Nilai Histori Eyang Kudo Kardono dalam rangka mendoakan calon pemimpin menurut Ki Mpu Bagus.

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Nilai Histori Eyang Kudo Kardono dalam rangka mendoakan calon pemimpin menurut Ki Mpu Bagus.
Sudut di Jalan Cempaka 25, Kota Surabaya, Jawa Timur, ternyata menjadi peristirahatan terakhir Eyang Kudo Kardono

Disana, Komunitas Indigo dan Telepati Surabaya (KITS) mengadakan acara Nilai Histori Eyang Kudo Kardono dalam rangka mendoakan calon Kepala Desa dalam PILDES 2019.

Adapun acara Doa bersama yang dilaksanakan di Eyang Kudo Kardono dalam rangka Mendoakan calon Kepala desa dalam PILDES 2019 di daerah Gresik. 

Dalam acara doa bersama ini juga diikuti oleh perwakilan dari Padang Bulan dan Spiritual yang lainnya juga. 
Ki Mpu Bagus Pada Saat Memimpin Doa
Mengingat hal ini, Eksistensi Spiritual tentunya tetap harus dapat berkiprah dan berjalan selaras dengan keadaan apapun. 

Hal inilah yang mendorong Komunitas Indigo dan Telepati Surabaya (KITS) terketuk untuk bergerak mengadakan doa bersama dengan para Spiritual yang lainnya. 

Dari hal inilah akhirnya pada hari Senin, 29 Juli 2019 pukul 20.00 Team KITS bersama dengan para Pinisepuh lan Spiritual melaksanakan doa bersama di Petilasan Eyang Yudon Kardono. 

Menurut pitutur Ki Mpu Bagus selaku pelaksana acara menyatakan sebagai Simbol bahwa peran Seseorang Spiritual adalah sebagai PENDOA bagi siapapun juga tanpa melihat kelompok, Politik dan Intervensi dari pihak manapun juga dan harus murni keluar dari ke 3 lingkaran tersebut. 

Serta apapun yang dilakukan benar-benar bersih karena dorongan keikhlasan hati dan Proses dari laku Spiritual itu sendiri. 

Menyangkut energi kepemimpinan di Pesarean Eyang Kudo Kardono menjadi alasan dilakukannya ritual tersebut.

Eyang Kudo Kardono adalah Panglima Perang Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Jayanegara atau Kalagemet. Nama asli sang panglima adalah Raden Kudo Kardono.
Panglima saat Majapahit diperintah Jayanegara, raja kedua setelah Raden Wijaya, pada masa tahun 1309-1328.

Raden Kudo Kardono merupakan komandan perang kepercayaan Raja Jayanegara atau Kalagemet. Konon, Kudo Kardono merupakan saudara sepupu dari Mahapatih Majapahit, Gajah Mada.

Pada masa pemerintahan Jayanegara ini, sering terjadi pemberontakan di beberapa wilayah kekuasaan Majapahit. Tak ketinggalan di Surabaya, yakni pemberontakan Ra Kuti pada 1319 Masehi.

Jayanegara kemudian mengirim Pangeran Kudo Kardono untuk menumpas pemberontakan yang dipimpin Kuti. Adapun kawasan makam tersebut merupakan daerah di mana Panglima Perang Kerajaan Majapahit itu mendirikan pertahanan untuk melawan pemberontak.

Sementara, penyebutan Panglima Perang Eyang Yudho Kardono sendiri adalah sebutan masyarakat setempat sejak pesarean dipugar dahulu pada 1960-an.

Masyarakat ambil gampangnya, saat itu teringat perang besar yang disebut Bharata Yudha. Akhirnya, nama eyang disebut di depannya, Yudho.

Tempat yang disinggahi Kudo Kardono alias Yudho Kardono adalah berupa tanah tegal dan banyak tumbuhan gading putih yang dijadikan pertahanan saat perang Majapahit.

Menurut cerita turun-temurun orangtua dahulu, di sini banyak sekali tumbuh pohon juwet, sawo, dan gading putih kala itu.
Hanya saja, seiring berjalannya waktu makam Panglima Perang Kerajaan Majapahit ini dipugar oleh Pak Soedjono Hoemardani, asisten Pak Soeharto pada tahun 1960.

Adapun maksud dan tujuannya tidak lain adalah:
  1. Untuk Mendoakan semoga Pelaksanaan PILDES 2019 di beberapa daerah diberi kelancaran, kedamaian dan Proses yang Jujur dan terbuka.
  2. Untuk mendoakan para saudara-saudari kita biar diberi kelapangan Rejeki dan kelancaran usaha atau beraktivitas dalam kehidupan ini. 
  3. Sebagai ajang silaturahmi dan diskusi di sela-sela selesai acara doa bersama 
  4. Melakukan sarasehan atau diskusi beberapa materi terkait rana Spiritual dan kebudayaan. 
  5. Menjadikan momen kekuatan dan kekompakan di antara pelaku Spiritual selama ini. 
Saat lepas acara doa kita berdiskusi tentang tujuan spiritual dalam melestarikan Budaya leluhur.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT