Di titik, dimana Bitter Coffee Park mulai kebingungan. 

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Di titik, dimana Bitter Coffee Park mulai kebingungan.
Sejak pertemuan kami di sebuah gerai kopi sebelumnya, teman Bitter Coffee Park yang seorang pakar Spiritual mengajak Bitter Coffee Park bertemu kembali. 

Sesuai dengan tempat dan waktu yang telah kami sepakati, akhirnya kami bertemu di sebuah gerai warung kopi di pojok perempatan Jl. Demak Surabaya, gerai kopi mungil yang tampak tenang dan nyaman di pagi hari.

Sahabat Bitter Coffee Park tidak datang sendirian. Namun, tampaknya Sahabat Bitter Coffee Park datang bersama seorang teman yang mungkin teman seprofesi atau mungkin seseorang yang sama seperti Bitter Coffee Park. 

Kami berkenalan namun sebelum terlibat pembicaraan lebih dalam, Bitter Coffee Park memutuskan memesan pesanan Bitter Coffee Park terlebih dahulu. 

Seperti biasa, Bitter Coffee Park memesan secangkir kopi pahit dan Bitter Coffee Park pun kembali ke meja yang terletak di seberang bar. 

Rupanya Sahabat Bitter Coffee Park menceritakan pada teman Bitter Coffee Park tentang ketertarikan Bitter Coffee Park pada sejarah, khususnya terkait distribusi narasi-narasi sejarah tandingan yang tidak terlalu banyak dibahas oleh anak muda jaman sekarang. Sejarah tentang leluhur keluarga yang pernah menggoncang tanah jawa, dan belum pernah tercatat dibuku sejarah di negeri ini.

Orang yang datang bersama teman Bitter Coffee Park ini kemudian mulai bercerita tentang seorang anak muda yang memutuskan mencari tahu sebuah sejarah kelam negeri ini justru dari keluarganya. 

Tidak ada kaitan khusus atas keluarga anak muda ini dengan sejarah tersebut namun justru dari ketiadaan keterkaitan inilah ia mencari tahu lebih dalam. Ya... itulah silsilah keluarga Bitter Coffee Park

Keluarga, menurut anak muda tersebut adalah kelompok paling ujung, yang secara sadar atau tidak sadar turut berkontribusi dalam distribusi narasi sejarah, khususnya narasi yang dibangun pemerintah dimasa itu.

Di titik ini Bitter Coffee Park mulai kebingungan.
Filosofi Percintaan Anak Manusia dengan Putri Iblis
Terlalu membingungkan untuk Bitter Coffee Park yang awam ini memahami hal-hal semacam ini.

Ada kesan liar dan menantang atas apa yang disampaikan oleh orang yang baru Bitter Coffee Park kenal ini.

Ia menangkap kebingungan Bitter Coffee Park yang tampak dari raut wajah ataupun gestur Bitter Coffee Park.

Menutupi hal itu, Bitter Coffee Park pun menyeruput secangkir kopi pahit yang mantap.

Cukup kuat untuk mengembalikan fokus Bitter Coffee yang mulai mengabur dari cerita itu.

Legenda Peradaban di Puncak Gunung yang hilang karena keserakahan kekuasaan
Kami mencoba kembali mengobrol, tentunya dalam bobot yang lebih ringan.

Mereka mencoba untuk tidak mebuat Bitter Coffee Park ketakutan, dan tenggelam dalam obrolan yang tidak sepenuhnya Bitter Coffee Park pahami.

Kami masih membicarakan sejarah dalam tataran yang sedikit lebih ringan.

Sejarah yang masih terkait dalam kehidupan sehari-hari, seperti bagaimana orang mulai lupa atas apa yang terjadi 2100 tahun yang lalu, dan mulai memajang gambar-gambar sosok yang tidak seharusnya dikenang.

Meski untuk mereka pembicaraan seperti ini terkesan ringan untuk mereka namun sepertinya tidak untuk Bitter Coffee Park, pekerja pelayanan publik yang bahkan nyaris tidak pernah membaca ini.

Di satu sisi, hal-hal ini terasa berat namun di sisi yang lainnya memunculkan perasaan tertantang yang membuat Bitter Coffee Park bergairah.

Entah karena temanya atau justru pada mengalami percakapan yang berbeda dari keseharian Bitter Coffee park.


Tepat setelah menyelesaikan secangkir kopi pahit, Bitter Coffee Parm pun pamit undur diri dari Obrolan itu. Ketika undur diri, Bitter Coffee Park pun mengucapkan terima kasih atas penjelasannya, dan tentunya menantikan pertemuan-pertemuan berikutnya.
NB:
Sejarah ini tidak mingkin di tulis dan disebarkan, karena dapat memicu konflik dan perpecahan.
By: Ki Paut Anomsari
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT