Pandangan Janda Dikalangan Masyarakat Indonesia

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Pandangan Janda Dikalangan Masyarakat Indonesia
Duda dan janda adalah istilah untuk pria dan wanitayang telah bercerai atau ditinggal mati oleh pasangan pernikahannya. Istilah janda kembang ditujukan bagi seorang janda yang masih muda, dan belum memiliki anak dari hasil pernikahannya.

Janda berarti wanita yang tidak bersuami lagi, baik karena cerai maupun karena ditinggal mati oleh suaminya (Departemen Pendidikan Nasional, 2003).

Pria maupun wanita yang telah menikah kemudian berpisah, baik disebabkan karena perceraian maupun kematian adalah berstatus sama. Yang disayangkan, budaya ketimuran memberi kesan negatif kepada janda daripada duda. Kaum janda seringkali ditempatkan sebagai wanita pada posisi yang rendah, lemah, tidak berdaya dan membutuhkan belas kasih sehingga dalam kondisi sosial budaya seringkali terdapat ketidakadilan.
Menyandang status janda bagi seorang perempuan teramat berat, baik itu janda yang ditinggal mati atau menjadi janda karena pilihan ditinggal pergi. Terlebih jika status janda tersebut diemban selagi masih muda. jika berbicara jujur, takkan ada yang sudi menjadi seorang janda.

Semakin maju zaman dan pendidikan tidak membuat stigma status janda membaik. Lihat saja beberapa lagu, film dan beberapa oknum yang menjelekkan/ merendahkan status janda itu sendiri. Seorang janda sering diperlihatkan sebagai wanita lemah, tak berdaya, bahkan menjadi si penggoda suami orang. Saat seorang wanita berstatus janda, maka selentingan negatif mulai bertebaran. Berbeda dengan pria yang terlihat tetap terhormat dengan status sebagai duda.

Di budaya kita sendiri, seorang janda akan menjadi pergunjingan luar biasa. Apalagi di daerah pedesaan, dimana kata janda masih awam sekali di telinga mereka. Menjadi janda itu sangat rentan dari segala permasalahan dan pandangan masyarakat sehingga banyak dari mereka yang sedikit berlebihan dalam menanggapi status itu.

Beratnya menjadi seorang janda selain sulit lepas dari rekam jejak masa silam, ditambah lagi stereotip di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang menganggap momok janda sangat menakutkan (mengalahkan rasa takut para pejabat jika menghadapi KPK) khususnya di kalangan ibu-ibu yang masih bersuami.

Di dalam kehidupan sosial seorang janda kerap menjadi bahan bulan-bulanan omongan mulai dari penampilan, cara berdandan, penghasilan, dan pertemanan hingga hal yang paling kecil akan menjadi trending topic mengalahkan isu perpindahan ibu kota Negara Indonesia.

Menjadi seorang janda teramat sulit. Saat tidak menggubris penampilan, maka akan langsung jadi santapan hangat untuk dinyinyiri,
Pantes ditinggal suami, ngurus diri saja tidak becus..
Sementara jika si janda berdandan dan berpenampilan wah, maka lingkungan akan berseloroh,
Eh simpanan siapa? Dari mana dia bisa begitu?
Rumor jelek tanggapan untuk si janda akan menjadi berita yang paling hot dibahas pagi dan sore.

Kadang tanggapan miring dan momok menakutkan yang disandingkan dengan gelar janda, efek dari perilaku dan tingkah janda itu sendiri. Jika seseorang menjadi janda serta merta dipandang rendah dan hina karena dianggap akan mengganggu rumah tangga orang lainnya. Tidakkah mereka pernah berpikir positif sedikit saja tentang seorang janda? Seperti syair lagu dangdut tidak semua laki-laki, sama halnya juga dengan yang sudah janda yang tidak semua berkelakuan minus.

Betapa getirnya berstatus janda, terlebih di era digital dengan berkembangnya medsos. Apabila seseorang diketahui berstatus janda, tidak jarang pesan tidak senonoh masuk di kolom pribadi seperti messenger, wa, dan email. Belum lagi panggilan telepon iseng di tengah malam.

Ditambah lirikan mata saat berpapasan dengan tetangga hidung belang atau godaan dan gombalan serta sebagainya, seolah seorang janda gampang untuk dipatahkan dalam hal yang negatif dan akan menyambut semua rayuan pulau kelapa yang dialamatkan kepadanya.

Hal seperti itu tidak akan menjadi tanggapan bagi para janda, walau tidak dipungkiri banyak juga janda yang justru menyambut. Namun sandungan-sandungan seperti itu tidak akan melemahkan para janda yang berpikir dan memandang hidup ke depan. 

Karena memperjuangkan hidup di tengah-tengah getirnya dalam tahap-tahap dari masa kelam yang harus ditunjukan pada dunia bahwa seorang janda dalam melalui coban dan rintangan yang pekat dan kelam dengan beban kehidupan masa lalu harus berdiri kokoh dan berjalan lurus untuk sebuah pembuktian bahwa tidak semua janda salah langkah.

Jika dikaji lebih dalam di balik itu semua, pernahkah orang-orang menyadari beban bagi para janda yaitu saat buah hati yang masih kecil menanyakan di mana bapaknya? Kenapa ayah pergi gak pernah pulang? kenapa foto laki-laki yang dipajang itu kepalanya terpotong?

Ucapan yang kejam sekali pun tidak akan pernah melemahkan seorang janda yang dengan tegar tetap menyongsong kehidupannya. Namun air mata yang mengalir dalam dada bisa menghacurkan pertahanan yang kokoh bak baja kontan meleleh jika perkataan di atas keluar dari bibir mungil buah hati seorang janda.

Karena ucapan yang lirih dan terbata itu melebihi tajamnya sembilu, mengalahkan pukulan godam, seolah tubuh hanyut oleh ombak yang kuat. Hanya sebuah pelukan hangat menjadi kekuatan meraih si kecil menahan tangis yang akan meledak, seolah kuat dan berbisik,
Kelak kalau kamu dewasa kamu akan mengerti semuanya.

Mengertikah orang-orang di sekitar saat seorang janda berpapasan dengan sepasang suami-istri mesra berboncengan dengan anaknya melintas di hadapannya, berkata dalam hati,
Betapa bahagianya mereka.

Bagaimana perasaan seorang janda saat harus menjadi orangtua tunggal, menjadi ibu sekaligus ayah. Beratnya menjadi janda saat anak demam di tengah malam tanpa ada tempat berbagi. Namun seorang janda akan tetap tegar jalani kehidupan demi buah hatinya sebagai penyemangat hidup dan topangan hidupnya di kala menua.

Menjadi Seorang Janda Lebih Berat Dibanding Duda
Yang sering dikesampingkan masyarakat, seorang janda justru sering menanggung beban lebih berat dibanding duda. Di satu sisi dia berperan sebagai ibu dari anak–anak yang (seringkali) ditelantarkan oleh ayahnya, di sisi lain dia harus berperan sebagai kepala keluarga untuk memberi nafkah pada anak-anaknya.

Tentu saja berat menjadi seorang janda, dia harus tetap menjaga harkat dan martabat dirinya di tengah–tengah stigma negatif masyarakat dan harus mampu bertahan demi diri sendiri dan anak-anak tanpa didampingi sesosok pria yang bisa menjaga, menyayangi dan mengayominya.

Menjadi seorang janda bukanlah sebuah cita-cita, keinginan, maupun harapan seorang wanita. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menyandang status janda, bahkan status janda merupakan status sangat ditakutkan oleh seluruh wanita di dunia ini. 

Menurut Ollenburger dan Moore (1996) mengenai norma yang berlaku di masyarakat, menyatakan bahwa kehidupan seorang wanita yang menyandang status janda sangat memengaruhi psikis dikarenakan wanita cenderung hidup lebih lama dari pria. Wanita pada umumnya menikahi pria yang usianya lebih tua dari mereka sendiri, pria tua lebih mungkin menikah kembali dibandingkan wanita tua. Adanya norma-norma sosial yang kuat, yang menentang perempuan tua yang menikahi pria muda, dan juga norma-norma yang menentang wanita tua menikah lagi. 

Menjadi janda sesungguhnya adalah hal yang serba salah, bagaimana tidak janda akan diliputi kegalauan luar biasa tentang statusnya sekarang. Akankah status itu dia buka ke masyarakat luas atau hanya dia simpan untuk dirinya sendiri. Walaupun sebenarnya semua akan terbongkar jika akan tiba saatnya semua itu terbongkar. Hal inilah yang sering menyebabkan psikis seorang janda sendiri terganggu, janda takut mengungkapkan statusnya tetapi jika tidak diungkapkan akan lebih sakit slentingan yang beredar tentang status yang ia sandang saat ini.

Godaan Laki-Laki Karena Dianggap Kurang Kasih Sayang
Hal lain yang sering ditakutkan wanita dengan status janda adalah banyak laki-laki yang akan masuk dalam kehidupannya dan membanggakan tentang dirinya dan niat baiknya untuk menikahi seorang janda. Selain itu akan banyak juga pria mencoba mengelabui janda agar jatuh dalam pelukannya, sebab janda sering dianggap wanita lemah dan haus akan kasih sayang. Banyak kasus pria menggoda seorang janda dengan iming-iming kebahagiaan sesaat.

Alasan itulah yang sering membuat para janda menutupi statusnya, sebab khawatir banyak laki-laki datang hanya untuk menganggu dan menggoda. Sedangkan ketika mereka tidak mengungkapkan status janda secara jujur, sulit bagi janda itu sendiri untuk mencari pengganti suami mereka lagi. Tidak ada seorang janda pun yang ingin untuk berlama-lama menyandang status janda, dan manusiawi sekali jika janda menginginkan dia diayomi, dilindungi dan disayang layaknya wanita pda umumnya.

Akhir dari dilema seorang janda adalah menjadi diam dengan statusnya, diam menerima perilaku yang tidak menyenangkan dan menjadi seseorang yang tertutup. Berat menyembuhkan luka yang mereka rasakan, berdiri sendiri menyandang tugas ganda, menjadi kuat untuk anak-anaknya, menghilangkan rasa trauma yang ia rasakan dan anaknya (jika terjadi KDRT dalam keluarganya).
Sungguh berat menjadi “janda”.
Jadi janganlah kita mengucilkan janda. Janda juga ingin didengar dan diayomi bukan menjadi bahan pergunjingan, apalagi jika janda itu memiliki anak, menyembuhkan psikis anak sangatlah berat bagi seorang janda. Mencoba menutup telinga demi anaknya dan menguatkan anaknya dari gunjingan orang lain. Janda itu tidak selamanya jelek, tidak selamanya mengganggu hubungan orang, tidak selamanya dia hina. Janda bisa berkarya, bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan bisa menjaga perilakunya.

Seorang janda akan cenderung tidak bergaul di lingkungan. Hal itu dilakukan agar tidak menimbulkan rasa risih bagi perempuan lain yang bersuami. Seorang janda tidak akan terlalu menanggapi masalah di sekitarnya karena akan menimbulkan konflik bila dia ikut berperan. Seorang janda akan terkesan garang dan angkuh agar ada rasa sungkan orang di sekitarnya. Betapa berat menjadi janda karena tidak akan pernah dipahami mereka yang tidak mengalaminya.

Dan seorang janda tidak akan pernah menjandakan wanita lain untuk melengkapi kebutuhan dan keutuhan dalam kehidupan yang dijalaninya. Seorang janda tidak akan membiarkan wanita lain mengalami nasib yang sama dengannya.

Seorang janda lebih mengutamakan kebahagian orang-orang yang dicintainya tanpa memikirkan kebahagian dirinya sendiri. Jika kamu seorang janda, jadilah janda terhormat, karena seorang janda akan berharga tergantung pada dirinya sendiri, agar kelak anakmu dengan bangga menopang kehidupanmu di kala kamu sudah tak berdaya.
☆☆☆☆☆

Baca Tags Terkait:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT