Indikator Mutu Rumah Sakit

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Indikator Mutu Rumah Sakit
REKAM MEDIS DAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
Dalam pelayanan kesehatan dan kedokteran terutama di rumah sakit maupun praktik pribadi, peranan pencatatan Rekam Medik sangat penting dan sangat melekat pada pelayanan. RM adalah orang ketiga dalam pelayanan kesehatan. 

Catatan demikian akan berguna untuk merekam dan mengingatkan dokter dengan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobat ulang setelah beberapa hari, bulan bahkan tahu.

Untuk mendukung peningkatan mutu dan peranan RM dalam pelayanan kesehatan, IDI juga menerbitkan Fatwa IDI tentang RM, dalam SK No. 315/ PB/ A.4/ 88, yang menekankan bahwa praktik profesi kedokteran harus melaksanakan RM, tidak saja untuk dokter yang bekerja di rumah sakit tetapi juga bagi dokter yang praktik pribadi.

Sebelum RM populer seperti sekarang kalangan kesehatan dulunya menggunakan istilah status pasien tetapi belakangan ini orang lebih cenderung menggunakan istilah Rekam Medis sebagai terjemahan dari medical record. RM adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayan kesehatan atas pasien dar waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan maupun gambar, dan belakangan ini dapat pula berupa rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara.

Dalam PERMENKES No. 749a/ MenKes/ XII/ 89 tentang RM disebut pengertian RM adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.

Di rumah sakit terdapat 2 jenis RM, yaitu:
  1. RM untuk pasien rawat jalan; dan
  2. RM untuk pasien rawat inap.

Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat RM mempunyai informasi pasien antara lain:
  1. Identitas dan formulir perizinan
  2. Riwayat penyakit
  3. Laporan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan laboratorium.
  4. Diagnosa atau diagnosis banding
  5. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang.

Untuk pasien rawat inap, sama seperti sebelumnya hanya dengan tambahan:
  1. Persetujuan tindakan medik
  2. Catatan konsultasi
  3. Catatan perawat dan tenaga kesehatan lainnya
  4. Catatan observasi klinik dan pengobatan
  5. Resume akhir dan evaluasi pengobatan

Untuk di rumah sakit biasanya yang terpenting perlu diperhatikan untuk pasien rawat inap, yaitu pembuatan resume akhir. Yang isinya antara lain menjelaskan :
Anamnesis
  1. Hasil penting pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium, rongent dan lain – lain.
  2. Pengobatan dan tindakan operasi yang dilaksanakan.
  3. Keadaan pasien waktu keluar.
  4. Anjuran pengobatan dan perawatan.
Tujuan pembuatan resume ini antara lain:
  1. Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan kualitas yang tinggi serta bahan yang berguna bagi dokter pada waktu menerima pasien untuk dirawat kembali.
  2. Bahan penilai staf medik rumah sakit.
  3. Untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi tentang perawatan seorang pasien.
  4. Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas, dokter yang mengirim, dan dokter konsultan
Secara umum kegunaan RM adalah:
  1. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut andil dalam pelayanan kesehatan.
  2. Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
  3. Sebagai bukti tertulis segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung atau dirawat di rumah sakit.
  4. Sebagai dasar analisis, study, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang di berikan kepada pasien
  5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
  6. Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan.
  7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.
  8. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan
Dalam pelaksanaan kegunaan RM di atas maka staf medik dan tenaga kesehatan lainnya dituntut untuk mengisi RM secara cepat, akurat, dan mudah dibaca. 

Tanpa adanya informasi medik yang dicatat dengan baik oleh kalangan medik maupun paramedik, maka kegunaan seperti yang di kemukakan sebelumnya tidak akan tercapai.

INDIKATOR PENILAIAN MUTU ASUHAN KESEHATAN
Mutu asuhan kesehatan sebuah RS akan selalu terkait dengan struktur, proses, outcome sistem pelayanan RS tersebut. Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.

Aspek Struktur
Struktur adalah semua masukan (input) untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi tenaga, peralatan, dana dan sebagainya. 

Ada sebuah asuransi yang mengatakan bahwa jika struktur sistem RS tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu asuhannya. 

Baik tidaknya struktur RS diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya, efisiensi, mutu dari masing – masing komponen struktur.

Proses
Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga professional lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. 

Interaksi ini diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang pasien, penegakan diagnosa, rencana tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.

Dalam hal ini juga dianut asumsi bahwa semakin patuh tenaga profesi menjalankan Standards Of Good Practice yang telah diterima dan diakui oleh masing-masing ikatan profesi, akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap pasien. Baik tidaknya pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek yaitu relevan tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi asuhan terhadap pasien.

Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya di RS terhadap pasien. Di sini diperlukan pedoman untuk mengukur mutu asuhan pelayanan kesehatan. Indikator mutu pelayanan medis meliputi:
  1. Angka infeksi nosokomial
  2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
  3. Kematian pasca bedah
  4. Kematian ibu melahirkan (Maternal Death Rate-MDR)
  5. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
  6. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
  7. ADR (Anasthesia Death Rate)
  8. PODR (Post Operation Death Rate)
  9. POIR (Post Operative Infection Rate)
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
  1. Unit cost untuk rawat jalan
  2. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
  3. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
  4. BOR (Bed Occupancy Rate)
  5. BTO (Bed Turn Over)
  6. TOI (Turn Over Interval)
  7. ALOS (Average Length of Stay)
  8. Normal Tissue Removal Rate
Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien dapat diukur dengan :
  1. Jumlah keluhan dari pasien/ keluarganya
  2. Surat pembaca di koran
  3. Surat kaleng
  4. Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya
  5. Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS
Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari:
  1. Jumlah dan persentase kunjungan rawat jalan/ inap menurut jarak PS dengan asal pasien
  2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik
  3. Jumlah tindakan pembedahan
  4. Jumlah kunjungan SMF spesialis
  5. Pemanfaatan oleh masyarakat
  6. Contact rate
  7. Hospitalization rate
  8. Out patient rate
  9. Emergency out patient rate
Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indikator) nasional. Jika tidak ada angka standar nasional, penilaian dilakukan dengan menggunakan hasil pencatatan mutu pada tahun sebelumnya di RS yang sama setelah dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/ direksi RS yang bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staf lainnya yang terkait.

Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
  1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/ kamar mandi
  2. Pasien diberi obat yang salah
  3. Tidak ada obat/ alat emergensi
  4. Tidak ada oksigen
  5. Tidak ada alat penyedot lendir
  6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
  7. Pemakaian obat tidak sesuai standar
  8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). 

Keduanya merupakan oucome dari manajemen menjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. 

Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.

Rumus Untuk Menghitung Mutu Pelayanan RS

  • Catatan : (Poin 1/ Poin 2)
BOR (Bed Occupancy Rate)
Persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur RS.

  1. Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100%;
  2. Jumlah TT x Jumlah hari dalam satu satuan waktu

ALOS (Average Length of Stay)
Rata-rata lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini di samping merupakan gambaran tingkat efisiensi manajemen sebuah RS, indikator ini juga dapat dipakai untuk mengukur mutu pelayanan apabila diagnosis penyakit tertentu dapat dijadikan tracernya (yang perlu pengamatan lebih lanjut).

  1. Jumlah hari perawatan pasien keluar rumah sakit
  2. Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

BTO (Bed Turn Over)
Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satu satuan waktu (biasanya per tahun) tempat idur RS. Indikator ini akan memberikan gambaran tingkat pemakaian tempat tidur RS.

  1. Jumlah pasien keluar RS (hidup + mati)
  2. Jumlah tempat tidur

TOI (Turn Over Interval)
Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

  1. (Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS
  2. Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

NDR (Net Death Rate)
Angka kematian di atas 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 100 penderita keluar RS.

  1. Jumlah pasien mati di atas 48 jam dirawat x  100%
  2. Jumlah pasien RS – kematian di bawah 48 jam

GDR (Gross Death Rate)
Angka kematian umum penderita keluar RS

  1. Jumlah pasien mati seluruhnya dirawat x 100%
  2. Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Net Death Rate

  1. Total kematian > 48 jam dalam periode waktu tertentu x 100%
  2. Total pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama

Net Infection Rate

  1. Total penderita infeksi yang didapat RS dalam periode tertentu x 100%
  2. Jumlah pasien keluar hidup & mati dalam periode yang sama

Anasthesia Death Rate

  1. Total kematian Anasthesia dalam periode tertentu x 100%
  2. Total pasien yang mendapat anasthesia dalam periode yang sama

Post Operation Death Rate

  1. Total kematian dalam 10 kali operasi dalam periode waktu tertentu x 100%
  2. Total pasien yang dioperasi dalam periode yang sama

Normal Tissue Removal Rate

  1. Total normal tissue yang diangkat x 100%
  2. Total tissue yang diperiksa

Maternal Death Rate

  1. Jumlah pasien kebidanan yang meninggal dalam periode tertentu x 100%
  2. Jumlah pasien kebidanan yang keluar hidup + mati

Foetal Death Rate

  1. Jumlah kematian bayi dengan U.K.>20 minggu x 100%
  2. Jumlah semua kelahiran dalam periode tertentu

Contact Rate (5 mil)

  1. Total pasien keluar hidup + mati x 100%
  2. Jumlah populasi

Hospitalization Rate

  1. Total hari rawat x 100%
  2. Jumlah populasi

Out Patient Rate

  1. Total kunjungan (baru + lama) x 100%
  2. Jumlah populasi

Emergency Out Rate Patient

  1. Total kunjungan pasien gawat darurat x 100%
  2. Jumlah populasi

Hasil perhitungan standar mutu pelayanan RS tersebut harus dibandingkan dengan masing-masing standar mutu nasional. Untuk ukuran mutu yang tidak ada standar nasionalnya, angkanya dibandingkan dengan hasil penilaian tahun-tahun sebelumnya.

Standar nasional untuk asuhan kesehatan RS di Indonesia
  1. BOR  : 75-85%
  2. ALOS : 7-10 hari
  3. TOI : 1-3 hari
  4. BTO : 5-45 hari
  5. NDR (48 jam) : < 2,5%
  6. GDR : <3%
  7. Anasthesia Death Rate : 1/5000
  8. Post Operation Death Rate : <1%
  9. Post Operative Infection Rate : <1%
  10. Normal Tissue Removal Rate : <10%
  11. Maternal Death Rate : <0,25%
  12. Neonatal Death Rate : <2%
  13. Angka Infeksi Nosokomial : 1-2%
KESIMPULAN

  1. Pihak-pihak yang berperan dalam manajemen rumah sakit adalah dokter, dokter umum dan spesialis, dokter gigi, perawat, farmasi, fisioterapi teknisi dan lain-lain yang bekerja di rumah sakit tersebut.
  2. Untuk mencapai organisasi rumah sakit yang baik diperlukan penerapan manajemen yang baik pula.

SARAN
Masing-masing profesi yang bekerja di rumah sakit sebaiknya mengetahui bagaimana suatu fungsi manajemen yang baik agar dapat menjalankan profesinya tersebut sekaligus menjaga jalannya fungsi rumah sakit yang baik dan benar.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT