mentari, rindu yang makin menjadi dalam setiap tegukan, datang dengan pasti setiap hari.”

“Sehangat kopi pagi, biar kuramu rindu. Rindu tentang aku yang berjuang sendiri, untuk menjadikanmu bagian dari sajak embunku.”

“Kamu adalah impian yg pernah aku bayangkan, meski hanya dengan seduhan kopi hitam yang pernah gagal kau sajikan. Yang ada tinggallah cerita”

“Begitu sederhana rindu kali ini; diterbangkan harum kopi, melekat indah di lembut pipimu, lalu mewarnai detik waktu.”

“Pada sajak Aku bercerita tentang indahnya Cinta, tapi pada ampas kopi ku mengadu tentang perihnya rasa rindujika secangkir kopi ini jadi yang terakhir malam ini, biar senyummu kuaduk di dalamnya. maka kan kunikmati sampai kopi berikutnya, esok pagi”

“Selamat pagi hati yang masih sepi,enggankah kau buka kembali? setidaknya ada sepotong sajak tentang seseorang & kopi dipagi hari yang meramaikan”

“Dibuat rindu meradang, pagi tenggelamkan satu persatu kenangan kedasar kopiku, kusesap perlahan penuh harapan”

“ku nikmati kopi ber aroma masalalu di temani kripik singkong memandangi matahari pagi yg semakin angkuh kala siang hari”

“Dihangatnya kerinduan,ada pahitnya kecemburuan,lalu ku mengaduknya Semua penuh kasih sayang,itulah Cinta Dalam racikan secangkir kopi”

“Ada banyak caraku untuk menanti kedatanganmu tanpa rasa bosan, Duduk manis sembari kunikmati kopiku dengan perlahan”

“Di pagi yg paling peluh, ada rindu tanpa mengeluh, secangkir kopipun telah terseduh, menikmati pagi minggu tanpa kamu”

“Tak usah berjanji akan selamanya Bisa bersama disini,cukup temani aku Minum kopi tiap malam dan tetap bertahan Sesusah apapun nanti”

“Kuseduh kopi bersama sejuk embun dipelukan, berharap bersulang kenikmatan dan mengendapkan ampas rindu dalam ingatan”

“malam ini masih berteman kopi, berhkayal, bernostalgia dan berlagak seolah tangguh walau nyata hati rapuh”

“Seindah pagi dalam hangat gelas kopi, memulai hari dengan pahit yg memikat hati, selamat pagi pecandu kopi.”

“Dari secangkir kopi dingin, dari sepi yang masih penuh cinta.. Aku dan rindu saling diam menghayati kesunyian.”

“Selamat pagi rindu, pagi ini hangatnya kopi terasa pait di lidahku, apa aku lupa mencampur gula ataukah cemburu yg menipulasi rasa.”

“Aku tidak membencimu. Aku juga tidak mencintaimu. Duduklah dekat sini dan nikmati kopi bersamaku”

“Sehangat kopi pagi, biar kuramu rindu. Rindu tentang aku yang berjuang sendiri, untuk menjadikan mu bagian dari sajak embunku”

“Kadang lidahku seperti kopi hitam yang hangat, tapi rayuan hangat yang terkopi eh terucap, sering terabaikan hingga harus menjadi dingin”

“Sudah, sudahi saja rayuan manismu itu, kopiku sudah cukup manis untuk ku nikmati meski tanpa canda rayumu”

“Saat kamu minum kopi, potensi rasa pahit dan manis akan mengenang di sudut bibirmu sebelum menyentuh lidah hingga pada jeda berikutnya”

“Belajarlah hal terhebat dari kopi yg menghapus tangis tanpa pelukan, mencipta tawa tanpa gurauan & menjawab resah tanpa kata.”

“Mencintaimu: tak lebih indah dari menikmati secangkir kopi. Dari hari ke hari, yang kuteguk hanya pahit dan sepi.”

“Mari kita mulai bercerita, dimulai dari bagaimana caramu menyeduh kopi sampai bagaimna cara mu menikmatinya hingga tuntas menyisakan ampas”

“Bila memandangmu saja mampu membuatku merasa baik. Apalagi bisa menikmati kopi sembari menatapmu dalam – dalam”
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT