Munculnya Omongan Jancok Surabaya

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang: 
Munculnya Omongan Jancok Surabaya
Sebagai warga Kota Surabaya, bitter tidak kaget/ asing dengan istilah kata Jancok. Kata “Jancok” merupakan kata yang tabu digunakan oleh masyarakat Pulau Jawa secara umum karena memiliki konotasi negatif. Namun, penduduk Surabaya, Gresik dan Malang menggunakan kata tersebut sebagai identitas komunitas mereka sehingga kata “Jancok” memiliki perubahan makna ameliorasi (perubahan makna ke arah positif).

Istilah jancuk di Surabaya bagaikan jangan dan lauk sebagai komposisi makanan sehari-hari, jadi bagi Sahabat Bitter yang baru datang di Kota Surabaya jangan kaget dengan istilah kata Jancuk bila kata-kata itu sering diucapkan oleh masyarakat Kota Surabaya.

Indonesia memang dianugerahi dengan kekayaan budaya beraneka ragam dengan letak geografis yang membentang dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau Weh hingga Pulau Rote. Tidak ayal jika masing-masing wilayah biasanya erat dengan budayanya masing-masing.

Seperti contohnya, kata "Jancuk" yang erat dengan masyarakat Suroboyo. Makna kata Jancuk sendiri sangat beragam. Positif ataupun negatif tergantung bagaimana kata tersebut diucapkan oleh sang pengucap. 

Jancok, Dancok, atau disingkat menjadi Cok (juga ditulis Jancuk atau Cuk, Ancok atau Ancuk, dan Coeg) adalah sebuah kata yang menjadi ciri khas komunitas masyarakat diJawa Timur, terutama Surabaya dan sekitarnya. Selain itu, kata ini juga digunakan oleh masyarakat Malang dan Lamongan.

Meskipun memiliki konotasi buruk, kata jancok menjadi kebanggaan serta dijadikan simbol identitas bagi komunitas penggunanya, bahkan digunakan sebagai kata sapaan untuk memanggil di antara teman, untuk meningkatkan rasa kebersamaan.

Kata ini memiliki sejarah yang masih rancu. Kemunculannya banyak ditafsirkan karena adanya pelesetan oleh orang-orang terdahulu yang salah tangkap dalam pemaknaan, dan versi-versi ini muncul dari beberapa negara tetangga yang orang-orangnya mengucapkan kata yang memiliki intonasi berbeda namun dengan bunyi hampir sama. Hal ini karena orang-orang dari beberapa negara tetangga tersebut mengucapkan kata yang hampir mirip kata jancok dengan ekspresi marah, geram, atau sejenisnya. Orang Jawa dahulu mengartikan kata jancok (menurut lidah orang Jawa) adalah kata makian.


LIMA VERSI MUNCULNYA KATA JANCOK DI KOTA SURABAYA
1. Versi Kedatangan Arab
Salah satu versi asal-mula kata “Jancuk” berasal dari kata Da’Suk. Da’ artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”, digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut diucapkan dalam logat Surabaya menjadi “Jancok”.

2. Versi Penjajahan Belanda
Menurut Edi Samson, seorang anggota Cagar Budaya di Surabaya, istilah Jancok atau Dancok berasal dari bahasa Belanda “yantye ook” yang memiliki arti “kamu juga”. Istilah tersebut popular di kalangan Indo-Belanda sekitar tahun 1930-an. Istilah tersebut diplesetkan oleh para remaja Surabaya untuk mencemooh warga Belanda atau keturunan Belanda dan mengejanya menjadi “yanty ok” dan terdengar seperti “yantcook”. Sekarang, kata tersebut berubah menjadi “Jancok” atau “Dancok”.

3. Versi Penjajahan Jepang
Kata "Jancok" berasal dari kata Sudancoberasal dari zaman romusha yang artinya “Ayo Cepat”. Karena kekesalan pemuda Surabaya pada saat itu, kata perintah tersebut diplesetkan menjadi “Dancok”.

4. Versi Umpatan
Warga Kampung Palemahan di Surabaya memiliki sejarah oral bahwa kata “Jancok” merupakan akronim dari “Marijan ngencuk” (“Marijan berhubungan badan”). Kata encuk merupakan bahasa Jawa yang memiliki arti “berhubungan badan” terutama yang dilakukan di luar nikah. Versi lain menyebutkan bahwa kata “Jancuk” berasal dari kata kerja “diencuk”. Kata tersebut akhirnya berubah menjadi “Dancuk” dan terakhir berubah menjadi “Jancuk” atau “Jancok”.

5. Versi Penelitian Jaseters
Menurut badan penelitian Jaseters, Kata Jancok merupakan suatu ungkapan kekecewaan yang merupakan sebuah gabungan kosakata berbahasa jawa, Jan yang berarti "teramat sangat, benar-benar" dengan Cak yang berarti "kakak, senior", yang berarti "kakak (kamu) sangat kelewatan".

Namun karena tidak ingin menyakiti hati senior tersebut, maka dirubahlah Cak menjadi Cok, sehingga tidak menyinggung orang tersebut dan terdengar familiar Jancok.
☆☆☆☆☆
NAMA SENIMAN BELANDA
Nama Seniman Belanda Jan Cox
Den Haag, 27 Agustus 1919 dan meninggal dunia pada 7 Oktober 1980 
Normalnya, kata tersebut digunakan sebagai umpatan pada saat emosi meledak, marah, atau untuk membenci dan mengumpat seseorang. Kata Jancok juga menjadi simbol keakraban dan persahabatan khas di kalangan sebagian arek-arek Suroboyo.

Seorang dalang kawakan terkenal, Sujiwo Tejo menjelaskan versinya mengenai kata Jancuk:
  • “Jancuk” itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau sangat tergantung dari user-nya dan suasana psikologis si user. Kalau digunakan oleh penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau digunakan oleh seorang istri yang berbakti pada keluarganya, bisa jadi alat memasak. Kalau dipegang oleh orang yang sedang dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang nyawa manusia. Kalau dipegang orang yang dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa dipakai menjadi perkakas untuk menghasilkan penghilang lapar manusia. Begitupun “jancuk”, bila diucapkan dengan niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh dendam maka akan dapat menyakiti. Tetapi bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab, kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam menggalang pergaulan, “jancuk” laksana pisau bagi orang yang sedang memasak. “Jancuk” dapat mengolah bahan-bahan menjadi jamuan pengantar perbincangan dan tawa-tiwi di meja makan. 
 (Sujiwo Tedjo, 2012, halaman x)
  • Jancuk merupakan simbol keakraban. Simbol kehangatan. Simbol kesantaian. Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang kian munafik, keakraban dan kehangatan serta santainya “jancuk” kian diperlukan untuk menggeledah sekaligus membongkar kemunafikan itu.
  (Sujiwo Tejo. 2012 : 397)

Eratnya kata Jancuk sebagai identitas komunitas warga Surabaya dan Malang namun tidak dapat dipastikan semua pemakainya mengetahui asal usul kata Jancuk tersebut.
Lukisan Seniman Belanda Jan Cox
Den Haag, 27 Agustus 1919 s/d 7 Oktober 1980 
Rupanya asal kata Jancuk berasal dari nama seorang seniman asal Belanda bernama Jan Cox yang lahir di Den Haag, 27 Agustus 1919 dan meninggal dunia pada 7 Oktober 1980 di Antwerp, Belgia.

Tidak, Jan Cox tidak pernah berkunjung ke Surabaya bahkan Indonesia. Bahkan hasil karya seninya tidak pernah sampai di Indonesia. Lantas, darimana nama Jan Cox bisa membudaya di tanah Surabaya?

Hasil karya seni buatan Jan Cox sangatlah fenomenal. Saat pasukan tentara NICA Belanda yang membawa pasukan Inggris mendarat di Surabaya dengan tujuan melucuti senjata tentara Jepang, di salah satu tank yang digunakan tertulis nama Jan Cox.
Photo Tank Bertuliskan Jan Cox
Pada zaman PD II, hal tersebut sangat lazim ditemui, nama idola dituliskan pada badan tank, pesawat, atau kapal yang digunakan selama berperang. Diduga, Jan Cox adalah idola dari pengemudi tank dari Belanda tersebut, sehingga ia menuliskan nama Jan Cox di badan tank. Tank itu berjenis M3A3 Stuart buatan Amerika Serikat yang menjadi inventaris tentara Belanda.

Seperti yang kita tahu, akhir dari pendaratan NICA dan Inggris di Surabaya adalah pecahnya pertempuran 10 November 1945. Para Tentara Keamanan Rakyat (TKR/ TNI kala itu) kemudian melihat tulisan Jan Cox di badan tank Stuart. Dan sejak saat itu menyebutkan nama Jan Cox sebagai kata sandi bahwa ada tank yang mendekat.

Lama kelamaan nama Jan Cox menjadi kata serapan yang masih digunakan oleh masyarakat Jawa Timur khususnya Surabaya.
☆☆☆☆☆
JANCOK (CAK CUK)
DIJADIKAN IKON KAOS SURABAYA
Bila Sahabat Bitter Bingung mencari buah tangan atau souvenir khas dari kota Surabaya, Sahabat Bitter bisa melirik kaos Cak Cuk ini seperti Joger Bali dan Dagadu Djokdja yang merupakan souvenir khas Bali dan Jogja, Cak Cuk merupakan produk khas dari kota Surabaya dimana desain kaos ini memang unik dan lucu menampilkan ciri kas omongan arek suroboyo.

Kaos Cak Cuk mulai diperkenalkan ke masyarakat bertepatan dengan hari Pahlawan yaitu pada tanggal 10 November 2005.

Nama Cak Cuk berasal dari dua kata yaitu Cak dan Cuk. Cak adalah nama sebutan untuk pria dewasa dalam bahasa Suroboyoan yang artinya sama dengan mas atau bang.

Cuk merupakan umpatan kotor dalam bahasa Suroboyoan. Desain kaos Cak Cuk bisa dibilang cukup nakal dan menggambarkan Surabaya sebagai kota pahlawan, kota bonek, kota misuh, dan kota esek-esek.

Kaos ini bisa didapatkan dengan harga 64 ribu. Di outletnya juga dijual sticker seharga 2 ribu dan kartu remi Cak Cuk seharga 9 ribu.

Kaos Cak Cuk dapat diperoleh di outlet-outlet yang berada di Jl. Mayjend Sungkono 35 Surabaya, Jl. Ahmad Yani 263 Surabaya, Jl. Dharmawangsa 35 Surabaya, dan Bandara Juanda Gate 4.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT