Psikologi Seseorang Dari WhatsApp

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Psikologi Seseorang Dari WhatsApp
Perkembangan komunikasi saat ini memang berkembang pesat dari masa kemasa, kemunculan WhatsApp misalnya yang mampu menggeser Aplikasi BBM yang lebih dulu buming.

WhatsApp adalah aplikasi pesan instan untuk smartphone, jika dilihat dari fungsinya WhatsApp hampir sama dengan aplikasi SMS yang biasa Sahabat Bitter pergunakan di ponsel lama. 

Tetapi WhatsApp tidak menggunakan pulsa, melainkan data internet. 

Jadi, di aplikasi ini, tidak perlu khawatir soal panjang pendeknya karakter. 

Tidak ada batasan, selama data internet Sahabat Bitter memadai.

Meskipun merupakan aplikasi pesan instan, ada yang unik dari WhatsApp. 

Jadi, sistem pengenalan kontak, verifikasi dan pengiriman pesan tetap dilakukan melalui nomor ponsel yang sudah terlebih dahulu didaftarkan. 

Cara ini berbeda dengan BBM yang menggunakan PIN, ataupun LINE yang selain nomor ponsel juga mendukung email, dan nama pengguna.

Fitur-fitur Unggulan WhatsApp
WhatsApp mempunyai beberapa fitur:

  1. Mengirim pesan teks;
  2. Mengirim foto dari galeri ataupun dari kamera;
  3. Mengirim video;
  4. Mengirimkan berkas-berkas kantor atau yang lainnya;
  5. Menelpon melalui suara, termasuk mengirim pesan suara Sahabat Bitter yang dapat didengarkan oleh penerima setiap saat; dan
  6. Berbagi lokasi memanfaatkan GPSMengirimkan kartu kontak.

WhatsApp juga mendukung beberapa emoji, namun untuk stiker, WhatsApp tergolong minimalis. 

Berbeda dengan LINE yang lebih getol mengembangkannnya.

Sahabat Bitter dapat juga membantu teman dengan cara membayarkan biaya berlangganan tersebut atas namanya.

Namun...
Tahukah Sahabat Bitter jika aplikasi ini menyimpan karakter untuk dari pengguna Chatnya, seperti:
PSIKOLOGI GRUB CETING WHATSAPP
Grup chatting WhatsApp ini biasa dibentuk karena alasan pekerjaan, kesamaan hobi atau kegiatan, atau grup alumni sekolah demi memudahkan komunikasi. 

Namun, grup ini tidak mengikat penggunanya. Anggota bebas memutuskan untuk keluar jika dirasa grup tidak sesuai lagi dengannya. 

Namun, seringkali hanya karena perasaan tak enak atau tak ingin dicap sombong, seseorang enggan keluar dari grup percakapan. Alih-alih keluar dari grup, mereka memilih untuk tetap bertahan di grup walau hanya jadi silent reader atau tukang menyimak obrolan tanpa terlibat memberikan 'suara.' 

Jika tidak sesuai lagi, mengapa orang masih bertahan dalam suatu grup Whatsapp?
Kemungkinan mereka mengalami suatu tekanan 'fear of missing out' atau fomo

Rasa takut ditinggalkan, dilupakan dan tidak tahu informasi yang beredar di kalangan teman-temannya. 

Bergabung di grup Whatsapp seperti pisau bermata dua. Ketika seorang berada dalam grup dapat menimbulkan rasa memiliki grup dan suatu dorongan positif bagi seseorang karena merasa dirinya berharga.

Namun, berada di dalam grup juga bisa menggoyahkan kepercayaan diri anggotanya, meningkatkan kecemasan sosial dan bahkan memicu kecanduan terhadap media sosial.

Aplikasi ponsel pintar seperti Whatsapp masuk ke dalam kebutuhan psikologis kita untuk dimiliki secara sosial.

Bagi mereka yang meninggalkan grup kadang berkata 'Saya tidak ingin terlibat', tapi biasanya ini berbeda dari kenyataannya. 

Mereka masih tergabung di grup untuk mendapatkan link atau jaringan. Selain itu, mereka juga merasa nyaman berada dalam grup karena dapat melakukan social surveillance atau pengawasan sosial. 

Memutus diri dari grup digital, juga menimbulkan risiko memutus diri dari grup offline dan semua interaksi ke depannya.

Keluar dari grup, artinya ia akan kehilangan informasi yang yang mungkin diperlukan untuk interaksi di waktu mendatang, contohnya grup membicarakan konser One Ok Rock di Singapura. Saat berkumpul untuk 'kopi darat' membicarakan harga tiket dan rencana menonton di Singapura, mungkin mantan anggota grup Whatsapp tak begitu tahu akan hal ini. 

Bergabung di grup juga membantu anggota untuk memonitor diskusi yang terjadi.

Dalam grup, selalu ada potensi untuk bergosip dan membicarakan orang lain di luar anggota grup. Masuk ke dalam grup artinya anggota menutup kemungkinan untuk jadi bahan gosip dan rumor.

Tetap berada dalam grup bisa jadi tameng potensial untuk melawan reaksi negatif publik.

TRIK PSIKOLOGI EMOTION SESEORANG YANG DIKIRIM
Penggunaan emotion, tidak sepenuhnya mewakili perasaan seseorang bisa saja hanya formalitas.

Misal Sahabat Bitter ngelucu tapi garing, dia cuman bales stiker L.O.L itu mungkin emang cuman sekedar menghargai lawakan yang GARING itu.

Seberapa cepat respon dalam membalas chat atau seberapa panjang kata-kata yang ditulis untuk membalas chat, ini bisa menjadi indikasi seberapa antusiasnya dia membalas chat. 

Misal “ya?” atau “yaaaa?” semacam ada rasa tidak puas kalau hanya jawabannya singkat. 

Lucu sih ya kayak tidak masuk akal, tapi Bittter Coffee Parm pernàh merasakan sendiri. 

Dapat kita buktikan kalau lagi marah atau tidak suka sama orang kita maleskan bales chatnya,
Suka di lama-lama.

Jangan menyelesaikan masalah di chat, kalau bisa telepon langsung atau bertemu secara langsung. 

Karna dalam chat tidak ada intonasi jadi mudah salah paham.
Jika di akhir percakapan masi ada balasan singkat, itu menandakan dia masih segan chatingan dengan atau masi ingin berlama-lama chatingan dengan Sahabat Bitter tapi bingung tidak mempunyai topik. 

Jika seseorang membalas chat Sahabat Bitter hanya menggunakan Emotikon atau stiker tanpa kata-kata. 

Itu bisa jadi tanda ia sudah ingin mengakhiri chatingan dengan Sahabat Bitter.

PSIKKLOGI STATUS DAN PHOTO PROFILE WHATSAPP
Orang yang sering mengomentari status Sahabat Bitter menandakan ia tertarik akan kehidupan pribadi Sahabat Bitter.
Orang yang sedang tidak memakai foto profile biasanya ia sedang galau atau sedang mengalami masalah. Jadi ati-ati kalau mau chat ke orang tanpa foto profile, biasanya lebih sensi.

Jangan bertanya:
Kenapa kamu jarang pakai foto kamu sendiri?
Karena orang yang tidak pernah atau jarang sekali menggunakan foto dirinya sendiri untuk di upload atau di jadikan foto profile biasanya (tidak semua orang) mempunyai rasa percaya diri yang rendah. 
Jangan membahas soal itu.

Orang yang mempunyai beban emosional yang besar biasanya senang atau nyaman menggunakan Filter Photo Black and White atau yang terkesan gelap.

Orang yang sering mengganti Photo profilenya menandakan orang itu sedang menarik perhatian seseorang.
☆☆☆☆☆

Baca Juga:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT