Standar Menjadi Seorang Wartawan

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Standar Menjadi Seorang Wartawan
Pada suatu hari ada seorang teman bitter yang mengaku sebagai wartawan, bahkan dia bisa menujukan kartu ID Seorang wartawan swasta. Ketika ditanya, mana tulisanmu yang dimuat dimedia masa? Jawabnya ("No Jawaban Alias Cenar-cengir). Tapi, apakah dia seorang wartawan benaran atau tidak? Abaikan saja Si Mulut besar itu yang ngaku-ngaku menjadi wartwan itu.

Karena penasaran dengan standar menjadi seorang wartawan, bitter mencoba mencari sumber-sumber dari media sosial perihal tulisan ini dan dengan tulisan ini, otomatis secara tidak langsung membuat bitter tahu dia wartawan atau tidak.

Secara definisi, profesi wartawan atau jurnalis atau pewarta adalah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan/ dimuat di media massa secara teratur. 

Laporan ini lalu dapat dipublikasi dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, film dokumentasi, dan internet. 

Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya dan mereka diharapkan untuk menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat.

Keinginan kuat untuk menjadi wartawan saja tidak cukup untuk menjadikan dia sebagai seorang wartawan sukses. Ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu merupakan kekhususan dan keterampilan tertentu. 

Tahun 1980-an, perusahaan media membuat persyaratan untuk tingkat pendidikan yang mau menjadi wartawan minimal SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau istilah sekarang Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Periode itu lulusan SLTA dinilai memadai, karena sarjana muda dan sarjana (S1) sangat sulit didapatkan. Selain itu, lulusan SLTA periode itu memiliki kualitas yang unik (kalau tidak ingin mengatakan lebih baik dari lulusan SMA sekarang). 

Tetapi sejak tahun 1990-an, lulusan SMA tidak mampu lagi mendukung persyaratan menjadi wartawan. Sebagian besar perusahaan media menetapkan syarat S1 untuk menjadi wartawan.

Sebab menjalankan profesi wartawan bukan berlandaskan ilmu yang diperoleh seseorang dari perguruan tinggi atau sekolah mana pun. 

Wartawan menjalankan ilmu terapan yang sederhana, tetapi jika semakin dipraktikkan, dia akan menjadi seorang wartawan yang mumpuni. 

Bahkan ada seloroh, jika seorang wartawan tidak menulis dalam waktu 3 hari, dia akan jatuh sakit. 

Ya, menulis menjadi kecanduan yang luar biasa bagi wartawan yang tekun dan ulet.

Sebagian besar perusahaan media memang lebih menyukai menerima lulusan yang di luar jurusan fakultas ilmu komunikasi, khususnya jurnalistik. 

Perusahaan akan mengambil lulusan jurusan lainnya seperti:
  1. Ekonomi, 
  2. Sosial, 
  3. Politik, 
  4. Kebudayaan,
  5. Kesehatan dan sebagainya. 
Dengan ilmu-ilmu yang dipelajari calon dari perguruan tingginya, maka diharapkan akan mewarnai, menganalisis peristiwa-peristiwa yang diliputnya. 

Misalnya, calon wartawan yang sarjana ekonomi tentu akan lebih mudah memahami peningkatan harga bawang, terjadinya kurs atau penarikan uang di sebuah bank atau tingkat suku bunga yang terus menerus naik tanpa terkendali, lebih mudah memahami gejala inflasi, deflasi atau kebijakan pemotongan nilai uang atau penyederhanaan mata uang. 

Calon wartawan yang bukan sarjana ekonomi tentu akan lebih sulit memahami dan membutuhkan waktu lebih lama untuk memahami hal tersebut.

Berikut ini adalah hal yang diperlukan untuk menjadi seorang jurnalis yang profesional. Berikut rangkumannya:

1. Terbuka Dan Berwawasan Luas
Jika kamu berhadapan dengan narasumber yang memiliki berbagai macam latar belakang, tentu kamu tidak ingin terlihat “bodoh” karena tidak mengetahui apa yang sedang dia katakan.

Mempunyai pikiran terbuka dan berwawasan luas adalah syarat mutlak untuk menjadi seorang jurnalis agar kelak kamu mampu berkomunikasi dengan berbagai macam narasumber dari berbagai macam latar belakang.

2. Rapih
Mungkin kalau kamu sering melihat film-film di televisi maupun di bioskop, jurnalis identik dengan penampilan yang berantakan, celana jeans robek. Seorang jurnalis di era sekarang dituntut untuk selalu terlihat rapi dan sopan. karena hal ini akan membuat kamu disegani orang.

3. Pandai Berkomunikasi
Seorang jurnalis harus pandai berbicara dan terampil menulis agar mampu menyampaikan informasi dengan baik, benar dan tepat. Jangan sampai ada kesalahan dalam penyampaian informasi dari narasumber bisa bahaya.

4. Kritis
Seorang jurnalis tidak boleh langsung mempercayai informasi dari seorang narasumber. Cek dan ricek terlebih dahulu informasi yang didapat. Klarifikasi dengan sumber yang lain untuk mendapatkan informasi yang akurat.

5. Peka Lingkungan
Seorang jurnalis harus peduli dengan isu-isu yang ada di sekitar lingkungannya. Ia tak boleh cuek dengan ketimpangan yang terjadi di lingkungan terdekatnya. Problem sosial di masyarakat bisa ia suarakan lewat tulisan, video, dan medium lainnya.

6. Taat Dengan Kode Etik
Jurnalis harus menaati peraturan-peraturan yang tertera di kode etik jurnalistik. Sebagai contoh seorang jurnalis sejati tak kan pernah mau menerima amplop yang diberikan oleh narasumber.

7. Menjaga Kepercayaan
Jurnalis harus menjaga kepercayaan yang diberikan oleh pembaca. Ketika jurnalis melanggar kode etik jurnalistik atau menyebarkan berita tanpa klarifikasi dari narasumber yang utuh maka pembaca akan kehilangan kepercayaan dan karyanya tidak akan dibaca orang lagi.
☆☆☆☆☆
Untuk menjadi wartawan sahabat bitter harus memiliki kesadaran yang lebih tinggi dari profesi lainya karena di tangannya informasi dipercayakan untuk kepentingan publik. 

Keyakinan ada nilai-nilai yang harus diperjuangkan secara terus menerus dan tidak akan pernah berhenti selama:
  1. Ada manusia, 
  2. Ada negara, 
  3. Ada birokrat dan 
  4. Ada kehidupan di berbagai bidang. 
Untuk melukiskan itu, izinkan menggunakan kata-kata yang terkesan sangat hebat, ada nilai kebenaran dari fakta-fakta yang ingin diketahui masyarakat pada setiap peristiwa. 

Fakta-fakta itu bisa dipercaya masyarakat karena prosesnya dijalankan oleh wartawan-wartawan handal yang memiliki proses standar yang tinggi dalam menjunjung integritas kewartawanan. 
☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT