Apa saja kebenaran yang pahit tentang sifat manusia?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:

Apa saja kebenaran yang pahit tentang sifat manusia?

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. 

Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otakberkemampuan tinggi. 

Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. 

Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya.

Organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Namun, ada banyak hal kebenaran yang pahit tentang sifat manusia yang sering di sangkal oleh manusia.

Berikut adalah kebenaran yang pahit tentang sifat manusia.

Kemarahan adalah salah satu emosi terkuat manusia yang dapat memiliki efek menghancurkan. 

Kita sering mengungkapkan rasa marah dengan cara yang sangat aneh, tidak adil, dan seperti binatang. 

Jika orang yang membuat kita marah lebih kuat atau lebih berkuasa, kita cenderung lebih memilih untuk melampiaskannya pada orang yang lebih lemah yang kebetulan berada didekat kita.

Setiap hari, rata-rata orang dewasa membuat sekitar 35.000 keputusan, yang sebagian besar dibuat secara tidak sadar, emosional atau tidak rasional. 
Yang mengejutkan, kita dengan cepat merasionalkan alasan yang kita miliki untuk membenarkan keputusan yang emosional atau tidak rasional itu, tanpa peduli apakah sebenarnya itu salah atau tidak.

Setiap orang mampu membuat keputusan yang tidak rasional, beberapa di antaranya disebabkan oleh keadaan di luar kendali kita, terutama ketika seseorang berada di bawah tekanan, ancaman, atau rasa bahaya yang besar.

Sebagian besar keputusan pembelian tidak dibuat secara rasional atau dari kebutuhan. 
Sebagian besar keputusan pembelian dibuat secara emosional dari keinginan untuk membuat orang lain, terutama musuh kita, merasa cemburu.

Keinginan untuk bersenang-senang dan menghindari rasa sakit adalah beberapa emosi manusia yang paling kuat. 
Ketika kita dikendalikan oleh emosi-emosi ini, kita membayangkan kita sedang mencari kebenaran, atau bersikap realistis.

Padahal sebenarnya kita berpegang pada emosi atau perasaan yang membawa pelepasan dari ketegangan.

Dan menenangkan ego kita atau membuat kita merasa lebih superior atau bijaksana.

Manusia adalah makhluk egois yang dikendalikan oleh keinginan dan naluri yang kuat untuk bertahan hidup.
Kita lebih mementingkan diri sendiri daripada empati terhadap sesama manusia.

Sifat ini tercermin di seluruh ras manusia melalui perilaku seperti korupsi, pencurian, kecemburuan, dan pembunuhan.

Manusia pada dasarnya adalah hewan sosial. 
Perasaan terisolasi, berbeda dari kelompok atau suku, bisa sangat menyedihkan dan menakutkan.

Jadi kita cenderung mengalami kesenangan dan kelegaan luar biasa ketika kita menemukan orang lain yang berbagi pendapat, ide, dan pemikiran kita, bahkan jika mereka salah.

Faktanya, kita termotivasi untuk mengambil pendapat mereka selama mereka memberi kita kelegaan ini dan membuat kita “benar secara politis”.

Manusia tidak jujur ​​dan tidak tulus.
Tidak mungkin untuk benar-benar mengukur integritas seseorang melalui pengawasan yang Sahabat Bitter lakukan kepada orang lain.

Integritas nyata hanya dapat diukur dengan refleksi, kesadaran, dan evaluasi diri seseorang, terutama ketika mereka benar-benar sendirian.

Namun, kenyataannya adalah bahwa manusia cenderung melakukan beberapa hal yang paling licik, jahat, dan memalukan ketika mereka ditinggalkan sendirian.

Oleh karena itu sebagian besar rahasia manusia tidak akan pernah diketahui dan akan mengikuti mereka ke kuburan mereka.

Kesalahan dan kegagalan menimbulkan kebutuhan akan penjelasan dan pertanggungjawaban. 
Dalam kenyataannya, dibandingkan untuk belajar dari kesalahan dan tidak mengulangi pengalaman yang sama kita lebih memilih untuk merasa malu menghadapi kesalahan dan kegagalan kita.

Tidak hanya itu, Introspeksi kita sebagai manusia juga buruk.
Oleh karena itu, naluri alamiah kita juga lebih memilih untuk menyalahkan orang lain, keadaan, atau kesalahan penilaian sesaat.

Alasan untuk ini adalah bahwa seringkali terlalu menyakitkan untuk melihat diri kita secara introspektif dan melihat kelemahan kita.

Ini cenderung menyodok ego manusia kita dan merusak perasaan superioritas kita.

Kita akhirnya berpura-pura merenungkan tindakan kita dan memaksa diri kita untuk melupakannya.

Melalui ego dan emosi manusiawi kita yang membutakan kita lagi.

Akibatnya, kita terus mengulangi kesalahan yang sama persis dan melalui proses saling menyalahkan, diikuti oleh kelupaan, sampai kita mati.

Keinginan untuk membandingkan diri kita dengan orang lain sangat kuat.
Keinginan ini sering muncul dari ilusi, ketakutan, dan rasa tidak aman dari diri kita sendiri.

Kita sering memakai pakaian dari desainer mahal untuk 'merasa senang', unggul dan untuk menjaga diri kita agar tetap bisa bersama dengan rekan-rekan kita.

Jika kita tidak tampil lebih baik dari mereka, kita merasa akan disisihkan dari pergaulan dan tidak mendapatkan pengakuan dari orang lain.

Tapi, pada kenyataannya tidak ada yang peduli dengan Sahabat Bitter atau bagaimana penampilan Sahabat Bitter, kecuali jika yang melihat Sahabat Bitter mungkin adalah pelanggan yang tertarik pada pakaian yang Sahabat Bitter kenakan.

Keinginan akan kekuasaan menggantikan semua keinginan lain dalam kodrat manusia. 
Keinginan ini sering kali menyamarkan dirinya sebagai pencarian yang tidak bersalah untuk kebaikan bersama.

Ada faktor-faktor mendasar lainnya yang mendorong manusia untuk mendapatkan kekuasaan, seperti keserakahan dan keinginan mendalam untuk mendominasi dan mengendalikan orang lain.

Ini sering membawa orang ke ambisi yang lebih halus yang menyalip pemikiran orang, akal sehat dan etika kerja, memaksa orang untuk berbohong, menipu, mencuri, atau bahkan membunuh untuk menuju superioritas.

Akibatnya, ini menyebabkan pria dan wanita jatuh ke dalam godaan untuk menyakiti orang lain dan bahkan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka yang tidak tulus.

Lebih sering daripada tidak, ini membawa orang pada kehancuran mereka sendiri.

☆☆☆☆☆

KUPASAN BUKU YANG BERJUDUL:

SEBUAH SENI

UNTUK BERSIKAP BODO AMAT

Dalam buku ini terdiri dari 9 bab secara garis besarnya, dan berikut beberapa kutipannya, berikut kutipannya:

BAB I

Jangan Berusaha

Seseorang yang percaya diri tidak merasa perlu membuktikan kalau dia percaya diri.

Seseorang yang kaya tidak merasa perlu untuk meyakinkan orang lain kalau dirinya kaya.

Entah Sahabat Bitter seperti itu atau tidak, dan jika Sahabat Bitter setiap saat memimpikan sesuatu, Sahabat Bitter sebenarnya sedang menguatkan realitas bawah sadar Sahabat Bitter, lagi dan lagi, bahwa Sahabat Bitter bukan itu.

BAB II

Kebahagiaan itu Masalah

Rasa sakit dan kehilangan tidak pernah dapat dielakkan dan kita harus belajar untuk berhenti menolaknya.

BAB III

Sahabat Bitter Tidak Istimewa

Ketika Sahabat Bitter tidak merasa istimewa, Sahabat Bitter akan mampu mengapresiasi pengalaman-pengalaman sederhana di hidup Sahabat Bitter:
Nikmatnya pertemanan yang simple, menciptakan sesuatu, membantu seseorang yang membutuhkan, membaca buku bagus, tertawa bersama orang yang Sahabat Bitter sayangi.
Terdengar membosankan bukan? 

Mungkin karena hal-hal semacam ini biasa saja, namun juga mungkin karena suatu alasan: itulah yang benar berarti."

BAB IV

Nilai Penderitaan

Ada nilai-nilai sampah yang buruk bagi kehidupan.

Jangan berpegang sama nilai ini.

Nilai itu adalah:

1. Kenikmatan, 
2. Kesuksesan material, 
3. Selalu benar, dan 
4. Tetap positif.

BAB V

Sahabat Bitter Salah Memilih

Kita semua mendapatkan kartu.

Beberapa dari kita mendapatkan kartu yang lebih bagus daripada yang lainnya, dan meskipun mudah saja untuk menyerah, dan merasa kita telah dikalahkan, permainan sebenarnya terletak pada pilihan yang kita buat terhadap kartu tersebut.

Pilihan atau resiko yang akan kita ambil, dan pilihan konsekuensi yang kita jalani, orang-orang yang secara konsisten memilih pilihan terbaik dalam situasi apapun adalah mereka yang pada akhirnya memenangkan permainan ini.

Seperti halnya dalam kehidupan, dan itu tidak harus mereka yang memiliki kartu terbaik.

BAB VI

Sahabat Bitter Keliru Tentang Semua Hal

Tapi, Saya pun Begitu.

Jangan jadi istimewa, jangan jadi unik. 
Definisikan ulang ukuran Sahabat Bitter dengan cara yang biasa dan umum.

Pilihlah sebuah ukuran untuk diri Sahabat Bitter bukan sebagai primadona atau seorang jenius terselubung.

Pilihlah ukuran Sahabat Bitter sendiri bukan sebagai korban yang mengerikan atau suatu kegagalan yang suram.

Sebagai gantinya, ukur diri anda dengan identitas yang lebih biasa:

• Seorang rekan, 
• Seorang teman, dan
• Seorang pencipta.

BAB VII

Kegagalan adalah Jalan untuk Maju

Jika kita terhenti di satu soal, jangan duduk saja dan hanya memikirkan hal itu, akan tetapi mulailah mengerjakannya.

Bahkan jika Sahabat Bitter tidak tahu apa yang kalian lakukan, satu tindakan sederhana, yaitu:
Mulai mengerjakan pada akhirnya akan membuat beberapa ide yang tepat muncul di kepala Sahabat Bitter.

Jangan hanya duduk-duduk, namun lakukan sesuatu dan jawaban akan muncul dengan sendirinya.

BAB VIII

Pentingnya Berkata Tidak

Kita semua harus perduli terhadap sesuatu, untuk menghargai sesuatu.

Dan untuk menghargai sesuatu, kita harus menolak apa yang bukan sesuatu tersebut.

Untuk menilai X, kita harus menolak non-X.

BAB IX.

Dan Kemudian Sahabat Bitter Mati

Memikirkan kematian itu adalah cara supaya Sahabat Bitter tetap berjalan di jalan yang tepat.

☆☆☆☆☆