Eyang Raga Runting

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
"Eyang Raga Runting" 
Karena tersohor dengan ilmunya yang sakti, makam Eyang Raga Runting banyak dikunjungi warga untuk berziarah. Konon selain menjadi keberadaan benda-benda bertuah, peziarah juga meminta berkah kekayaan dan jabatan.

Sebuah makam yang dikeramatkan itu terletak di Perbukitan Dusun Karang Nongko Desa Tanjung Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Dari jalan raya lokasi makam berjarak 30 km.
Nyawur Raga
Tidaklah sulit mencarinya karena areal pemakaman tidak jauh dari Jl. Raya Klego-Simo Km-5, kira-kira 500 meter. Tetapi untuk memasuki makam, kendaraan roda empat tidak bisa, karena jalannya setapak dan terjal ditambah sedikit menanjak. Hanya kendaraan roda dua yang bisa melalui areal makam.

Sekilas lokasi makam memang terkesan angker dan keramat. Namun demikian, tempat ini banyak dikunjungi peziarah dari berbagai daerah, terutama pada malam Jumat Kliwon khususnya.

Pada malam keramat itu, warga yang datang mempunyai tujuan berbeda-beda. Ada yang mengharap benda-benda bertuah, penglarisan, kekayaan hingga jabatan.

Salah seorang warga setempat mengakui, banyak warga dari daerah berkumpul untuk melakukan ritual di makam keramat. Bahkan diantara mereka ada yang rela menginap. Soal ritual setiap peziarah melakukan ritualnya masing-masing.

Ritual persisnya tidak tahu karena peziarah memiliki cara berbeda. Tergantung kepercayaan mereka. Hanya saja yang terlihat di sana, beberapa peziarah sering menyepi dengan melakukan tirakatan.
Kedatangan mereka biasanya mulai sore hingga malam. Ada yang sendiri tapi ada juga yang berkelompok. Mereka juga membawa kembang dan dupa.

Ritual di makam Eyang Raga Runting  ini telah berlangsung lama. Dari pengakuan para pengalam berkah, kebanyakan dari mereka mengaku telah diberi kemudahan setelah datang ke tempat tersebut.
Sesaji Tri Tunggal Suci
Setelah mereka datang ke tempat tersebut, mereka diberi petunjuk dari sosok mahkluk yang berada di sekitar makam Eyang Raga Runting. Bahkan ada dari mereka yang keinginannya langsung terkabulkan setelah melakukaan ritual.

Selain itu, banyak juga peziarah yang datang dengan tujuan mencari benda-benda bertuah untuk dijadikan jimat. 
Eyang Raga Runting kabarnya semasa hidup memiliki banyak barang bertuah. Sehingga ketika peziarah datang meminta, mereka akan dikasih. Benda-benda bertuah itu seperti keris dan batu akik berkekuatan tinggi.

Peziarah juga tidak sedikit yang meminta kekayaan dan jabatan. Dan rupanya tidak sedikit pula yang meminta sesuatu agar hajatnya terkabul.

Seperti yang dialami warga dari Kabupaten Boyolali, dia datang pertama kali ke pesarean untuk meminta penglarisan. Seminggu kemudian dia datang lagi. Orang tersebut mengaku usai berziarah ke makam Eyang Raga Runting, sekarang dagangannya selalu laris.

Memang banyak peziarah yang mengaku usai tirakatan di makam Eyang Raga Runting, keinginan mereka banyak terkabul. Tak heran jika kemudian makam ini banyak dikunjungi peziarah.
Ki Paut Anomsari
Letak makam yang berada di perbukitan menyajikan panorama alam yang luar biasa. Keindahan hutannya yang alami menjadikan tempat itu sangat cocok untuk menenangkan diri dan menepi.

Areal makam Eyang Raga Runting bisa disebut sebagai tempat wisata mistis. Menurutnya, selain menawarkan nuansa kedamaian, makam itu juga mengandung kekeramatan sangat kuat.

Kekeramatan itu akan tampak ketika dilihat dari sejarah sosok Eyang Raga Runting. Beliau dulunya dikenal sebagai seseorang yang mempunyai Ilmu Kebatinan maupun kesaktian sangat tinggi.

Boleh dibilang, Eyang Raga Runting adalah pendekar pilih tanding saat itu. Sehingga ketika wafat pun, makamnya menebarkan aura magis sangat kuat. Konon, bekas-bekas kedigdayaan Eyang Raga Runting dapat dirasakan oleh para peziarah.

Tempat ini memang sangat sakral. Sebab, orangnya dulunya memiliki ilmu sangat tinggi. Wajar jika banyak peziarah datang ke tempat ini untuk menyepi. Di tempat ini masih banyak barang bertuah yang tersimpan secara kasat mata.

Bila pelaku ritual ingin mendapatkannya, mereka harus sabar karena Eyang Raga Runting suka dengan orang-orang yang sabar.

Ditambah lagi makam itu juga meninggalkan cerita berbau keangkeran. Banyak sekali peziarah yang merasakan hal-hal gaib. Salah satunya tempat itu dijaga danyang penunggu punden yang berwujud harimau jantan. Makhluk itu akan muncul saat-saat tertentu terutama jika di makam digunakan untuk praktik-praktik asusila.

Pernah suatu  hari di sekitar makam Eyang Raga Runting ada sepasang muda-mudi berduaan di sekitar pemakaman. Tidak lama bercengkerama, salah satunya pasangan prianya kesurupan dan orang tersebut meraung-raung persis suara harimau.

Legenda Gunung Tugel
Bukti kesaktian Eyang Raga Runting tidak bisa dilepaskan dari legenda asal mula Gunung Tugel tempat Makam Eyang Singoperono kini disemayamkan.

Didalam Legenda Gunung Tugel terdapat dua versi yang berbeda, yaitu:

Versi Pertama
Diceritakanya, Eyang Singoperono putera dari Kyai Ageng Wongsaprana II yang berdiam di dusun Manglen desa Walen Kecamatan Simo. Beliau adalah keturunan RAJA MAJAPAHIT yakni Raden Brawijaya V.

Eyang Singoperono adalah sosok yang berbudi pekerti luhur suka menolong dan sakti mandraguna.
Ki Paut Anomsari
Pekerjaan Eyang Singoperono  hanyalah bercocok tanam, berjualan nasi dan dawet. Sifat baik hatinya Eyang Singoperono terlihat jika ada orang yang membutuhkan pertolongannya walaupun tidak diminta sekalipun.

Kebaikan Eyang Singoperono tersebar ke seluruh daerah.  Sayang tindakan terpuji tersebut tidaklah disukai oleh Eyang Raga Runting. Beliau merasa iri dengan keberhasilan dan kebaikan Eyang Singoperono yang selalu disebut-sebut dan dipuji banyak orang, padahal sebenarnya keduanya berteman baik.

Pada suatu ketika Eyang Raga Runting ingin menunjukkan kesaktiannya pada Eyang Singoperono, dengan cara mengaitkan benang dari Pegunungan Raga Runting yang berlokasi di Desa Nglembu Kecamatan Sambi menuju arah ke Selatan.

Diatas benang tersebut diletakkan sebutir telur yang kemudian telur  itu digulirkan. Bahkan ternyata telur tersebut menggelinding di atas benang dan tidak jatuh dan terus menggelinding dan akhirnya membentur gunung di sebelah selatan dengan mengeluarkan suara keras menggelegar yang mengakibatkan gunung tersebut  hingga tugel atau putus puncaknya.

Makanya hingga sekarang gunung itu dinamai Gunung Tugel. Itulah salah satu kesaktian Eyang Raga Runting

Versi Kedua
Perpindahan penduduk ke Tanjung erat kaitannya dengan Legenda Rogo Runting yang makamnya hingga kini masih bisa dijumpai di salah satu bukit desa. 

Penduduk Pertama Tanjung adalah pengikut setia Eyang Raga Runting yang jumlahnya puluhan orang.

Eyang Raga Runting sempat ingin memperluas wilayah kekuasaan ke Desa Nglembu, Sambi

Dia kemudian memerangi Eyang Singoperono, penguasa di wilayah tersebut dengan cara menggulirkan telur lewat sebuah benang yang sampai ke Desa Nglembu.

Namun usaha Eyang Raga Runting itu gagal. Telur tidak sampai ke Nglembu karena letak desa tersebut yang lebih tinggi dari Tanjung. 

Tempat berhentinya telur, kemudian dijadikan batas wilayah kekuasaan antara Eyang Singoperono dan Eyang Raga Runting.
☆☆☆☆☆
[Baca:Sanepo Telo Widoro Upas]

TRAH SAPTO PHANDITO MPU RAGA RUNTING DI BALI
SILSILAH PANCA PANDITA KE SAPTA RESI
Ada Sebuah Pertanyaan Yang belum terjawab:
Kenapa Makam Ki Raga Runting Berada di jawa?
Hal ini membutuhkan penelusuran yang lebih dalam.

Silsilah Panca Pandita Ke Sapta Resi
Bhatara Ghenijaya berputra lima orang: 
  1. Sang Brahmana Pandhita (Mpu Ghenijaya), 
  2. Mpu Mahameru, 
  3. Mpu Gana, 
  4. Mpu Kuturan, 
  5. Mpu Bradah.
Mpu Bharadah berputera Mpu Siwagandhu dan Mpu Bawula (Bahula).

Mpu Ghenijaya berputera tujuh orang: 
  1. Mpu Ktek, 
  2. Mpu Kanandha, 
  3. Mpu Wiranjaya, 
  4. Mpu Withadharma, 
  5. Mpu Ragarunting
  6. Mpu Prateka dan 
  7. Mpu Dangka.
Catatan:
  1. Mpu Ktek kawin dengan Dyah Subhadri mempunyai putera bernama Sang Hyang Pamaca. 
  2. Mpu Kananda kawin dengan putra Mpu Swetawijaya berputra 1 orang bernama Mpu Swetawijaya. Mpu Wiranjana berputra Mpu Wiranata. 
  3. Mpu Witadharmma berputra Mpu Wira Dharmma. 
  4. Mpu Ragarunting berputra Mpu Wirarunting
  5. Mpu Preteka berputra Mpu Pretekayajnya. 
  6. Mpu Dangka berputra Mpu Wira Dangkya.

Sang Hyang Pamaca berputera: 
  1. Mpu Wiradharma, 
  2. Mpu Pamacekan, 
  3. Ni Ayu Bratta. 
Catatan:
  1. Mpu Sweta Wijaya berputera Mpu Sangkul Putih. 
  2. Mpu Wiranata berputra Mpu Purwwanata, Ni Ayu Wetan, Ni Ayu Tirtha. 
  3. Mpu Wiradharmma berputera Mpu Lampita, Mpu Panandha, Mpu Pastika. 
  4. Mpu Wirarunting berputera Mpu Pramadaksa. 
  5. Mpu Pratekayajnya berputera Sang Preteka. 
  6. Mpu Dangkya berputera Sang Wira Kadangkan, Ni Dangki, Ni Dangka.
Demikianlah yang menurunkan Sanak Pitu.

KETURUNAN SAPTO PANDITO MPU RAGA RUNTING DI BALI
Eyang Raga Runting lebih dikenal dengan Mpu Raga Runting bagi keturunanya yang ada di bali.
Di Bali, Mpu Raga Runting adalah salah satu dari sapta resi yang merupakan putra kelima dari Mpu Gnijaya. Dan tersebutlah, sebagaimana kisahnya dalam sumber kutipan babad pasek, Mpu Raga Runting memiliki putra dan putri yaitu: 
  1. Mpu Paramadaksa beristrikan Ni Dewi Amrthajiwa anaknya Mpu Ciwagandu.
  2. Ni Wirarunting diperistrikan oleh Sang Prateka anaknya Mpu Pratekayadnya. (cucu dari Mpu Prateka).
  3. Ni kamareka diperistri oleh Sang Wira dangka anaknya Mpu Wiradangka.
  4. Ni Swarareka diperistri oleh Arya Kepasekan.
Lontar Babad Gajah Maddha
Demikian pula keadaanya sewaktu di Majapahit yang sebagaimana dijelaskan pula dalam Lontar Babad Gajah Maddha, beliaulah Mpu Raga Runting yang mensucikan orang tua dari Gajah Mada yaitu Mpu Curadharmayogi dan Patni Nariratih sebagai pendeta yang sewala brahmacari yang sebenarnya tidak boleh berhubungan layaknya suami istri lagi.

Sebagaimana pula dikisahkan dalam sumber kutipan Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (resume lengkap babad pasek).

Putra beliau yang bernama Mpu Paramadaksa diceritakan pergi ke Pasuruhan, lalu kemudian ke Majapahit.

Di sana beliau berputra:
  1. Mpu Wira Ragarunting
  2. Ni Ayu Wira Ragarunting, dan
  3. Ni Ayu Wira Runting.
Kemudian Mpu Wira Ragarunting diseritakan menurunkan putra - putra yaitu :
De Pasek Lurah Kabayan memiliki putra :
  1. De Pasek Lurah Kabayan Wangaya
  2. De Pasek Kabayan Penebel
De Pasek Lurah Tutuwan menikah dengan Gunaraksa, memiliki putra :
  1. I Made Bendesa Banjar Crutcut
  2. De Pasek Lurah Salahin. 
  3. De Pasek Salahin Tojan
  4. I Wayan Kabayan Tulamben
Kemudian keturunan Mpu Raga Runting tersebar di Bali dengan pungkusan masing-masing diantaranya:
  1. Pasek Salahin, 
  2. Pasek Kubayan dan 
  3. Pasek Tutuwan.
Catatan:
Apabila ada kesalahan sejarah, maka tulisan ini akan di refisi ulang.

Terima kasih atas klarifikasi dari keturunan Mpu Raga Runting di bali sehingga tulisan ini di Up Date ulang dan menyempatkan mampir ke makam Eyang Raga Runting pada tanggal 22 Februari 2019.
Baca Juga
  1. Data Keluarga Eyang Anomsari Generasi Ke IV-VI Dari Ki Tohari - 
  2. Eyang Anomsari - 
  3. Eyang Raga Runting - 
  4. Eyang Santri - 
  5. Pasar Setan Di Gunung Merbabu - 
  6. Pentur Sunan Kalijogo Ijo Royo-Royo - 
  7. Pesan Nyi Sekar Arum Melati Untuk Gunung Merapi - 
  8. Prabu Brawijaya V (Raja Terakhir Kerajaan Majapahit) - 
  9. Sanepo Telo Widoro Upas - 
  10. Waluyo Dan Jaran Kepang Paguyuban Perkutut Putih - 
☆☆☆☆☆

2 comments:

  1. Di bali keturunan mpu raga runting yang bernama ki pasek salahin bertempat tinggal di swatantra.sekarang desa Suwat. Bergelar de pasek lurah salahin.yang di tojan adalah putra dari pasek salahin di banjarkaja desa swat gianyar.

    ReplyDelete
  2. Ngapunten.. Sudah saya refisi.. terimakasih atas klarifikasinya..
    Salam Rahayu... jika ada saran dan kesalahan dalam sejarah dan tulisan kami, kami sangat senang jika ada yang mengklarifikasinya..
    Rahayu rahayu..

    ReplyDelete

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT