Anehnya Standat Kerja Untuk Generasi Millennial

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
"Anehnya Standat Kerja Untuk Generasi Millennial"
Mencari pekerjaan memang tidak mudah, apalagi untuk para pemula yang belum punya banyak pengalaman. Diera millennial ini bahkan untuk mencoba melamar kerja sekalipun terbilang sangatlah susah. Bukan hanya karena sedikitnya lowongan, akan tapi juga ketatnya standar kualifikasi yang ditetapkan perusahaan.

Generasi Millennial adalah terminologi generasi yang saat ini banyak diperbincangkan oleh banyak kalangan di dunia di berbagai bidang, apa dan siapa gerangan generasi millennial itu. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millennial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi.

Di Indonesia studi dan kajian tentang generasi millennial belum banyak dilakukan, padahal secara jumlah populasi penduduk Indonesia yang berusia antara 15-34 tahun saat ini sangat besar yaitu sekitar 34,45%. 

Tahun lalu memang ada sebuah majalah bisnis yang tajuk utamanya membahas generasi millennial, tapi sayang coverage liputannya masih sebatas kaitannya generasi millennial dengan dunia pemasaran dan pekerjaan, belum masuk secara substansi ke ruang lingkup kehidupan mereka secara menyeluruh.

Pekerjaan adalah suatu hubungan yang melibatkan dua pihak antara perusahaan dengan para pekerja/ karyawan. Para pekerja akan mendapatkan gaji sebagai balas jasa dari pihak perusahaan, dan jumlahnya tergantung dari jenis profesi yang dilakukan.

Tapi, bayangkan jika sebuah lowongan pekerjaan menetapkan kualifikasi yang tidak masuk akal karena meminta pelamar paling tidak punya pengalaman 10 tahun di usia 25. Apa orang yang diterima di sana harus mulai bekerja di usia 15 tahun? Terus, mereka di usia 15 tahun hanya lulusan SLTP Sederajat saja!

Mengapa perusahaan berharap dan menuntut banyak dari pelamar? Beberapa pekerjaan pemula dituntut berpengalaman tapi bagaimana mereka bisa dapat pengalaman jika mereka tidak bisa dapat pekerjaan karena tuntutan seperti itu.

Sedangkan Kualifikasi bisa disebut juga sebagai Sertifikasi profesional, kadang hanya disebut dengan sertifikasi atau kualifikasi saja, dimana suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional terhadap seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas spesifik. 

Sertifikasi biasanya harus diperbaharui secara berkala, atau dapat pula hanya berlaku untuk suatu periode tertentu. 

Sebagai bagian dari pembaharuan sertifikasi, umumnya diterapkan bahwa seorang individu harus menunjukkan bukti pelaksanaan pendidikan berkelanjutan atau memperoleh nilai CEU (continuing education unit).

Bagaimana sulitnya millennial dalam dunia kerja meski banyak dari mereka yang meraih pendidikan tinggi dan bekerja keras tapi gaji yang didapatkan tidak seberapa ditambah standar kualifikasi sebuah perusahaan yang tidak masuk akal.

Apakah sahabat bitter tahu generasi kita, generasi millennial, adalah generasi yang paling berpendidikan tapi kurang dibayar alias kurang gaji? 

Millennial kesulitan untuk mengejar apa yang mereka inginkan di kehidupan dengan semua halangan, belokan tanpa akhir, dan salah jalan atau jalannya yang salah.

Tapi bitter punya kepercayaan diri penuh dengan generasi millennial dan apa yang harus mereka raih. Kita tahu apa yang kita inginkan dan kita punya kemampuan untuk mendapatkannya dan dengan atau tanpa pengalaman 10 tahun, masa depan adalah milik kita, dan kita pasti bisa menggapai mimpi walaupun rintangan berkelok dan menghadang.

Kita semua pasti bersikap aneh dengan standar perusahaan yang justru dapat pekerjaan saat menentukan kualifikasi tidak masuk akal tersebut. 

Sebuah Contoh Iklan yang lowongan pekerjaan yang pernah di jumpai di pinggir jalan:

DICARI KARYAWAN KARYAWATI MINIMAL LULUSAN SMA DAN BERPENGALAMAN 10 TAHUN. 
USIA MAKSIMAL 25 TAHUN UNTUK DITEMPATKAN DI BIDANG PEMASARAN PT.BLALALA, Tbk.

Sahabat bitter jika membaca iklan itupun akan bilang bahwa tidak ada orang di dunia yang berkualifikasi dengan ekspektasi millennial karena tidak ada orang di dunia yang lulus di usia 15 tahun yang harus mulai punya pengalaman hingga dia berusia 25 tahun.

Untuk bekerja di perusahaan menyedihkan kita dengan gaji rendah dengan standar kualifikasi pengalaman 10 tahun dan usia 25 tahun tentu tidak masuk akal. 

Isu paling penting yang dihadapi pemuda dari dulu sampai sekarang adalah isu pendidikan dan pekerjaan, karena dua hal inilah yang paling berpengaruh dan menentukan masa depan mereka. Tingkat kesuksesan mereka dimasa dewasa dan masa tua ditentukan oleh pendidikan dan pekerjaan yang mereka terima di masa muda.

Selain itu wirausaha saat ini juga sudah menjadi alternatif kalangan muda dalam berkarya, start-up bisnis bermunculan di berbagai kota. Begitu lulus mereka tidak lagi berburu lowongan pekerjaan, tapi berupaya mencari peluang bisnis dan menjadikan peluang bisnis itu sebagai pintu masuk ke dunia wirausaha.

Gaya hidup anak muda yang cenderung hedonis terutama di kota-kota besar sudah menjadi rahasia umum, mereka memiliki cara tersendiri untuk meluapkan ekspresi mereka, dunia hidup mereka tidak bisa lepas dari hiburan dan teknologi terutama internet.
  1. Bagaimana gaya hidup pemuda Indonesia tentang menatap masa depan?
  2. Apa saja hobi dan olahraga yang pemuda senangi dalam mencapai prestasi yang gemilang?
  3. Apa kebiasaan dan perilaku pemuda terhadap teknologi, terutama internet dalam menyikapi perkembangan zaman? Dan 
  4. Bagaimana interaksi pemuda di media sosial dari segi sudut pandang sekarang untuk kehidupan masa depan? 
Itu tadi adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab terkait hubungan gaya hidup anak muda millennial Tentang kesuksesan sejati dalam tujuan hidup sejati.

Akhirnya dengan memahami secara utuh potret generasi millennial di Indonesia maka kita memiliki gambaran pandangan, aspirasi dan sudut pandang mereka terhadap segala aspek didalam kehidupan mereka, sehingga pembangunan manusia Indonesia seutuhnya bisa tepat sasaran, karena pada ujungnya nanti kepada generasi millennial inilah yang menentukan nasib dan masa depan bangsa dan negara kita kedepannya dalam memberi kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT