Semakin Kupikir Semakin Berkecamuk

Kejadian ini tidak pernah kuduga sebelumnya, Selama ini rumah tanggaku berjalan baik dan aku tidak pernah melakukan hubungan percintaan selain dengan suamiku sendiri. Hendra, suamiku seorang kontraktor yang cukup besar di kota Malang Jawa Timur, hampir setiap hari waktunya habis dikantor untuk mengurus proyek dan proyeknya. Aku sendiri Laras menikah dengan Hendra, kakak tingkat kuliahku di Perguruan Tinggi Bandung, 2 tahun diatasku.


Kehidupan percintaanku biasa saja, dan cenderung membosankan padahal kurasakan sampai sekarang gairahku cepat sekali memuncak dan kalau melakukan hubungan intim aku suka sekali berlama-lama menikmati dalam berbagai variasi, tetapi suamiku orangnya kuno dalam melakukan hubungan percintaan dengan cara yang biasa saja, dia diatas dan aku dibawah, kadang aku kepingin juga cara lain seperti pada film dewasa yang pernah kulihat saat suamiku pergi, tapi tidak pernah kesampaian, karena pernah kuutarakan pada suamiku dia tidak menjawab apapun, sehingga kadang aku merasa tidak puas.

Untuk mengisi waktu luang aku sempatkan mengikuti kegiatan kesehatan berupa senam pada sanggar senam tertentu hal ini aku lakukan untuk menjaga stamina dan juga tubuhku biar tidak gembrot, dan hasilnya lumayan saat ini tinggi badanku 165 cm, rambutku hitam pekat, mata coklat, pinggangku cukup ramping pantat juga berisi dan yang penting payudaraku tidak kendor walaupun pernah menyusui dan ukurannya cukup membuat orang menelan ludah 36C.

Aku sengaja mengambil jadwal pagi karena siang sedikit aku harus sudah rapi berada dikantor pribadiku. Setelah membereskan urusan rumah aku bersiap berangkat menuju tempat senam, dengan memakai T shirt Kuning cukup ketat dan celana senam aku memagut diri dikaca, Yach,… lumayan juga pikirku, dengan tshirt tersebut payudaraku seakan tertekan dan hendak melompat keluar, aku sadari itu. Pagi ini berbeda sekali tempat senam hampir penuh, aku duduk sendiri ditepi sambil mempersiapkan baju senamku, aku menuju ke kamar ganti kudengarkan ada beberapa suara ibu-ibu cekikikan sambil mencencangkan pengalamannya, Ah,… gila pikirku, mereka suka sekali sama laki-laki muda usia untuk permainan bercintanya.



“Iya Jeng Wanti,… tadi malam itu seru lho, aku tidak menyangka Bobi begitu perkasa, aku dibuatnya tak berkutik dalam 4 ronde sekaligus, padahal kelihatan dia paling pendiam ya disini, dan permainannya,………. Yahuuut lho, meqiku sampai seperti mati rasa,……” Cenanya salah satu ibu peserta senam.

“Ah,…. Masak sih jeng Nana,….. yach,… sayang aku nggak dapet ya,… kalau sama Dedi gimana jeng,……… itu lho anak SMA 3 yang kita temukan bersama waktu nongkrong di café Regent,….. yang itunya item dan gede.” Timpal temannya.

”Oh,….. Kalo yg itu sih lumayan, tp permainannya masih hebat si Bobi, Awalnya saja aku sudah keder dibuatnya.”

”Masa,… aku jadi ingin mencobanya jeng,…… Lihat aja ya nanti,… aku habisin dia dengan segala tenagaku,…” celetuknya dengan geregetan.

Pembicaraan terus berlangsung secara tidak sadar aku terbawa ikut memikirkan Bobi,… Apakah Bobi itu pelatih senam yang baru 2 bulan melatih ditempatku, kalo lihat cirinya pendiam dan acuh sih memang dia,…tanpa terasa tanganku telah berada diantara dua pahaku terasa hangat dan kuraba pelan meqiu dari luar baju sanam ah,…. Cepat-cepat kubuang pikiran buruk itu aku tidak ingin terjadi sesuatu. Semakin kupikir semakin berkecamuk pikiran itu ada.

Aku ingat waktu itu Bobi memang sempat menjadi buah bibir dikalangan ibu-ibu tempatku senam tapi aku tidak pernah sedikitpun ikut didalamnya. Apakah Bobi itu ya yang dibicarakan ibu-ibu. Pertama kali masuk Bobi memang sempat grogi disoraki oleh ibu-ibu bahkan sempat membuat wajahnya memerah ketika perkenalan ibu-ibu menanyakan statusnya. Bahkan salah satu ibu ada yang nyeletuk menanyakan besar tidaknya ukuran vital Bobi, dan hanya dijawab dengan senyum saja.

”Tok,.. Tok,… Tok,…..” Aku kaget mendengar pintu kamar ganti diketok dari luar, ah kiranya cukup lama jg aku berada dikamar ganti, cepat-cepat kekemasi barangku dan keluar menuju hall senam, disana masih banyak ibu bergerombol menunggu waktu senam berlangsung.

Aku duduk sendiri sambil minum teh hangat, tiba-tiba disebelahku duduk empat ibu-ibu yang nampaknya cukup centil dengan usia yang bervariasi. Sambil berbasa-basi dia memperkenalkan diri dan aku agak terkejut karena suara dan namanya sama dengan yang ada di kamar ganti sebelahku tadi.

”Eh jeng Laras kan sudah lama ikut disini, udah pernah nyoba-nyoba rasa lain nggak selain rasa suami,……dengan cara arisan bersama,… enak lho jeng, rugi kalo nggak mencobanya” celetuknya berbisik hati-hati,……

Sambil sesekali melirik Wanti. Merah wajahku rasanya, karena selama ini tidak pernah aku temukan orang yg bicara terbuka seperti itu,…

“E,…. E,….. ti,… ti,… dak kog,.. ini apa ya,…. Aku gelagapan. Dan serempak dua ibu tadi tertawa berbahak-bahak,…… Ah,… masa jeng Laras, lha wong sekarang fasilitas sudah banyak kok tdk dipergunakan, yach,… JUST FOR FUN saja kog, kalo habis yang dibuang to.. jangan dibawa pulang bungkusnya bisa bahaya ya jeng Wanti,”

“Iya lho Jeng Laras kita ini kan punya kelompok disini yang kadang bikin acara enjoy bersama dan tertutup sekali lho, tidak semua ibu boleh ikutan disini, Tak lihat jeng Laras mulai pertama ikut senam tidak pernah ada teman dan menyendiri, apa salahnya kalo bergabung dan menikmati menu baru kami.” Gila orang-orang ini Jeng Wanti pintar juga ngomong gituan, belum sempat aku berpikir dan menjawab mereka menyela lagi.

“Sudah lah jeng Laras ,…. Ikut aja rahasia pasti terjamin kok,.. dan yang penting ada menu baru tiap bertemu”. Sambil menarik tanganku menuju hall senam.

Konsentrasiku bubar selama senam aku secara tidak sengaja hanyut oleh pikiran ibu-ibu, dan kebetulan pelatihku hari ini Bobi. Kuperhatikan sesama Bobi cukup keren juga Tongkrongannya bodinya bagus, otot-ototnya nampak menyembul, dan,…. Ayooo,… hap,… satu,… dua,… renggangkan kaki,… perintahnya. Dia menghadap peserta senam dan,… Alamak,… otot diantara kedua selangkangannya tertekan oleh baju senamnya nampak menyembul keras dan cukup panjang, aku jadi berpikiran yang bukan-bukan, seandainya bisa kugenggam dan kulakukan seperti di film dewasa itu enak kali ya,…….Gila,… pikirku aku kok jadi gini.

Senam sudah usai, mobil merangkak pelan menuju garasi, kuhempaskan tubuhku diatas kasur, pikiranku berkecamuk membayangkan perkataan ibu-ibu tentang menu baru penuh rahasia tadi, tiba-tiba pikranku menerawang dan melintaslah bayangan Bobi dengan mesra aku merinding, Bobi seolah datang dan memelukku, tangannya mulai membelai punggung dan turun ke pantat. Diremasnya pelan dan kurasakan benda keras diantara selangkangannya menempel ketat dibaju senamku, aku kegelian, dan,….. Lambat namun pasti kurasakan tangannya mulai menyentuh dadaku yang kenyal, kurasakan pelintirannya membuat pentilku mulai kaku dan keras..

loading...
Aku mulai mengejang, tapi tak dilepas tangannya didadaku bahkan mulai nakal, tangan kanannya berani menuju selangkanganku dikuaknya kuat-kuat celanaku sampai kudengar robekan kain Oh,……. Jari-jemarinya membelai lembut gumpalan daging lunak penuh bulu dan,… Mulutnya tak tinggal diam, Bobi mulai mengeluarkan lidahnya menjilati meqiku yang mulai basah,…. Aaaaaahhhhhhh,,,, Zzzzzzzt,….. aku tak kuat menahan, Bobi masih terus menjilat dan menjilat klentitku mulai kaku dan meqiku semakin basah dan,….

Kriiiinngggg,….. Krrriiiiingggg,…. Suara telepon berdering aku tertegun,…Gila cing aku bisa membayangkan dgn Bobi begitu hebaaat, badanku meriang rasanya dan satu lagi yang kurasakan basah diselangkanganku. Aku bangun bermalas-malasan dan kuangkat telepon.

”Hallo,…. Jeng Laras ada”,….. ” Ya saya sendiri, siapa ini ya,…”
”Aduh,…. Masak lupa saya Nana yang senam tadi,….. Wah sedang apa ini kog kayaknya malas-malasan saja,……..

Terasa sekali memang agak serak suaraku saat ini habis membayangkan dengan Bobi kering rasanya tenggorokan.

“Oh,…. Tidak jeng ini lho sedang membersihkan rumah kacau balau gini, kalau jeng Nana sedang apa ini kok tumben telepon saya”
“Jeng Nana apa suami jeng nggak curiga,……..” Belum selesai aku bicara, Nana menimpali dengan amat berapi-api.

Malam larut aku sangat menginginkan hubungan intim malam ini, kucoba dekati suamiku dia sudah tertidur lelap tergambar kelelehan diwajahnya dan meqiku sudah mulai basah ingin dijenguk oleh kemaluan suamiku. Kucoba membangunkan dia, tapi dia menolak dan hanya kekecewaan yang kudapat malam ini dan tanpa tersadar aku sudah terlelap.

Suasana hingar bingar ruang senam kembali kudengar dan kulihat sekeliling kembali bergerombol sekelompok ibu-ibu yang 3 hari kemarin mengajakku ikut dalam kelompoknya.

Senam kali ini aku benar-benar tidak konsentrasi dan bingung apa yang harus aku lakukan, hampir semua gerakanku tidak ada yang benar. Senam telah berakhir dan ibu-ibu mengajak menuju tempat yang telah disediakan, sebuah rumah yang cukup bagus dengan halaman luas dibelakang terdapat kolam renang, aku membuka dengan kunci yang telah disediakan, dan kulihat ada 3 kamar yang tertutup setelah omong-omong sejenak, beberapa ibu masuk kamar mandi untuk membersihkan diri tak lama kemudian mereka ada yang minta diri untuk pulang.

”Begini jeng Laras itu kuncinya ada lima kan ?… salah satunya kunci diruangan yang tertutup ini nah nanti kalo jeng Laras sudah siap buka aja kamarnya dan lihat sendiri deh ada apa disana dan enjoy saja rumah ini aman kog, ini punya jeng Wanti dan memang khusus untuk kegiatan Arisan ini, kebutuhan makan dan minum ada di kulkas, dan silahkan saja Laras nimati sampai jeng Laras suka kalo pulang ya langsung saja pulang, kuncinya jangan dibawa lho jeng,… liriknya menggoda”.

Aku termangu mendengarkan ocehan jeng Nana sementara temanya hanya tersenyum sambil memainkan matanya. Aku semakin bingung bagaimana nantinya. Tak lama kemudian mereka berdua mohon pamit pulang terlebih dahulu dan aku tinggal sendirian. Aku bingung melangkah antara iya dan tidak, aku juga teringat kisah khayalanku dengan Bobi,…… aku tercenung ingin mencobanya, kulangkahkan kaki dengan berdebar Klik,.. !!!! pintu pertama kubuka tapi kulihat sekeliling tidak ada seorangpun, pintu kedua kubuka dan,…. Darahku berdesir hebat kulihat seorang lelaki tegap dan cukup ganteng dengan kulit bersih memakai T shirt hitam dan celana pendek biru tua dia tersenyum, aku membalas kecut dan kuurungkan langkah kakiku masuk kamar tersebut, aku kembali duduk diruang tamu.

Kunyalakan televisi untuk menepis kegugupanku kuganti channel per channel tapi tak ada yang menarik tiba-tiba…

“Hai ,.. Aku Teguh,.. Kenapa kog tidak ngobrol didalam saja tadi kan udah buka pintu tak tunggu lho,…..” pintanya sambil mengulurkan tangan perkenalan.
”Eh,.. e….Aku Laras,,.. Eh… Ah nggak kog Aku cuman pengen tahu aja,” jawabku gugup dan tanganku mulai berkeringat dingin.

Kuperhatikan wajahnya ada bulu halus didagu masih baru dicukur dan dadanya cukup bidang dgn tinggi badan berkisar 175 Cm, otot-ototnya menonjol kuat. Teguh dengan santai duduk disebelahku sambil ikut mengawasi televisi yang remotnya masih ditanganku, dia tahu kalo aku gugup diambilkannya aku minum susu hangat dan dia menuju ke televisi diputarnya Film laser disk. Aku diam saja dan dia mulai membuka pembicaraan basa-basi untuk melemaskan suasana.

Aku kaget dua kali karena begitu aku menoleh ke televisi, kulihat film dewasa yang diputar, disana terlihat orang kulit putih sedang asyik menghisap kemaluan orang kulit hitam yang tegang dan panjang, aku risih dan malu tapi badanku mulai hangat terutama ada rasa geli disekitar pahaku, Teguh kelihatan mulai lebih mendekatiku aku tak menghiraukan mataku tetap kearah televisi, tanpa kusadari aku mulai ikut hanyut dan kurasakan ada benda asing yang menempel didadaku, kulirik ternyata tangan Teguh kutoleh dia hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatannya.

Aku diam merasakan dan dia semakin berani, diselusuri leherku dengan bibirnya,… turun kebahuku,… ditariknya pelan kaosku sampai kelihatan tali Bh. ku aku tak tahan, disofa aku direbahkan perlahan, dia tambah semangat, tanpa bicara dia mulai mengupas kulitku perlahan, tak pernah kurasakan hal ini sebelumnya, aku seolah melayang kegelian.

Teguh membuka sendiri kaosnya dan kulihat dada bidang itu ditumbuhi bulu halus. Dia bekerja sendiri ditariknya kaosku sampai beberapa kancing terlepas dan diangkat keatas hingga sekarang hanya tinggal Bh da rokku saja, tangannya kurasakan menempel lagi pada susuku dipelintirnya ujung susuku dan kurasakan mengeras, dia mulai menindihku, aku terpejam kurasakan bulu-bulu halus mulai menyentuh dadaku…

Ditariknya lepas BHku sehingga susuku yang besar seolah melompat keluar dadaku Teguh terkejut melihat besarnya susuku dengan warna kuning langsat dengan bulatan kecil coklat tua kemerahan serta puting kecil menantang mulutnya pun menuju putingku… kurasakan lidahnya lincah membuat nafsuku memuncak, putingku semakin mengeras sesekali kurasakan gigitan kecil giginya menggores putingku.

Diatas perut kurasakan ada benda yang membonggol mendesak hebat. Bibirku terasa habis dilumat bibirnya, sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan tangan kanannya mulai menuju kearah meqi, diselipkan diantara pahaku, aku gak kuat kupeluk dia dan dia semakin berani ditariknya rokku sampai terlepas, ditarik perlahan celana dalamku sambil tersenyum dan dengan sigap direnggangkannya kakiku sehingga dia dengan leluasa Teguh melihat meqiku yang padat dengan bulu hitam keriting, tangannya mengocek meqiku yang sudah basah.

Dimasukkannya jari tengah sedangkan ibu jari dan jempolnya membuka jalan dengan meminggirkan rambut kemaluanku. Klentitku kaku, dijilat dan disedotnya susuku sampai aku kegelian dan kini kurasakan mulutnya sudah diatas meqiku. Aku semakin geli lidahnya menyapu bersih ruang dalam meqiku yang basah sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan.

”Eeeeeeeh… Teguh… aduuuuuh… ” aku mengerang kegelian, tapi dia tidak peduli diteruskannya mempermainkan klentitku.

Aku sudah tak tahan, dengan berjongkok kududukkan Teguh dan aku kaget melihat benda menggelantung tegak menghadap ke atas disela selangkangannya. Dia hanya tersenyum memegang leher kelaminnya dan digerak-gerakkan dengan tangannya, kudekati dan kupegang.

Alamak.. tanganku tak cukup melingkar pada kelaminnya dan panjangnya 2 cm dibawah pusarnya. Aku geli dan takut melihatnya Hitam, mendongak seperti pisang ambon besarnya, Kutaksir panjangnya sekitar 17 Cm, sedangkan yang pernah kurasakan hanya 12 CM.

”Kenapa kok dilihatin seperti itu?” tanyanya.

”Eh… aku heran kok kayak gini ya… cukup nggak ya ini lewat punyaku nanti?” Jawabku sambil tetap memegangnya.

Belum selesai aku melanjutkan omonganku disorongkakn ujungnya kemulutku, dan ehm… mulutku tak muat menampung semua kelaminnya kedalam… kurasakan nikmat juga, selama ini aku tak pernah seperti ini… Sedotanku keluar masuk kelaminnya menyembul tenggelem dalam mulutku tangannya juga tidak diam menggapai semua bagian tubuhku yang sensitif, aku semakin terangsang. Tak lupa pula Bola kelaminnya dua buah menjadi sasaran lidahku, kurasakan ada cairan bening sedikit cukup manis dan terus kuhisap sampai mulutku tak mampu lagi menahan.

Tiba-tiba terlintas dipikiranku bahwa Aku akan berbuat seperti yang di Laser Disk itu. Ingin merasakan air mani Teguh yang segar nanti akan kuhabiskan.

”Din coba kamu ngadep belakang dan pegangi ujung sofa itu.” Perintahnya.

Aku tidak menolak, kulakukan perintahnya tiba-tiba kurasakan kelamin Teguh dipukul-pukulkan pada pantatku aku kegelian.

Dikerudukkannya ke meqiku dari belakang sulit sekali.. dia coba lagi dan gagal.

”Aaaaaaah… seret sekali ya kayak perawan..” omongnya.

Aku semakin tersanjung karena anakku sudah 2 tapi meqiku dibilang seret kayak perawan. Aku berbalik untuk bantu Teguh dengan membasahi kelaminnya dengan ludahku tapi masih juga tidak berhasil menembus meqiku.

Kulihat Teguh tidak kehilangan akal diambilnya hand bodi dan dioleskan pada kelaminnya yang besar dan perlahan masuk pada meqiku yang kecil, kurasakan agak pedih.

”Teguh,.. udah ah… nggak bisa masuk lho…terlalu besar sih,”pintaku.
”Sebentar… tahan dulu ya… ini udah nyampai sepertiga lho..” Jawabnya sambil didesaknya meqiku dengan kelaminnya dan… sreeet… sret… sreeeeetttttt.

“AaaaaUUUUUU…” Aku menjerit kurasakan kelaminnya Teguh terasa tembus ke kerongkonganku, digerak gerakan pantatnya aku kegielian… akhirnya banjir juga meqiku dan kurasakan kenikmatan saat kelaminnya Teguh maju mundur diruang meqiku.

Sesekali pantatku ditepuknya untuk menambah semangatku menggenjot kelaminnya, susuku dibiarkan bergelantungan bergerak bebas sementara tangan Teguh sibuk memegang pinggulku memaju mundurkan pantatku. Saat kelaminnya masuk badanku terasa tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Teguh menciumi punggungku sambil kelaminnya terus bergerak keluar masuk meqiku. Aku juga berusaha dengan menggerakkan pantatku kiri kanan dan kelaminnya Teguh seakan terjepit diapun mengerang kuat. Dipegangnya susuku kuat-kuat dan ditarik masukkan kelaminnya besar tersebut berulang sampai aku kelelahan.

”Aaaahhhhhh…Laras… aku mau keluar nih……” Erangnya.
”Sebentar ya……” Kutarik kelaminnya Teguh dan tak kusia-siakan, kumasukkan lagi dalam mulutku sambil kugerakkan maju mundur tanganku, dan dia semakin kegelian, tak lama kemudian…

Croooot…. Croooot.. Croooottt.. kurasakan mulutku penuh dengan tumpahan air mani Teguh, segar rasanya. Kubersihkan kelaminnya Teguh dengan mulut dan lidahku dari air maninya, dipegangnya kepalaku seakan dia tak mau aku membuang maninya keluar. Dan Teguh tergeletak kelelahan dengan keringat yang luar biasa.

Kubersihkan diriku dan kulihat Teguh masih istirahat dengan telanjang. Kuciumi tubuh Teguh (kini aku tidak malu lagi) perlahan dia tersenyum dan kulihat kelaminnya mengecil lemas… kupegang, remas perlahan dan aku masih kurang nampaknya. Mulutku dengan sigap melahap kelaminnya Teguh yang lemas itu, dalam kondisi lemas, masuk semua bagian kelaminnya kemulutku, terus kupermainkan seperti dalam LD yang diputar Teguh tadi. Tak lama kemudian mulutku sudah tak muat menampung kelaminnya Teguh untuk kukulum. Akhirnya kurelakan sebagian batang kelaminnya Teguh keluar dari mulutku.

Teguh pun mulai bangun dan aggresif, diusapnya meqiku yang sudah kucuci dan mulai basah oleh tangannya. Teguh berbalik menciumi meqiku sementara aku menciumi kelaminnya yang tambah mengeras (posis 69).

Teguh tambah menggila dimasukkan semua bagian lidahnya ke meqiku aku menjerit kegelian. Teguh memindah posisi ditaruh tubuhnya diatas karpet dan diangkatnya tubuhku menindihnya… kelamin Teguh dituntunnya menuju lubang kemaluanku dan tanpa ampun lagi kemaluanku diucek-ucek oleh kelaminnya.

Kurasakan kelamin Teguh tidak masuk semuanya atau memang meqiku yang dangkal aku tak tahu, yang ada dalam benakku sekarang hanya nafsu dan nafsu saja. Kugerakkan naik turun pantatku menduduki pahanya sementara meqiku sibuk melahap kelaminnya Teguh yang kekar dan angkuh itu. Tangan Teguh sesekali mengucek susuku tak kuhiraukan karena nikmatnya tak seberapa dengan kelaminnya dengan mengisi penuh meqiku. Kurebahkan tubuhku karena payah sambil kulumat bibir Teguh dengan terus mengerang itu dan terus kugoyang pantat sesuai irama nafsuku. Teguhpun demikian.

Aku mulai merasakan meqiku semakin longgar karena becek basah dan geliku memuncak… Kugigit dada Teguh kuat-kuat untuk menahan kepuasan dan bersamaan dengan itu pula kudengar erangan Teguh yang menyatakan bahwa air maninya akan tumpah… Kupercepat menggoyang pantat karena aku tak mau menyia-nyiakan keadaan ini aku ingin kepuasan maksimal…… Dan……

Aaaaaaaahhhhhhhhh…… Sreeeeet… Sreeetttt… sreet…

Kurasakan ada aliran hangat menyemprot meqiku dan terasa penuh. Teguh masih mengerang hebat aku gigit dadanya sekali lagi sambil kucakar punggungnya untuk menahan kenikmatan yang tiada taranya ini. Kuangkat pantatku pelan-pelan dan masih kulihat sisa-sisa ketegangan di kelaminnya Teguh. Kuraih kelaminnya itu dan kubersihkan kembali dengan mulut mungilku yang serakah tiada habisnya melihat kelaminnya tegang besar dan keras itu. Teguh pun tersenyum puas layaknya aku, ciuman mesranya mendarat dujung bibirku, dan diapun tak mau ketinggalan mengusap meqiku dengan lidahnya… akupun geli.

Tak terasa hari sudah siang. Tak lama kemudian aku pamit dan aku menjadi keterusan mengikuti acara ibu-ibu itu dengan berganti-ganti pasangan yang hebat.

Sedangkan hubunganku dengan suami tetap tidak terganggu karena suamiku tidak pernah minta yang aneh-aneh,… jadi asal aku terlentang dia masuk… kocek-kocek sebentar selesai. Untuk kepuasan lainnya aku dapatkan dari yang lain.

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT