Skenario Perjalanan Pulang

Indra pulang lebih awal berhubung dia dihubungi oleh kakaknya untuk segera pulang, misterius banget beritanya.
Selama dalam perjalanan pulang hatinya galau dan cemas, apakah terbaca oleh kakaknya nomor hp si Budi di iklan kamar kost.

Sesampainya Indra di rumah, terlihat muka masam kakak perempuannya, hm.. gawat.
“Ada apa kak? Kok kelihatannya gawat?” 
Tanya Indra cemas, semoga saja bukan masalah Budi.
“Tadi Vera menelepon, Papa kita sepertinya berselingkuh dengan salah satu pegawainya”
Indra merasa lega (rumah kost maksiatnya masih bisa terus beroperasi), tetapi dia kebingungan mendengarnya, kok bisa sih bokapnya selingkuh dengan pegawainya, setahu dia sistem perekrutan pegawainya sama dengan konsep kakaknya, tidak boleh ada yang lebih cantik dari Nyokap dan Kakaknya, kalo lebih muda yah lumrah, lagian si Vera kakak perempuan sulungnya menjabat sebagai sekretaris dan asisten Bokapnya, semua pegawai biasanya di sensor dulu olehnya, kok bisa kebobolan atau Bokapnya sekarang sudah rabun tua, jelek terlihat cantik di matanya.
“Jadi si Vera nangkap basah Papa lagi berduaan sama selingkuhannya?” 
Indra bertanya sambil berusaha untuk tidak membayangkan Bokapnya yang sama kurusnya dengan dia tetapi lebih bungkuk badannya dan telah beruban sedang menggenjot cewek ceking, atau barangkali gembrot di kantornya.
“Tidak, hanya saja Papa menyuruh Vera untuk memberikan bonus untuknya mobil yang lebih mewah dari standard bonus pegawai lain,” 
Kakak Indra mencak-mencak
”Papa juga terlalu sering meeting dengan kliennya bersamanya tanpa melibatkan Vera, Mama juga curiga akan hal ini, Vera ingin kita menyelesaikan masalah ini, kasihan Mama,” 
“oh.. Gituh” 
Indra merasa dia harus ikut prihatin,
“Jadi rencana kalian gimana,” 
“Vera setuju dengan Papa bahwasanya prestasi Cindy, pegawai genit itu memang bagus, dan berhubung kliennya dari Jakarta, maka sudah seharusnya dia mendapatkan mobil tersebut dan pindah ke Jakarta agar bisa lebih dekat dengan kliennya, hi..hi.. kita buka kantor khusus hanya untuk dia saja. Jadi tidak mengganggu moral kerja pegawai lain dan papa akan kesulitan menemuinya lagi. ..hi....”
Kakak Indra tertawa sinis mirip tokoh-tokoh wanita jahat ala sinetron TV.
“Papa setuju?” 
Indra bertanya,
“Dan kenapa tidak dipecat saja daripada susah-susah pindahkan dia,” 
“Hm. Rencananya sih begitu, tetapi klien yang dibawanya memberikan kontrak jumlah besar pada kita, dan menurut Vera pemilik perusahaan itu Orang Tua daripada Ipar Cindy, jadi kita tidak mau berisiko diputuskan kontrak, malah bisa-bisa Besan Cindy merasa kita membalas jasa baik Cindy bila dia kita pindahkan ke sini dan dapat kantor khusus untuknya…hi..hi..” 
Indra merinding mendengar tawa licik kakaknya.
“Wah.. hebatnya rencana kalian, berarti sudah beres donk,” 
Indra sudah tak sabar ingin kembali ke rumah kostnya dan menggarap Desy,”
“Jadi sudah bereskan, Saya mau lanjutkan belajar bareng Budi” 
“Hei,.. jangan egois gituh,” 
kakak Indra menatap tajam,
“Dia sudah diberangkatkan tadi siang oleh Vera, kamu jemput dia sekarang dan kamu carikan dia tempat tinggal sementara, cari saja hotel murahan sementara dulu, ntar besok kamu carikan rumah sewa sekalian yang bisa dijadikan kantor untuknya,” 
“Lho.. kok hotel?” 
Indra yang kesal karena tidak bisa balik ke rumah kost mereka menyela,
“Bukankah kita sudah ada kandang buat orang jelek di sebelah rumah Ini,”
Kakak Ipar Indra sedari tadi diam saja tiba-tiba saja memuncratkan kopi yang diminumnya saat mendengar perkataan terakhir Indra, kakak Indra melotot pada Indra lalu mendelik matanya pada suaminya yang tak sanggup menahan tawanya, terbahak-bahak dia dan menghindar berlari ke kamar mandi.
“Kamu ,…huhh.. dasar anak durhaka… kamu tidak sayang Mama” 
Muka Kakak Indra merah padam menahan marah hingga mukanya yang tidak cantik menjadi jelek (apa bedanya yah?)
“Iyah…yah….Gue berangkat” 
Indra buru-buru kabur meninggalkan kakaknya yang belum berhenti mengomel-omel. 
------------------------------------------------------------------------
Indra tidak peduli bahwa dia tadi lupa menanyakan manifes penerbangan Cindy pada kakaknya, segera berangkat ke airport, dia kesal banget karena tidak berkesempatan menggarap Desy gara-gara Cindy,
“hm… yang ini gimana orangnya,.” 
Indra penasaran dengan selera Bokapnya, kalo wajahnya tebak Indra pasti dibawah kategori, cuman Bodynya saja yang bisa dinilai seperti kebanyakan pegawai lainnya.
------------------------------------------------------------------------
Sesampainya di Airport baru teringat olehnya data-data Cindy tidak ada, ogah dia menelepon kakaknya Indra lalu mengikuti jejak penjemput lainnya, dia menuliskan nama Cindy dan nama perusahaan Bokapnya di kertas dan bergabung dengan mereka di pintu keluar domestik.
loading...

Saat Indra baru ingin berjongkok karena merasa akan lama di sana, dari kerumunan sekelompok orang melangkah keluar seorang wanita cantik, sepertinya baru saja diajak oleh orang-orang itu foto bareng, artis kali yah Indra berpikir.

Wanita itu berjalan kearah Indra yang tertegun karena sepertinya artis penyanyi kris Dayanti mendekatinya, Indra melihat-lihat ke kiri kanan dan belakangnya, takut nanti ke ge.er.. an, mana tahu saya ada cowok ganteng di belakangnya yang menjemput artis itu.

Artis itu semakin mendekat ke Indra yang mulai berdebar-debar gugup, lalu Artis itu berkata padanya dan menyodorkan tangannya bersalaman,
“hai.. saya Cindy.. kamu pasti Indra putra tunggal pak Mulyono kan?” 
“hah..iii…iii..yyahh..?” 
gugup Indra menjawab dan mulutnya ternganga melongo memandangi sang Artis.
“Ka..kamu Bu..bu..kan Kris dayanti?”
Indra kebingungan bertanya.
“hi.. hi.. kamu lucu Indra… saya Cindy, kalo mau dianggap Krisdayanti juga boleh” 
Cindy tertawa.

Indra yang masih takjub dengan penampilan Cindy lalu menyalaminya dan membantunya membawa kopernya yang gede, dia berjalan ke areal parkir diikuti oleh Cindy di belakangnya, sepanjang perjalanan mata semua orang menatap mereka.
------------------------------------------------------------------------
Sesampainya di mobil Indra lalu memasukkan koper Cindy dan Cindy membuka pintu penumpang depan, Indra masuk dan menghidupkan mobil, sambil terus melirik ke Cindy setiap kesempatan. Dalam hati Indra terus memikirkan bagaimana bisa Vera kebobolan memasukkan cewek secantik artis ini bekerja padanya.
hm .. rupanya mata Bokapnya belum rabun,. 
Dia saja kalo ada kesempatan pasti habis digarapnya cewek secakep artis ini.
“Kamu mirip dengan papa kamu yah, berarti dulu Pak Mulyono pasti seganteng kamu,” 
Cindy memecahkan keheningan dalam mobil,
“Kurusnya juga sama..hi..hi..” 
“eh..engg..ah masa sih gue ganteng?” 
Indra membusungkan dadanya bangga.
“I..yah dong.. kamu sembunyikan saja sih.. dengan kacamata kamu , nanti.. kalo kita jalan-jalan bareng saya pilihkan kacamata yang cocok buat kamu,” 
Cindy menggoda Indra.
“wah.. gue percaya saja sama Mbak Cindy, “ 
Hidung Indra kembang kempis dipuji Cindy,
“Mbak Cindy juga cantik,.. tadi saya Kira artis Kris Dayanti,” 
“Oh.. yah Pantasan tadi banyak yang ngajak saya foto bareng..hi..hi.. rupanya saya dikira artis penyanyi” 
Cindy tertawa lepas sehingga payudaranya yang ukurannya pun mirip sang artis berguncang, glek Indra menelan ludah melihatnya.

Indra yang tak tahan penasaran akhirnya memberanikan diri menanyakan pada Cindy, bagaimana wanita secantik Cindy bisa nyasar ke perusahaan Bokapnya.

Cindy yang mulanya diam sejenak lalu meminta Indra berjanji menjaga rahasianya sebelum diceritakan, disanggupi oleh Indra. 

Cindy rupanya melakukan operasi plastik pada seluruh wajahnya, hidungnya dimancungkan dan pipinya sengaja di kempotkan sehingga lesungnya jelas terlihat dan melakukan liposucktion di beberapa bagian tubuhnya sehingga mendapatkan bentuknya yang aduhai seperti sekarang ini, Dia sengaja memesan dokter bedah plastik tersebut untuk membuatnya semirip mungkin dengan artis penyanyi idolanya.

Dalam hati Indra menertawakan kakaknya yang kebobolan,
Tak pernah terpikirkan oleh mereka kemajuan zaman yang bisa mengubah wajah seseorang dari jelek menjadi cantik, seharusnya mereka juga ikutan dioperasi plastik..he..he.. biar perusahaan Bokapnya bisa lebih bersinar daripada sekarang yang lebih mirip LPT (Lembaga Perawan Tua) saking banyaknya pegawai jelek yang pada jomblo.
------------------------------------------------------------------------
“Aku mau dibawa kemana nih Indra?” 
Tanya Cindy kemudian.
“Eng… Tadi dipesan kakak gue tuk bawain kamu ke hotel duluan…, ntar besok baru nyari Ruko untuk kamu jadiin rumah dinas dan kantor kamu,” 
gelagapan Indra menjawab saat dia lihat Cindy merengut sewaktu dia bilang hotel.
“Huh kakak kamu ituh, cemburuan banget,” 
Cindy merengut,
“Saya tidak suka ke hotel, masa saya di tinggal seorang diri di sana, sayakan takut, Indra temenin saya yah,” 
Tentu saja Indra mau, tetapi yang keluar dari mulutnya,
“Bisa mencak-mencak Sella kakak saya kalo gue gak pulang malam ini, apalagi kalo tahu gue nginap bareng kamu,” 
“hi..hi.. kamu takut yah sama kakak kamu, lebih berani Papa kamu donk kalo gituh,”
tantang Cindy.
“Lho.. jadi benaran kamu memang selingkuh sama Papaku?” 
Indra kaget.
“lha..iyalah.. perawan saya Papamu yang renggut,” 
Cindy sengaja mencemberutkan wajahnya, padahal dalam pikirannya terbayang nikmat saat bersetubuh dengan Papa Indra.
“Waduh, nekat juga yah Papa gue,” 
Indra nyegir, dalam otaknya yang sudah ngeres membayangkan nikmatnya melahap Selingkuhan bokapnya seperti cerita stensilan yang sering dia baca semasa kecil.
“Hm.. bagus kagak permainan Papa gue?” 
Indra mulai memancing. 

Cindy kaget melihat senyum nakal Indra menggodanya lalu membalas,
“Mantap dong, punya Papamu anunya panjang,” 
“Oh yah,.. hm.. masak sih,.. tapi biasanya orang bilang buah jatuh tidak jauh dari pohon lho,” 
Indra tertawa makin ngeres otaknya setelah melihat sepertinya Cindy juga mulai terbawa suasana.

(suasana saling ingin lahap-melahap gituh)
“Hm,.. kalo tidak Nampak mana terbukti,” Cindy melirik ke selangkangan Indra,” Makanya elu nginap saja malam ini bareng gue dan buktikan donk..hi..hi..” 
“wah..wah..nantang gue nih,” 
Indra semakin bingung, Dia sebenarnya sudah pengen menikmati Cindy tetapi kalo tidak pulang malam ini Sella kakaknya pasti curiga dan bisa ngadu sama nyokapnya. 

Indra diam dan berpikir, terbesit diotaknya ide untuk membawa Cindy ke rumah kostnya, lha di sana dia kan ada yang temani, dan dia bisa pulang sehabis menggarap Cindy..hm.. ide bagus menurutnya.
“Kalo gitu, gimana kalo saya bawa kamu ke rumah kost saja, disana sedikit rame, jadi kamu tidak perlu takut,” 
Indra lalu lanjut berkata,
“Di sana ramah-ramah penghuninya, yang punya teman karib gue, kamarnya bersih dan mewah kok, ada acnya lagi tiap kamar, gimana mau?” 
“kamu ikut nginapkan?” 
Cindy bertanya dengan suara manja.
“Eng.. saya temani sampai malam saja yah,..toh ntar gue kenalin sama mereka,.. jadi kamu kan ada yang temani gituh,.. pokoknya gue atur deh kamu jangan sampe kecewa malam ini,” 
Indra keluarkan jurus wajah penuh perhatian dan pengertian palsunya.
“janji yah..Indra,” 
Cindy tersenyum tanda setuju. 

Sepanjang perjalanan ke rumah kost Indra mereka ngobrol dan tentunya makin lama makin ngeres arah obrolannya membuat Cindy makin berani mengelus-elus Indra dan merebahkan dirinya pada Indra, layaknya sepasang kekasih. 

Saat Indra membawa Cindy ke dalam rumah yang berteriak paling keras kaget adalah si Desy, sama seperti yang lainnya dia mengira Indra membawa pulang Kris Dayanti.

Indra mengenalkan Cindy pada Desy, Ayu dan Budi. 

Mereka sebenarnya mau ngobrol dengan Cindy, tetapi Indra lalu membawa masuk Cindy ke kamar yang masih kosong dengan beralasan pada mereka Cindy lelah, padahal dia sudah tak sabar ingin melahapnya.

Begitu pintu tertutup, Indra langsung meletakkan kopernya dan langsung memeluk Cindy dan menciumnya, dan dibalas oleh Cindy penuh nafsu. 

Budi menggigit bibir bawah Cindy dan memainkan lidahnya dalam mulutnya, saat lidah Cindy membalas masuk dalam mulut Indra langsung menyedot dan menggigit halus.

Cindy merasakan nikmatnya permainan bibir Indra, 1-0 untuknya dibanding Bokapnya. 

Tangan Cindy lalu mulai membuka kancing baju Indra, tetapi Indra lalu menyambung membuka sendiri dan celananya cepat, Cindy juga menelanjangi dirinya.

Mereka lalu merebahkan diri ke atas ranjang baru yang belum dilapisi seprai oleh Ayu. Indra bergerak meremas lembut payudara Cindy dan memainkan lidahnya pada puting Cindy, dijilatinya, lalu di gigit lembut, dan diemut-emut.

Cindy mendesah kuat, 2-0 untuk Indra, permainan lidahnya Indra nikmat sekali, Cindy yang hanya pernah bersetubuh dengan Bokap Indra merasakan awalnya saja sudah sangat nikmat bersama Indra gimana selanjutnya, dia mendesah terangsang hebat.

Indra bergerak turun dan memainkan lidahnya pada kelentit vagina Cindy, lalu bibir vaginanya dan lubang duburnya berganti-gantan.

Indra lalu memasukkan jarinya kedalam lubang Vagina Cindy, tangannya menggubel dan mengelus-elus dinding dalam vagina Cindy, yang membuatnya mendesah makin Kuat dan menggelinjang. 

Cindy takjub dengan permainan oral Indra yang baru dia rasakan, seumur dia tak pernah merasakan sensasi yang begitu nikmat, dan tidak mungkin lagi ngasi angka, Indra menang mutlak dibanding Bokapnya, Cindy memejamkan matanya menikmati.

Saat Indra berhenti Cindy yang masih memejamkan mata merasakan nikmat dengan mulutnya yang memang lagi menganga merasa ada sesuatu yang memasukinya, dia terbelalak saat melihat yang masuk dalam mulutnya Zakar panjang Indra.

Permainan apa pula sekarang Indra lakukan, Cindy lalu merasakan hangat dan denyutan zakar Indra dalam mulutnya, ditambah sodokan Indra sehingga kepala zakar Indra menabrak-nabrak dinding tenggorokannya, hm..nikmat juga permainan ini,
“hm.. hm..” 
Cindy mendesah dengan zakar Indra dalam mulutnya, dimainkan lidahnya pada zakar Indra sehingga dia semakin merasakan denyutan zakar Indra. Sesaat kemudian Indra mencabut zakarnya dan menyuruhnya nungging,

Cindy turuti dan dia rasakan zakar Indra memasuki lubang vaginanya.

Nikmat sekali dan terasa olehnya dinding lubang vaginanya merasakan hangat dan denyutan zakar Indra hingga terasa dalam sekali, lebih dalam nikmatnya daripada zakar Bokapnya.
“oh….ah..ah…arghh” 
Cindy mendesah kuat menikmati zakar Indra yang sekarang bergerak maju mundur dalam vaginanya, perlahan dan kemudian makin cepat, Cindy juga makin mempercepat desahannya,
..oh..nikmat....
sekali dia rasakan saat itu.
------------------------------------------------------------------------
Sayup-sayup suara desahan dan erangan Indra dan Cindy terdengar sampai ruang keluarga yang senyap karena Desy sepertinya sudah kecapekan membual, Budi mengajak mereka tidur, Ayu bingung, 
“Mas Budi ngajak Ayu atau mbak Desy?” 
tanya Ayu.
“Maunya aku yah kalian berdua..?”
jawab Budi yang berusaha mengelak cubitan Desy,
“Iih.. maunya… hi..hi.?” 
Desy tertawa.

Budi lalu merangkul Ayu dan menggandeng Desy berjalan ke kamarnya.

Budi yang terbiasa tidur hanya berkolor ria membuka baju dan celananya, Ayu yang tidak tahu mengenai itu mengira Budi bersiap-siap untuk bertarung, Ayu lalu menelanjangi dirinya sendiri dan naik ke atas ranjang dan tangannya lalu menyusup masuk kolor dan meremas-remas zakar Budi.

Desy terkejut melihat Ayu yang begitu agresif, tidak mau kalah lalu ikut bertelanjang ria,
h.. masak gue kalah sama cewek udik, 
Desy berkata dalam hati.

Desy lalu naik ke ranjang dan mencium puting Budi dan memainkan lidahnya pada putingnya.

Budi yang awalnya kaget dengan tindakan kedua cewek tersebut tidak jadi menolak, dia lalu menikmati permainan kedua cewek tersebut apalagi saat Ayu memasukkan zakarnya ke dalam mulutnya dan menghisap serta memainkan lidahnya pada kepala zakarnya langsung merem melek kenikmatan.

Desy lalu mencium Budi penuh nafsu dan mengarahkan tangan Budi ke vaginanya, Budi lalu mengelus dan memasukkan jarinya ke lubang vagina Desy dan menggerakkan jarinya maju mundur cepat membuat Desy mendesah menikmatinya.

Tangan Budi lalu meremas-remas payudaranya dan memainkan jarinya pada puting Desy, sesekali Budi memindahkan tangannya mengebel-ngebel lubang vagina Ayu yang telah bergeser ke arahnya.

Ayu yang melihat zakar Budi telah mengeras lalu cepat-cepat berganti posisi menaiki tubuh Budi dan memasukkan zakar budi dalam Lubang Vaginanya, dia takut terserobot Desy.

Ayu lalu mendesah dan menggerakkan pinggulnya maju mundur dan memutar mencari posisi yang dia rasa paling mantap menikmati zakar Budi.

Desy yang kheki melihat gerak cepat Ayu lalu menaiki tubuh Budi juga dan mengarahkan Vaginanya ke wajah Budi, dia rasakan ciuman dan jilatan lidah Budi pada kelentit dan bibir vaginanya,
..hm.. nikmat sekali, 
dia lalu meraih tangan budi dan menuntunnya meremas payudaranya. 

Ayu yang memandangi punggung Desy menggeliat nikmat tidak mau kalah meraih tangan Budi yang lain dan meletakkannya pada payudaranya,
oh.. ah.. 
sengaja dia mendesah kuat saat tangan Budi meremas payudaranya dan memainkan putingnya. Desy tidak mau kalah, dia juga ikut mendesah makin kuat sehingga suara desahan mereka memenuhi kamar,
“oh.. ah.. ah…arh…..oh..”
Desy yang tidak mau terserobot lagi membalikkan tubuhnya dan kali ini pantat montoknya yang menghadap ke wajah Budi, Desy kembali mendesah saat Budi kembali memainkan lidahnya, kali ini dia rasakan geli-geli nikmat lidah Budi bergerak menjilati dari bibir anusnya hingga kelentitnya. 

Desy sekarang menatap ke arah wajah cantik Ayu, dia melihat hidung mancung Ayu dan bibir mungilnya ternganga mendesah menikmati zakar Budi, hm..memang manis wajah pembokat ini, tanpa sadar Desy yang sudah terangsang lalu gemas memeluk Ayu dan mencium bibirnya, Ayu kaget tetapi dia tidak menolak saat merasakan sensasi nikmat ciuman Desy, hm.. sama nikmatnya dengan ciuman kedua juragan mudanya, Ayu lalu membalas ciuman Desy. 

Kedua tangan Ayu lalu bergerak meremas buah payudara Desy, lalu satu tangan turun dan mengelus-elus vagina Desy, Budi heran karena tiba-tiba saja Desy menjauhkan vaginanya dari wajahnya, dia lalu melihat kedua cewek tersebut berciuman dan saling meremas payudara masing-masing diatas tubuhnya, Budi kaget, tetapi dia menikmati pemandangan di depannya, kedua tangannya lalu menopang kepalanya agar bisa melihat dengan nyaman. Tangan Desy mengelus-elus atasan vagina Ayu dan memainkan jarinya pada kelentit Ayu, sementara jari Ayu mengobel2 lubang vagina Desy.

Tangan Budi lalu bergerak mengelus-elus punggung Desy lalu bergerak memutar ke depan dan meremas-remas payudara Desy. 

Ayu melepaskan Ciuman Desy dan mendesah makin kuat dan makin cepat menggoyang pinggulnya, lalu dia memekik merasakan dahsyat nikmat orgasmenya, Ayu merebahkan dirinya ke samping Budi dan memeluk Budi dan tangannya mengelus-elus dada Budi dan sesekali dia mencium dan memainkan lidahnya pada puting Budi.

Desy lalu menggantikan posisi Ayu, sekarang dia menghadap ke Budi dan mulai menggoyangkan pinggulnya dengan zakar Budi dalam lubang vaginanya.

Desahannya cepat mengikuti goyangan pinggulnya.

Tangan Budi lalu meraih payudara besar Desy yang juga berguncang cepat mengikuti gerakan pinggulnya, diremas2nya payudara Desy.

Sesaat kemudian Desy memekik nikmat, dia lalu naik dan melihat mengambil kolor Budi lalu melap zakar Budi kemudian dia mulai melakukan oral pada zakar Budi dengan tangannya dia mengocok-ngocok zakar Budi. 

Ayu tidak mau ketinggalan lalu ikut mengerumuni zakar Budi, bergantian Ayu dan Desy saling menjilati zakar Budi membuat Budi mengerang nikmat, saat erangan Budi makin kuat, Desy yang tahu Budi hampir mencapai klimaksnya lalu mendorong Ayu dan merebut zakar Budi dan memasukkannya ke dalam mulut.

Desy langsung menyedot kuat saat dia rasakan semburan sperma Budi dalam mulutnya, Budi langsung melolong kuat kenikmatan.

Begitu selesai Ayu dan Desy tertawa terbahak-bahak mengenang aksi mereka barusan, Budi tersenyum senang.

Mereka lalu tertidur seranjang dalam kamar master room.

Sementara di kamar yang lain Cindy yang memekik merasakan nikmatnya orgasme dengan zakar Indra dalam vaginanya dengan kedua tangan Indra yang meremas-remas payudaranya, hm.. nikmat sekali yang dia rasakan, sepertinya dua kali lebih nikmat dibandingkan dia orgasme saat masturbasi, sedangkan dengan Bokap Indra, dia tidak pernah orgasme, bokap Indra terlalu cepat nembak, sedangkan anaknya,.. wow.. masih belum nembak. 

Dia lalu makin mempercepat gerakan pinggulnya agar Indra segera nembak.

Indra akhirnya menembakkan spermanya dengan posisi Cindy diatasnya, sepanjang permainan mereka terus berganti-ganti gaya, Indra sengaja melakukan banyak gaya tersebut untuk memamerkan bahwa dia lebih jago memuaskan cewek dibanding Bokapnya.
“oh..ah..arghh..” 
Budi mengerang nikmat saat dia menembakkan spermanya, sementara Cindy memelankan goyangannya lalu berhenti dan memeluk Indra dan berusaha membujuk Indra agar tidak pulang malam itu, dia masih ingin orgasme lagi bareng Indra sekali lagi.

Indra yang sudah melampiaskan Birahinya pada Cindy malam itu, sedangkan siang sebelumnya pada Ayu mampu mengontrol dirinya, tidak terpengaruh dengan suara manja Cindy, dia janji besok pagi mungkin dia datang dan memberikan orgasme kepada Cindy terlebih dahulu sebelum kuliah. 

Indra meninggalkan Cindy saat jam menunjukkan pukul sebelas malam, sepanjang perjalanan pulang Indra merancang skenario untuk kakaknya agar dia tidak curiga saat dia pulang begitu larut malam.
☆☆☆☆☆
Baca Cerita Menarik Lainnya:

  1. Aku Dipisahkan Dengannya Dan Anakku 
  2. Beberapa Menit Itu
  3. Berawal Dari Karaoke 
  4. Diawal September Itu
  5. Fantasi Di Sebuah Pulau 
  6. Hanya Aku Tidak Mau Mengambil Resiko Yang Lebih Tinggi
  7. Jaraknya Hanya Dua Tangan
  8. Karena Merasa Bersalah Atau Takut
  9. Kecemburuan Adalah Rasa Memiliki 
  10. Ketika Harus Berbagi Kebutuhan Dengan Empat Gadis
  11. Ketika Hujan Semakin Lebat 
  12. Kisah Gadis Indo Yang Kos Di Kota Bandung 
  13. Malam Itu Udara Sangat Panas
  14. Nikmat Yang Lain
  15. Obsesiku Yang Menggebu-Gebu
  16. Pengakuan Yang Menyakitkan
  17. Pengalaman Pribadi Diwaktu Kuliah
  18. Perselingkuhan Yang Dimulai Dari Chat
  19. Semakin Kupikir Semakin Berkecamuk 
  20. Skenario Perjalanan Pulang 

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT