Dari Fungsi Warung Kopi Hingga Budaya Obrolan Warung Kopi

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Dari Fungsi Warung Kopi Hingga Budaya Obrolan Warung Kopi
Bitter Coffee Park
Saat ini kopi bukan sekadar menjadi pelepas kantuk, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup banyak orang.

Secangkir kopi yang dulunya biasa dinikmati di rumah menjelma menjadi minuman premium yang dinikmati di resto atau kedai kopi kekinian.

Dilihat dari banyaknya penjual kopi yang mendirikan warung-warung kecil, bahkan sudah merambah ke kafe-kafe atau kedai kopi yang bertebaran di berbagai tempat.

Melihat banyaknya pecinta dan penikmat kopi mulai dari yang tua hingga yang muda, membuka peluang bisnis di bidang kopi.

Sehingga membuat banyak kedai kopi menawarkan beragam jenis kopi yang unik dan menarik untuk para pelanggannya.

Mereka berlomba-lomba memberikan pengalaman minum kopi yang menarik dan berbeda.

Para pencinta kopi pun merayakan Hari Kopi setiap tahunnya. 

Di negara seperti Malaysia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Ethiopia, dan Swedia, hari kopi dirayakan setiap tanggal 29 September. 

Sementara itu International Coffee Organization (ICO) (Indonesia salah satu anggotanya) pada tahun 2015 meresmikan Hari Kopi Internasional jatuh pada 1 Oktober. 

Meski orang Indonesia tak masuk dalam daftar bangsa peminum kopi terbanyak di dunia, posisi Indonesia cukup gemilang soal produksi kopi. 

Negeri ini adalah negara penghasil dan pengekspor kopi ketiga terbesar di dunia. 

Sejak abad ke-17, kopi Indonesia sudah diekspor Belanda ke penjuru dunia.

Diakui atau tidak kedai kopi adalah tempat pertukaran ilmu, informasi, bribikan, keluh kesah, hingga hal-hal remeh macam melepas penat dan mencari tempat tidur.

Pada akhirnya nanti pemilik kedai kopi akan mengklaim tempatnya sebagai poros utama perputaran pengetahuan atau ekonomi berkedok literasi dan itu tidak selamanya salah dan tidak selamanya benar.

Bingung kan?
La iya jelas bingung, kenapa klaim itu menutup kebenaran lain bahwa tempat itu sebenarnya hanyalah kedai kopi (terutama yang buka 24 jam) sedangkan kenyataanya kedai kopi tak ubahnya pos kamling.

Dan diluar klaim realitas memang terus berjalan dan kedai kopi akan selalu riuh bagai gerimis atau terminal dan stasiun.

Di Indonesia, kopi bukan hal yang asing. 
Apalagi masyarakat di beberapa daerah yang menjadikan kopi sebagai gaya hidup, rutinitas harian. 

Tak hanya soal kebiasaan minum kopi, namun beberapa daerah di Indonesia juga terkenal menghasilkan biji kopi yang berbeda. 

Sebut saja kopi dari Sumatera, kopi Toraja, kopi Aceh Gayo, kopi Bali Kintamani, kopi Papua Wamena, kopi Flores Bajawa, dan kopi Jawa.

Kopi kini hadir dengan segala variasi. 
Bila zaman dulu orang hanya tahu kopi tubruk atau kopi susu, kini baik jenis biji kopi, teknik peracikan, juga bahan, hingga perniknya pun membuat kopi lebih menarik. 

Banyak profesi baru yang melahirkan sajian kreatif kaya cita rasa dalam secangkir kopi.

Saat ini, konon kopi sedang mengetren. 
Ini ditandai dengan kemunculan kedai-kedai kopi baru dan euforia orang-orang soal kopi. 

Muncul sosok penikmat kopi yang dijuluki coffee snob. 

Ada pula profesi baru yang dianggap keren seperti baristaatau peracik kopi.

Orang-orang makin gemar minum kopi di kedai. 
Padahal harga secangkirnya pun tak bisa dibilang murah. 

Dana yang dikeluarkan untuk minum kopi mencapai Rp480.000-Rp600.000 tiap bulan. 

Banyak orang yang rela mengeluarkan uang tak sedikit untuk minum kopi, atau sekadar nongkrong

Bicara kopi tak hanya soal kenikmatan cita rasa dari biji kopi itu sendiri. 

Selain memengaruhi kondisi keuangan pribadi, kesehatan dan kecantikan, kopi juga berefek terhadap perputaran roda ekonomi.

Lantas, benarkah kopi yang notabene telah dikonsumsi sejak lama kini menjadi tren? 
Laporan ini akan membahasnya lebih dalam.

Bagaimana caranya Bitter Coffee Park berpikir membuat perbedaan antara kopi konvensial dan kopi modern?
Jadi menurut Bitter Coffee Park ada perubahan dari culturenya, mulai dari yang dulu cuma kopi tubruk saja dan sekarang mulai bisa dikreasikan dengan gambar-gambar, kemudian nanti ada kreasi-kreasi menu.

Kopi ini mulai booming setelah Film Filosofi Kopi, banyak orang yang melihat kesempatan dan peluang di Indonesia, khususnya di Kota Metropolitan, mulai menyukai kopi. Sehingga coffee shop atau kedai kopi mulai banyak bertambah, bahkan artis-artis pun juga mulai membuka bisnis coffee shop.

Kita tahu, kopi ini dari dulu sudah menjadi minuman wajib yang diseduh di pagi hari, lalu:
Apakah beberapa tahun ke depan bisnis kopi ini akan mati?

Tenang aja budaya minum kopi gak akan mati, karena ini bukan kaya minum bubble tea, kita tahu budaya minum kopi ini sudah ada dari kakek moyang kita. 

Ini adalah budaya yang sudah menjadi satu bagian dari kebutuhan dan bagian gaya hidup, dan karena ini merupakan bagian dari budaya, jadi harus dilestarikan.

Jadi budaya minum kopi ini bukan hanya tren semata.

Mari kembali ke abad 17. 
Masa saat bangsa Eropa mulai membudidayakan kopi di daerah jajahannya di penjuru dunia. 

Salah satunya adalah orang-orang Belanda yang mengembangkan perkebunan kopi di Jawa.

Dari yang semula hanya kopi jenis Arabika, kemudian berkembang ke jenis kopi lain Robusta, dan Liberica. 

Meski menghadapi kendala pada awalnya, kopi bisa tumbuh subur di Jawa dan pulau lain seperti Sumatera. Belanda pun mengekspor kopi Indonesia ke seluruh dunia.

Dari tanah Jawa lah dunia mengenal istilah A cup of Java

Kali lain Sahabat Bitter mendengar Java (dalam topik kopi) maka itu bisa diartikan secara harfiah sebagai Secangkir Jawa

Begitu tertulis dalam buku A Cup of Java yang ditulis Gabriella Teggia dan Mark Hanusz

Juga ditulis pengamat sejarah seni Martin Fox dari Stanford University.

Ratusan tahun berlalu, A cup of Java kembali ke asalnya, Jawa. 

Kedai kopi lokal bermunculan di penjuru pulau Jawa membujur dari barat ke timur. 

ÀTak hanya menawarkan suasana nyaman dengan interior kekinian, tapi juga kopi yang dianggap nikmat oleh para pencinta kopi.

Pemilik kedai Anomali Coffee, Irvan Helmi pernah menyatakan:
  • Pada 2014 saja pertumbuhan kedai kopi mencapai 100 persen. 
  • Pada 2013 ada 100 pengusaha yang mendaftarkan kedai kopinya di Asosiasi Kopi Specialti. 
Sekarang sudah mencapai 200-an yang terdaftar di asosiasi. Saya pikir yang belum terdaftar ada dua kali lipat.
kata Irvan.

Kini, Kota Surabaya yang kini punya banyak sekali pilihan tempat untuk menikmati kopi nikmat kekinian.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT