Spiritual Alam Semesta (Ngaji Kitab Garing Lan Teles)

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Spiritual Alam Semesta (Ngaji Kitab Garing Lan Teles)
Dalam khasanah JAWA ada istilah kitab GARING (kering) yaitu membaca dan memahami apa yang tertulis di dalam Kitab Suci Al-Quran dan Hadist atau kitab-kitab karangan Ulama. 

Dan penghayatan dari Kitab Garing dengan Laku Tirakat dan apa yang ada di alam semesta serta mengenal di dalam diri manusia yang dilanjutkan dengan melaksanakan di dalam perilaku (laku tirakat) ini disebut “kitab TELES (basah) yaitu pengetahuan mengenai sifat-sifat Allah Swt di dalam diri Manusia dan di Alam semesta. 

Kalau kita memperdalam lagi, maka apa ada tulisan yang tidak merupakan kitab-kitab yang berisi sabda-sabda Tuhan di alam semesta ini. Itu sebab dikatakan bahwa semua pergelaran alam ini disebut PAPAN TANPO TULIS/ SASTRA JENDRA
Jadi kita tidak boleh hanya mengimani kertas-kertas dan mensucikan teks-teks yang dibuat di pabrik-pabrik kertas. Pemberhalaan teks yang merupakan KITAB GARING tidak boleh dilakukan oleh mereka yang mengaku orang beriman. Ini sama saja dengan kita menyembah patung, uang, jabatan, kekuasaan.

Marilah kita mengkaji apa hakikat KITAB TELES itu sesuai yang tertera di dalam Al Quran, surah Al-Ankabut 49 : 
Sebenarnya, Alquran adalah: 
AYAT-AYAT YANG NYATA DI DALAM DADA 
orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang dzalim.

Dari ayat ini, orang yang beriman diharuskan ber-Iqra tentang KITAB DI DADA. 

Kitab ini bukan hanya teks yang semata-mata dihafal saja namun dipahami maknanya dan diimplementasikan dalam sikap hidup dan bertindak. Inilah yang oleh kaum kebatinan jawa disebut dengan KITAB TELES. 

Memang, merunut ayat di atas hakikat Al-Quran hanya bisa dibaca oleh orang-orang yang diberi ilmu oleh-Nya. Diberi ilmu tidak sama dengan orang yang berilmu. Bila berilmu didapat dari proses belajar, maka diberi ilmu didapat dari proses pasrah total, sumeleh, sumarah kemudian DIA memberi kita hidayah berupa ILMU.

Memahami KITAB TELES yang berupa AYAT-AYAT YANG NYATA DI DALAM DADA, apa ini artinya? Artinya kita wajib untuk membaca pergelaran alam semesta/ MAKROKOSMOS yang ada di dalam diri manusia. 

Manusia terdiri dari berbagai unsur penyusun yang bersifat FISIK dan METAFISIK. Yang Fisik yaitu tubuh biologis kita, dan yang Metafisik yaitu tubuh eterik, CIPTA, KARSA dan RASA. 

Di dalam unsur yang METAFISIK itu ada catatan amal perbuatan BAIK DAN BURUK. Cara membaca kitab di dalam dada ini tidak lain kita perlu belajar tentang olah kebatinan/ olah rasa/ dimensi dalam/ tasawuf/ inner world/ praktik mistik agar tersingkap tirai yang menyelubungi ketidaktahuan kita.

Apakah mendalami olah rasa/ dimensi dalam/ mistik/ kebatinan ini berlebih-lebihan dan sesat, bahkan klenik?
Jelas tuduhan itu salah alamat, bahkan setiap individu harus mempelajarinya. Di agama manapun, praktik olah rasa ini pasti ada. Di Islam pun ada ilmu mistiknya yang disebut ilmu tasawuf selain ilmu fiqih, ilmu kalam, ilmu mantiq, ekonomi Islam, nahwu sharaf dan lain-lain. 

Ilmu tasawuf akan menerangi jiwa manusia agar selalu awas (untuk selalu mendengar dan membaca ayat-ayat-NYA), eling (mengingat dan berdzikir pada-Nya) dan waspada (dalam perbuatan/ tindakan).

Inti olah kebatinan tingkat lanjut adalah mengenal “MATI SAJRONING URIP LAN URIP SAJRONING MATI” Ini adalah jalan MISTIK agar kita bisa merasakan kematian pada saat tubuh fisik kita masih hidup dan merasakan KEHIDUPAN pada saat tubuh kita telah mengalami KEMATIAN. 

Di dalam dua alam baik alam dunia maupun alam kelanggengan/ alam kubur dan dua keadaan baik tubuh kita HIDUP atau tubuh kita sudah MATI, sebenarnya KESADARAN KITA TETAP HIDUP. 

Kesadaran yang merupakan pancaran diri sejati (dalam bahasa agama diebut RUH) ini tetap hidup kekal dan abadi. Tidak mengenal hilang dan lenyap. Maka, yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar seseorang bisa memilih jalan kematian yang tidak sesat. 

Bila sesat dan tidak sempurna, maka ruh manusia akan ngelambrang ke alam gaib yang paling rendah. Memasuki alamnya setan, gendruwo, peri, wewe gombel, tuyul, buto ijo dan benar-benar kasihan.

Sekarang, tinggal apakah kita beriman atau tidak terhadap kitab- kitab-Nya. Bila kita percaya, maka ada baiknya kita meneruskan laku dengan membaca KITAB TELES di dalam dada. 

Kita perlu membuktikan apakah diri sejati memang tidak tersentuh kematian. Sebab bila kita telusuri sejarah rukun iman sebagai berikut. Beriman kepada Allah adalah beriman kepada Dzat yang baka dan abadi, yang tidak tersentuh kematian dan tetap hidup sampai kapanpun. 

Dia tidak bisa ditakar dengan ukuran benda hidup atau mati, yang menciptakan tempat dan waktu.

Selanjutnya, manusia adalah wujud kehendak-Nya, wujud penjelmaan Tuhan Yang Maha Abadi. 

Bahkan dalam ajaran Jawa perumpamaan eksistensi Tuhan dan manusia itu seperti gula dan rasa manisnya. 
"Lir gula lan manise ta kaki Murti smara batareng sujalma Jalma iku kabyangtane Allah kang maha agung"

"Seperti gula dan rasa manisnya Hakikat Tuhan ada dalam diri manusia Manusia itu perwujudan Allah yang Maha Agung"

Dira lepasira ki bayi Ya lahir ya batine Padha khaknya iku Ing jro khak jaba ya padha Dadi nora lain lahir lawan batin Iku padha kewala 

"Perwujudannya lahir dan batinnya sama-sama benar batinnya benar lahirnya juga tiada perbedaan lahir dan batin itu sama"
Namun sekarang banyak diantara manusia saat ini cenderung memahami Agama Islam khususnya dalam konteks Kitab Garing yang berupa tekstual, mengetahui sebatas hukum. Benar salah atau boleh dan tidak nya suatu perkara. 

Kecenderungan mengumpulkan banyak ayat-ayat di Al-Quran tapi tanpa penghayatan dengan LAKU TIRAKAT yang sesungguhnya, yang output nya tidak menghasilkan AKHLAK MULIA.

Ayat ayat Al Quran diambil sepotong-potong yang hanya untuk kepentingan dari golongan mereka untuk membunuh lawan saingannya. 

Semoga menjadi bahan renungan bagi kita semua, apakah kita mau merubah pola pikir kita untuk mewujudkan Bangsa yang bermartabat dan berakhlak.

☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT