Apa saja ciri-ciri orang yang berpikiran sempit menurut Bitter Coffee Park?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Apa saja ciri-ciri orang yang berpikiran sempit menurut Bitter Coffee Park?
Notes 1
Faktor yang membuat suatu bangsa sulit maju adalah pikiran yang sempit dan picik. Pikiran yang sempit dan picik ini dimiliki oleh orang-orang yang merasa dirinya selalu benar, paling hebat, paling pintar, paling senior, paling berpengalaman, paling relijius, dan paling-paling yang lainnya. Karena merasa diri paling, maka orang itu tidak mau menerima saran, kritik, ide baru dan juga perubahan. Orang yang berpikiran sempit dan picik, senangnya hanya mengatur dan mendikte orang lain, apa yang boleh dan apa yang tidak. Orang dengan tipe ini menganggap bahwa hidup tidak akan berjalan tanpa dirinya. Narsisnya luar biasa.

Bila orang dengan tipe ini tidak suka pada sesuatu, maka ia akan menentang habis-habisan dengan alasan agama dan ideologi lainnya, untuk membenarkan ketidaksukaannya. Ingat bagaimana Cina membentengi dirinya sedemikian rupa, karena takut paham/ideologinya terganggu. Mereka takut bahwa orang asing akan membawa paham/ajaran/isme lain, di luar komunisme yang dapat membahayakan ideologi negara mereka. Dulu rumah penduduk dirazia, untuk memastikan apakah ada buku-buku yang membahayakan ideologi mereka. Bila polisi menemukan buku-buku yang dianggap berbahaya dan menyesatkan, maka buku-buku itu akan dibakar dan pemiliknya di penjara. Betapa mengerikannya masa itu buat rakyat Cina yang ingin maju.

Cina menjadi negara yang sangat tertutup. Saat menutup diri seperti itu, orang hanya mengenal Cina sebagai Raksasa Bulutangkis dan belakangan olahraga lainnya. Baru setelah Cina membuka diri, Cina mulai dikenal sebagai raksasa ekonomi. Itu kunci kemajuan Cina, membuka diri, tidak menutup diri dan mata pada dunia lain. Pemerintah Cina menyadari bahwa rakyat sudah dewasa, berhak menentukan sendiri apa yang boleh dan tidak boleh mereka pelajari. Tanpa memberi kebebasan itu, mungkin perkembangan ilmu pengetahuan di Cina tidak akan berkembang seperti sekarang.

Indonesia, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Cina di masa lalu. Walau rakyatnya sudah banyak yang berpendidikan tinggi, bahkan sampai bangga karena kuliah di luar negeri, namun pikirannya masih tertinggal di jaman lalu, jaman jahiliyah, dimana kekerasan menjadi satu-satunya cara untuk menghadapi perbedaan pendapat. Kekerasan itu bisa berupa apa saja seperti kekerasan psikis, kekerasan fisik, kekerasan intelektual, dan kekerasan spiritual. Orientasinya bukan pada kemajuan bersama dan perubahan, tetapi kepada kuasa. Semakin pintar, semakin ingin berkuasa. Orang seperti ini, menilai segala sesuatu hanya dari sudut suka atau tidak suka, dengan dalih benar atau tidak benar. Mereka beranggapan bahwa orang lain akan begitu tolol sehingga mudah terpengaruh apabila melihat, mendengar dan membaca sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran menurut versinya.

Manusia diberi Tuhan Yang Maha Kuasa, akal, budi dan nurani untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik, benar dan tidak benar. Apalagi kalau ia sudah ditanamkan sejak kecil bahwa sesuatu itu tidak baik, tidak benar, dan tidak pantas, maka ia akan melakukan Self Protection untuk melindungi dirinya sendiri. Kita hanya bisa memberi pengarahan, bukan membangun benteng yang rapuh untuk menolak setiap hal yang tidak kita sukai atau kita anggap salah.

Orang-orang yang tidak menerima perbedaan, menganggap diri selalu benar, paling pintar, paling senior, paling tahu, dan paling-paling yang lainnya, akan membuat kelompok mengalami stagnasi, berputar dalam lingkaran. Orang-orang yang berpikiran panjang dan luas bisa menerima perubahan, menghargai perbedaan, terbuka untuk kemajuan dan memandang positif dari hal atau kejadian yang paling negatif sekalipun. Orang-orang dengan tipe ini bila berada dalam kelompok atau komunitas, akan membawa kelompok atau komunitas tersebut menuju kemajuan yang signifikan karena kemajuan hanya dimiliki oleh orang-orang yang mau terbuka, rendah hati, positif dan belajar. Mereka tidak pernah merasa diri hebat, apalagi mengklaim diri hebat. Ilmunya hanya ilmu padi, makin berisi makin menunduk. Karena orang yang terbuka dan tidak berpikiran sempit selalu memandang bahwa dari orang yang paling kecil pun, ia bisa belajar banyak dari mereka atau dari hal yang paling keliru pun, ada hal positif yang bisa diambil.

Notes 2
Sedikit berbagi ciri-ciri orang yang memiliki pola pikir terbuka.

Orang dengan pola pikir terbuka, adalah orang yang sungguh kuat mentalnya, ia berani menghadapi apapun dan juga berani menanggung resiko.

Berikut ciri - cirinya:
"Pola pikir terbuka adalah orang yang menerima tantangan"
"Mereka menerima perubahan"
"Mereka selalu melihat sebuah kesempatan"
"Mereka selalu berpikir positif, dan merasa semua dapat dilalui"
"Mereka menerima saran, dan berani memebenahi diri"
"Merka suka dengan hal baru"
"Mereka menganggap kegagalan sebagai pelajaran"
"Mereka tahu bahwa mereka perlu selalu belajar"

Notes 3
Jika di jaman serba canggih dan informasi mudah diakses ini kita masih saja bertemu tipikal orang yang berpikiran tertutup terhadap banyak hal (close-minded).

Bitter Coffee Parn rasa diri kita yang harus mengubah lingkup pergaulan kita. Mungkin akan ada pro dan kontra untuk artikel Bitter Coffee Park yang satu ini. 

Tapi, come on guys, ini jaman yang sudah maju loh. 

Coba pelajari karakter setiap orang dan temukan alasan dibalik penolakan atau rasa ketidaksukaan yang muncul terhadap orang lain.

Introvert & Close-minded People 
Uniknya, dari beberapa sumber, ditulis bahwa dominannya orang yang berpikiran tertutup adalah orang introvert. 

Padahal itu adalah dua hal yang berbeda. 
Serius loh.....

Bitter Coffee Padk sendiri adalah tipikal orang yang introvert. Tidak mudah dekat dengan orang lain. Tetapi Bitter Coffee Park adalah penganut paham open-minded. Sebelum Bitter Coffee Park berbagi tips menghadapi orang yang berpikiran tertutup atau sempit pemikirannya, terlebih dahulu simak perbedaan antara orang berpikiran tertutup dan orang berpikiran sempit. 
  1. Introvert berkaitan dengan kepribadian. Pikiran sempit berkaitan dengan pola pikir atau sudut pandang. Pikiran sempit dapat terbentuk karena faktor lingkungan atau lainnya. Suatu saat bisa berubah baik keinginan sendiri atau dibantu. Sedangkan introvert terbentuk dari pola-pola perilaku yang menyertai individunya sejak kecil. 
  2. Introvert butuh waktu penyembuhan. Harus ada upaya advokasi khusus bagi orang intorvert. Closes-minded lebih mudah diubah dengan memberikan pemikiran-pemikiran mendasar yang masif. 
  3. Subyek introvert susah bergabung dalam keramaian, sedangkan subyek dengan pemikiran sempit bisa berada dalam suasana yang ramai maupun sepi. Bahkan, dari berbagai pengalaman bertemu orang berpikiran sempit, mereka terkadang menjadi obyek yang aktif berinteraksi. 
  4. Subyek introvert pada umumnya menghabiskan waktu sendirian dalam aktivitas rutinitas. Subyek close-minded bisa jadi tipikal yang sosialis atau bisa juga anti-sosial. 
Dari apa yang dijelaskan sekiranya dapat menjadi referensi bagi Sahabat Bitter untuk membedakan kedua hal tersebut yang memang terkesan mirip.

Ini ditulis dengan mengamati gejala sosial yang ada yang kemudian dilanjutkan kajian/ studi kasus oleh Elvina. 
Semoga bermanfaat.
Menurut Elvina, orang yang berpikiran sempit adalah mereka yang menolak diri untuk bertoleransi dengan orang lain, dengan sebuah perbedaan sosial, dengan ide/ saran dari orang lain, dan serta persoalan sekitarnya. 

Adapun ciri-ciri orang berpikiran sempit adalah:
Susah menerima saat orang lain mengoreksi. 
Mereka terlalu tinggi hati untuk bisa menerima sebuah masukan. Berpikir bahwa dia melakukan itu karena iri dengannya.

Makanya menolak dikoreksi dan selalu merasa benar dengan apa yang dia katakan dan lakukan.

Pokoknya tidak ada yang lebih benar dari apa yang kamu pikirkan.

Baginya, lebih baik kamu mencari tahu sendiri daripada mengikuti saran orang lain. 

RASIS
Gejala parah dimana mereka yang berpikir sempit dekat dengan pikiran negatif yang lebih mendominasi, yang mana mereka susah mentolerir sebuah perbedaan, yang tidak mau menerima suku, agama, golongan, ras yang ada di dalam kehidupan. 

Lebih banyak mengajukan pernyataan (statement)dibandingkan pertanyaan. 
Dalam sebuah pertemuan yang jika dihadiri oleh banyak orang, akan nampak mana orang berpikiran terbuka dan juga orang berpikiran sempit.

Apalagi model pertemuan adalah diskusi dan bukan seminar.
Kerapkali, orang berpikiran sempit akan memberikan kritik dan juga interupsi atas subtansi yang dibawakan narasumber. 

Sangat defensif.
Melakukan kesalahan tapi tetap mempertahankan apa yang telah dilakukannya. 

Suka menghakimi. 
Ini dia ciri khas close-minded people.
Biasanya orang ini akan melontarkan pernyataan-pernyataan negatif bila ada orang yang tidak setuju dengan pendapatnya, dan tidak jarang pula langsung menghakimi lawannya.

Apalagi saat lawannya melakukan kesalahan, alih-alih memberikan pertolongan atau solusi, ia akan semakin menyudutkan lawannya sampai lawannya tersebut menjadi minder. 

Kaku atau tidak fleksibel.
Orang berpikiran sempit tidak fleksibel dengan keadaan. Ini sih sudah pasti mengingat bahwa tipe ini tidak akan mengubah pendapatnya walaupun pendapat lawan atau rekannya lebih baik dari sisi analisa kekuatan dan kelemahan (SWOT). 

Tidak pandai bernegosiasi. 
Tentunya orang berpikiran sempit akan sulit berunding dengan orang lain.
Tak heran jika tipikal orang seperti ini lebih suka membuat komunitas atau mengumpulkan massa pengikutnya dan membentuk opini publik. 

Iri hati.
Ia selalu iri dengan apa yang orang lain lakukan, orang lain kenakan, dan orang lain katakan.

Orang berpikiran sempit karena susah menyesuaikan dirinya dengan keadaan, tidak heran saat orang lain berubah menjadi lebih baik maka ia mencemoohnya.

Nah, gimana kalau ciri-ciri di atas kita sering temui, atau jangan teman sendiri, gebetan, selingkuhan??? 

Berikut cara menghadapinya:
Ajak berunding secara damai.
Jika kamu sering bertemu orang ini baik di sekolah, kampus, kantor, atau seminar-seminar, atau juga dalam aktivitas komunitas, maka kamu perlu mengajak dia berunding dua mata.
Jangan berdebat. 
Bicarakan sesuatu secara baik. 

Jangan pernah menyinggung kepribadiannya. 
Hindara berdebat dengan menggunakan argumen Ad Hominem. Ini poin penting loh.

Jika Sahabat Bitter sampai mengungkit soal tingkah lakunya atau keburukannya, maka ia bisa saja menjadi tempramen lalu sentimental dengan sikap Sahabat Bitter. 

Tetap berpikir positif.
Jangan pernah minder saat dia menyudutkan Sahabat Bitter. Bawa aura positif masuk dalam pikiran Sahabat Bitter dan buang semua hinaannya.
Itu akan lebih baik dibandingkan merekam kata-katanya dalam memori Sahabat Bitter.

Dikhawatirkan kamu malah menjadi trauma dan berubah menjadi close-minded

Jujur dengan diri Sahabat Bitter sendiri.
Apabila pendapat dia ternyata masuk akal dan diterapkan, take it.

Mungkin orang tersebut bertahan dengan pendapatnya karena sudah diuji dalam berbagai aspek.

Terima itu sebagai tantangan bagi dirimu untuk kedepannya lebih baik lagi.
Mengalah bukan berarti kalah. 
Percaya deh, dia juga mungkin akan kagum dengan dirimu yang begitu terbuka dengan pendapat orang lain. 
Dan buat Sahabat Bitter.. hey Sahabat Bitter.. iya Sahabar Bitter yang sedang membaca ini & mulai merasa, Baca: 
Jangan sampai ketidak mampuanmu untuk mengubah sifat jelekmu sendiri membuat orang lain dirugikan. 
Hiduplah dengan rendah hati dan belajarlah menerima pemikiran orang lain.
 Jangan menganggap semua orang sama denganmu karena dunia ini akan jadi sangat membosankan. 
Yang penting........
Kamu tahu kekuranganmu dimana dan mau memperbaikinya.
Udah ! 
Sekian dan Terima kasih. 
Jangan lupa bahagia (eaa...) 

☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT