Kisah Marbot Suweha Yang Mendapatkan Umroh Gratis Oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Kisah Marbot Suweha Yang Mendapatkan Umroh Gratis Oleh Bapak Basuki Tjahaja Purnama
Profesinya mulia, tapi miskin apresiasi. Profesinya dikenal banyak orang muslim yang sering ke mesjid. 

Namun, profesinya itu tak pernah mengantarkannya ke istana negara, lagipun kebanyakan mereka tidak mau. 

Padahal menurut saya, para marbot masjid atau penjaga masjid adalah mereka yang paling setia dalam pengamalan Pancasila, khususnya sila pertama yang berbunyi: Ketuhanan Yang Maha Esa

Dengan menjadi penanggung jawab atas segala bentuk ibadah di masjid mulai dari:
  1. Adzan lima waktu (Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya’, Subuh), 
  2. Menjadi imam, bahkan juga terkadang menggantikan khatib yang berhalangan hadir. 

Seorang marbot juga bertanggungjawab atas kebersihan dan kerapian masjid. Sehingga jama’ah menjadi khusyu’ dalam beribadah kepada-Nya.

Marbot, atau Kaum adalah istilah yang diberikan kepada seorang yang bertanggungjawab mengurus keperluan langgar/ surau atau masjid, terutama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan tempat ibadah tersebut. 

Adakalanya, seorang marbot juga mengurusi hal-hal yang berurusan dengan ibadah, seperti azan, menjadi imam cadangan.

Sebagai suatu profesi, jasa seorang marbot juga dihargai dan biasanya mereka digaji dari dana celengan yang dikumpulkan baik harian, ataupun mingguan (hari Jumat). 

Pada saat-saat tertentu, marbot juga mendapat santunan, seperti saat masyarakat mengadakan walimah (khitanan atau perkawinan), atau saat menjelang Idul Fitri dan Idul Adha, mereka pun mendapatkan bagian.

Tidak ada aturan khusus mengenai deskripsi kerja seorang marbot karena umumnya pekerjaan ini telah umum diketahui oleh masyarakat, sehingga siapapun bisa menjadi seorang marbot. 

Namun secara garis besar, ada ketentuan khusus bagi seorang marbot:
  • Laki-laki dewasa; dan
  • Menetap

Untuk tempat tinggal, adakalanya marbot menetap di salah satu bagian yang khusus diperuntukkan baginya (biasanya masjid). 

Adapun marbot surau dan langgar, biasanya marbot bertempat di sekitar tempat itu untuk memudahkannya melakukan aktivitas rutin.

Terakhir, bagi saya para marbot masjid adalah mereka-mereka yang ikhlas beramal semata karena Allah Ta’ala, sebagaimana bunyi penggalan kalimat berikut: 
Al mukhlisu, man yaktumu hasanaatihi kamaa yaktumu sayyi-aatihi
(Orang yang ikhlas itu adalah orang yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukan-keburukannya)
(Yaqub Rahimahullah, KitabTazkiyatun Nafs).
Seperti Kisah Marbot Suweha yang Jadi marbot untuk tabung pahala dan ibadah di akhirat. Suweha tidak pernah menyangka perjalanan hidupnya akan mendapatkan kebahagiaan yang tak pernah dia sangka sebelumnya. 

Dari profesinya sebagai penjaga sekaligus petugas kebersihan masjid (marbot), Suweha mendapat kesempatan pergi umrah gratis.

loading...
Suweha menceritakan jalan hidupnya hingga menjadi marbot. Dikatakan dia, dulu dirinya hanya tukang ojek yang biasa mangkal di daerah Pelabuhan Tanjung Priok.

"Saya baru jadi marbot tahun 1971, sebelumnya ngojek di Pelabuhan Tanjung Priok," ujar pria bertubuh kurus yang rumahnya di Jalan Papanggo II RT 07/03, Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok.

Suweha mengisahkan, saat menjadi tukang ojek dia mulai di jalan sejak pukul 03.00 WIB dini hari sampai pukul 08.00 WIB. Dalam sehari, dia biasanya mengumpulkan uang Rp 50.000 untuk dibawa ke rumah.

"Dulu itu uang Rp 50 ribu sangat berharga. Bisa buat bayar kuliah anak," cerita ayah 6 anak ini.

Usia semakin uzur, Suweha memutuskan berhenti menjadi tukang ojek dan fokus menjadi marbot sejak tahun 1971. Menurut dia, pekerjaan tersebut sangat mulia dan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Bekerja sebagai marbot itu ibadah. Ada sebuah hadist tertulis, kebersihan itu sebagian dari iman. Jadi kita gak usah pikirkan hasilnya, yang terpenting nanti di akhirat dan menjadi seorang marbot itu bagaikan menabung pahala dan ibadah di akhirat nanti.
Selepas membersihkan masjid, dia dan istri tercinta melepas lelah di kediaman mereka yang di rumah petakan sederhana seluas 2x5 meter. 

Hanya ada televisi tabung berukuran 21 inci dan satu kursi di rumah kecil itu. Apabila ada tamu yang berkunjung, maka akan duduk lesehan di lantai.

Suweha salah satu dari 30 marbot yang mendapatkan kesempatan umrah gratis dari Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT