Suara takbir terdengar melantun dari speaker radio tape milik Utami. Seorang istri berumur 35 tahun tampak berwajah muram. Bagaimana tidak, disaat orang lain terutama tetangganya bersuka cita berkumpul bersama kerabatnya, mudik ke daerah masing-masing namun Utami terpaksa hanya menghabiskan lebaran tahun ini di sebuah kompleks rumah rusun tingkat 4 di kawasan Depok. Ini semua karena dirinya dan sang suami mesti melakukan pengiritan keuangan karena anak semata wayang mereka baru masuk TK. Karena gengsi, akhirnya mereka menyiapkan uang pangkal yang cukup besar dan terpaksa mengorbankan keinginan tiap tahunnya untuk pulang mudik ke kampung di Timur pulau Jawa. Apalagi, keperluan lain seperti tas dan buku-buku untuk si buah hati bersekolah nanti selain iuran bulanan sekolah yang lumayan menmbah beban pengeluaran mereka.
Sambil membetulkan jilbab putihnya memadankan dengan kebaya panjang berwarna kuning, Utami menoleh pada jam dinding. "Hmm... Masih jam 7.00. Masih pagi..." gumam Utami sambil menengok ke arah pintu. Suami dan anaknya masih di masjid melaksanakan shalat Ied. Suara Takbir yang mengalun dari speaker menambah sendu suasana hati Utami.
Perutnya sudah keroncongan belum sarapan di pagi itu. Jika ingin ikuti keinginan hatinya, sudah dia habiskan ketupat, opor ayam serta lauknya yang sudah tersajikan di meja. Namun dia sudah berjanji untuk bersarapan bersama sang suami dan anaknya tersayang sepulangnya mereka dari shalat Ied. Saat itulah nanti dia berencana meminta ampun sang suami karena membeli gelang emas 5 hari sebelum lebaran tanpa sepengetahuan suaminya.
"Assalamualaikum..!" kedengaran suara orang memeberi salam di luar pintu.
"Walaikum salam, Siapa ya?!" Jawab Utami menengok keluar.
Ternyata Yudea, Deni dan Deska sedang berdiri bertiga di luar.. Mereka tetangga Utami yang tinggal di lantai bawah rusun tempat tinggalnya. Yudea paling muda baru lulus SMP (14), Deni masih SMA berusia 16 tahun dan Deska (19) sudah setahun lulus SMA, menganggur.
"Selamat hari raya Idul fitri, bu Utami. Mohon maaf lahir batin," Sahut ketiga ABG itu sambil saling dorong satu sama lain.
"Hm... Selamat hari raya. Masuk sana kalau tidak malu," jawab Utami dengan sedikit ketus. Memang Utami tidak menyukai kedatangan ketiga anak tanggung ini. Bagaimana tidak, setiap kali dirinya naik tangga untuk naik ke lantai 4 mereka bertiga sering mengganggu, mengusilinya bahkan berbuat cabul padanya. Pernah suatu ketika mereka bertiga menghalangi Utami naik tangga. Deni sempat meremas-remas pantatnya sementara Deska memperlihatkan batang kontolnya yang sudah ngaceng. Namun Yudea tidak berbuat apa-apa, karena takut mungkin. Saat itu Utami memarahi mereka bertiga karena berani bertindak kurang ajar.
"Aih, kayaknya bu Utami gak suka didatangi kami ya? Jangan gitu dong bu. Kami datang dengan ikhlas mau minta maaf" Rayu Deni dengan memakai wajah melankolis.
"Sudah! jangan masang tampang memelas disini. Cepat masuk, bentar lagi suami ibu pulang." sedikit melunak kali ini Utami menghadapi tiga remaja pembuat onar itu. Ketiganya buru-buru mencari tempat duduk melahap sayur opor ketupat dan lauknya dengan bernafsu.
"Bu, saya mau minta maaf soal kejadian megang pantat Ibu waktu itu. Saya enggak sengaja, sebenarnya saya ingin memukul nyamuk yang hinggap di pantat Ibu. Makanya saya pukul pantat Ibu waktu itu. Maafkan saya bu Utami" Deni bercerita dengan wajah sungguh-sungguh.
"Kalau iya mau matiin nyamuk, jangan kenceng-kenceng dong mukulnya. Sakit pantat ibu waktu itu tau!. Pelan dikit aja." jawab Utami tersenyum kecil.
"Saya juga mau minta maaf, bu. Saya bukan bermaksud mau mamerin burung saya depan ibu hari itu. Sebenarnya waktu itu burung saya terjepit resleting celana, maka terpaksa saya keluarkan karena merasa sakit" Deska menyusul menjelaskan kejadian saat itu.
"Ya sudah, ibu maafkan. Tapi besar juga burungmu Deska. Suka onani yah?" Utami mulai nakal.
"Emm... iya kadang-kadang. Pasti selalu bu Utami yang jadi bahan saya onani... heehehe...." Jawab Deska tertawa kecil.
"Udah-udah jangan ngelunjak ke ibu deh, baru juga minta maaf tadi" hardik Utami serius. Anak remaja ini nggak bisa dikasih hati sedikit. Sementara Yudea sedari tadi hanya diam, mulutnya penuh dengan ketupat Matanya melotot melihat daging pantat Utami yang terbungkus kebaya panjang ketatnya. Utami bisa melihat ada tonjolan keras dibalik celana ketiga anak tanggung itu.
"Eh kamu bertiga datang ke rumah ibu pagi-pagi gini mau ngapain? Gak sholat Ied?" Utami baru menyadari mereka bertiga tidak sembahyang.
"Hehehee... sebenernya kami bertiga sengaja gak ikut sholat Ied soalnya, hehehe.." Deska tersenyum-senyum memandang Deni dan Yudea.
"Hei...! Soalnya kenapa? Jangan mau macem-macem disini!" hardik Utami terbakar emosi.
"Soalnya kami mau menyetubuhi bu Utami keroyokan di pagi lebaran! Pegangin Den!" Deska menghardik sambil menerjang tubuh Utami. Terkejut Utami dibuatnya. Dalam sekejap saja badannya sudah dipeluk erat oleh Deska sementara Deni dengan cepat memegangi kedua kakinya. Yudea membersihkan meja makan dari wadah ketupat beserta wadah opor dan lauk daging dengan menghalau semuanya jatuh ke atas lantai.
Dengan meronta-ronta badan Utami berhasil dibawa ke atas meja. Deni berdiri dekat kepala Utami sambil memegang kedua tangannya. Yudea menaiki perut Utami sambil memegangi kedua paha wanita itu ke atas. Sementara Deska menyingkap ke atas kebaya bu Utami sampai pinggang lalu menarik celana dalam wanita itu terlepas dari kaki mulusnya.
"Lepaskan aku, bangsat! Bentar lagi suamiku pulang, habis kalian dihajar!" jerit Utami.
Deska dengan rakusnya menjilati area selangkangan berbulu tipis diantara pangkal paha Utami. Sesekali bibirnya menghisap gundukan memek Utami dengan bernafsu.
Bu Utami mencoba menendang tapi kakinya diangkat dan dipegang dengan kencang oleh Yudea. Deni memegang kedua tangan Utami dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya mengeluarkan batang penisnya yang sudah tegang dari balik celananya. Tanpa menunggu lama, Deni mengarahkan batang penisnya ke dalam mulut Utami.
"Aahhhkk..! Sepongin bu Utami! Jangan diem aja! Yeahh... Aaahhh..!!" Deni mengerang keenakan sambil memaju mundurkan kontolnya di mulut Utami. Deska semakin liar menyedot-nyedot gundukan memek Utami samapi pantat besarnya terangkat-angkat dibuatnya. Badannya mulai memanas dan terangsang.
Lendir orgasme memeknya keluar membasahi mulut Deska.
Yudea meminta Deska mengganti tugasnya memegangi kaki Utami. Mau tak mau Deska terpaksa memegang betis Utami yang diangkat tinggi sambil mulutnya tak henti menghisap kemaluan wanita itu.
"Eehhmm...! eeemmmhhp...!" bu Utami mulai merasa terangsang ketika Yudea dengan kasar menarik kebaya panjangnya yang berwarna kuning sehingga beberapa kancingnya terlepas. Beha bu Utami terpampang berwarna putih di depan wajah Yudea. Tak sampai lima detik, beha itu dilepas dilempar ke belakang oleh anak lulusan SMP itu, payudara bu Utami yang berukuran 34D tersembul keluar. Dengan gemas, Yudea meremasi payudara kenyal itu hingga membekas merah. Mulut bu Utami meracau mengeluarkan desahan nafsu syahwatnya.
Batang penis Deni yang menyumbat mulutnya mulai dikulumnya dengan bernafsu. Air liur bu Utami meleleh dipinggir mulutnya menimbulkan suara seperti menyedot.
"aarrghhh...! Aaahhhkk...! Ya ampun... Pelan dikit dong bu Utami! Ngilu rasanya kontolku jadinya!" Deni melenguh sambil kakinya terkangkang menahan ngilu.
loading...
Sepuluh menit berada dalam posisi itu, badan bu Utami kemudian digeser ke pinggir meja. Kali ini ketiga lelaki muda itu beralih posisi. Deni berdiri pada selangkangan bu Utami sambil betisnya dikaitkan pada bahunya. Celananya telah entah kemana. Deska diatas payudara bu Utami sambil menggesek-gesekkan kepala penisnya ke mulut wanita malang itu membujuk untuk membuka mulutnya. Bu Utami agak enggan mengulum batang penis Deska karena ukurannya lebih besar dibandingkan milik Deni. Yudea berdiri di samping meja sambil meremas-remas payudara bu Utami.
loading...
"Santai saja bu Utami... Buka sedikit mulutnya, ya.... Buka dikit aja..." bujuk Deska hilang kesabaran.
"Anak setan! Bentar lagi suami saya pulang, mati kalian semua!" maki bu Utami walau sebenarnya nafsu syahwatnya sudah meledak-ledak.
Naik adrenalin Deni saat mendengat umpatan dari mulut bu Utami. Batang penisnya mengacung dengan keras, Deni mulai menempelkan kepala penisnya pada bibir vagina bu Utami. Bu Utami menggeser-geserkan pantatnya menghindari gerakan penis Deni yang mulai menekan vaginanya. Deni memegangi paha bu Utami mencegahnya bergerak kesana kemari. Betis bu Utami mengangkat-angkat pada bahu Deni.
"Habislah! jangan pikir bu Utami bisa lepas! Wuaaarrghh...!!" Erang Deni, serentak bersamaan dengan terbenamnya batang penis mudanya ke dalam liang vagina bu Utami cukup dalam.
"Aaahhhkkkk...! Abanggg Didittt... tolong Utami...! eerrghh...!" bu Utami menjerit memanggil suaminya.
Melihat mulut bu Utami terbuka lebar, Deska segera menyumbat masuk batang penisnya ke mulut wanita itu. Jeritan bu Utami segera hilang berganti dengan suara desahan tertahan. Deska mulai memaju mundurkan batang penisnya dengan kasar. Hampir tersedak bu Utami dibuatnya saat kepala penis bergesekan dengan anak tekaknya (lek-lekanna).
Deni mulai menggenjot bagian selangkangan bu Utami dengan liar. Bergoyang-goyang meja makan yang menjadi alas tubuh bu Utami. Payudaranya berguncang-guncang menambah kegemasan Deni. Tangan Deni menepis tangan Yudea yang sedang meremasi payudara bu Utami. Digenggamnya buah dada Utami dengan kedua tangannya kuat-kuat samibl menarik-narik puting Utami yang sebesar ujung kelingkingnya dengan gemas, Deni terus menggenjotkan batang penisnya dengan ganas. Rasanya puting Utami akan lepas dibuatnya.
"Aagghhh.. aagghhh.. aarrghhh... Aku mau keluar nih Den...!" teriak Deska sambil terus menekan masuk batang penisnya dengan cepat pada mulut Utami.
"Haaaa... semprotin di mulut perempuan itu aja bang Deska...! Pejuhin mulut kurang ajar perempuan ini!" usul Deni sementara bu Utami menggelengkan kepalanya menolak.
"Buchatt! Aaaahhh... aahh... Aaarrggghhkkk..!" Deska menjerit lalu membenamkan batang penisnya dalam-dalam. Air maninya mengalir keluar memenuhi mulut Utami.
"Oouugghh... uhuk... uhuk... dasar bangsat! Air manimu banyak sekali. Ibu ga keminum semuanya... sialan!" tersedak-sedak Utami mengumpat dengan mulutnya belepotan air mani Deska.
"Wiihh, kering dah kantong menyan gue, bu Utami," Deska duduk kecapekan di meja. Batang penisnya masih sedikit mengacung.
Deni meraung seperti kerbau jantan disembelih, Utami tahu air mani anak itu sedang terkumpul di kantung zakarnya menunggu masuk saluran urat-urat di batang penisnya untuk berejakulasi. Bu Utami mengapit leher Deni dengan betisnya yang terangkat sambil menarik tubuh anak itu lebih merapat dengan kelaminnya. Deni mengerti keinginan bu Utami sambil agak membungkukkan badannya, selangkangan mereka semakin rapat beradu.
"Ayo sini, anak setan...! lama banget tuh pejuh keluarnya..! bu Utami menarik rambut Deni lalu mengecup bibirnya. Lidahnya masuk menyelinap ke dalam mulut Deni. Deni menghisap-hisap lidah bu Utami dengan bernafsu. Sisa air mani Deska yang agak asin masuk ke kerongkongan Deni. Tangan bu Utami menyelinap masuk di selangkangan Deni lalu menggenggam kantung zakar anak itu berharap air mani Deni cepat masuk saluran penis Deni dan berejakulasi. Perlahan kemudian, urat penis Deni mengembang menyusul dengan semburan air maninya deras. Tiba-tiba dengan kasar bu Utami memencet kedua biji zakar Deni.
"Aaarrgghhhh...!!! bu Utamiii... aaahhhkkkk!" Deni meraung dilanda kesakitan sekaligus nikmat. Bersamaan dengan itu air maninya meloncat-loncat tak terkendali memenuhi liang vagina wanita itu. Bu Utami tersenyum nakal. Dia tahu kalau biji zakar Deni ditekan kencang maka airmaninya pasti akan cepat keluar tak tertahankan. Biar lemas tuh anak. Deni jatuh terlentang dibawah meja. Dengkulnya berasa sangat kecapekan.
Yudea melototi kedua temannya telah terkapar puas di pagi lebaran. Bu Utami menoleh ke arah Yudea. Perlahan-lahan wanita itu turun dari meja lalu Utami menghardik garang.
"nah ini seorang lagi, kenapa kamu melotot-lotot begitu!?"
Utami meraba-raba benjolan dibalik celana Yudea. Utami menarik nafas panjang. Benjolan di celana Yudea terlihat lebih besar dibandingkan sewajarnya. Utami segera menarik turun celana Yudea. Terbelalak mata Utami saat melihat celana dalam Yudea seperti mau sobek terdorong kuat oleh daging keras yang bersembunyi dibaliknya. Besar sekali, tidak sesuai dengan usia Yudea yang masih muda. Pantaslah Yudea tak mau membuka celananya. Malu dengan ukurannya yang luar biasa besar.
Utami merengkuh daging keras itu untuk mengukur besarnya. Puas dengan taksirannya, Utami menarik paksa celana dalam Yudea hingga mencuat penis Yudea di hadapannya.
"Ya Allah... Gede banget... kaya pisang raja...!" Terkejut luar biasa Utami mendapati ukuran penis Yudea. Batang penis Yudea berukuran sekitar 7 inci. Betul-betul tidak sesuai dengan usia serta tubuhnya yang kurus. Utami benar-benar terangsang. Tak pernah sebelumnya dia mendapatkan batang penis sebesar ini. Liang vaginanya terasa makin melembab. Utami langsung menarik Yudea rapat ke meja. YUdea menurut saja bagai kerbau dicucuk hidung.
"Cepetan dikit ya dek, bentar lagi suami ibu pulang shalat Ied." desak Utami tak sabaran. Utami segera menungging di tepian meja makan. Yudea kelihatan masih bingung, maklumlah masih sangat muda usianya. utami semakin tidak sabar, sambil menoleh ke arah Deska yang duduk di pinggir meja, Utami memanggilnya.
"Hei Deska! Kamu tolongin sebentar si Yudea ini. Penakut bener!" perintah Utami tak sabaran.
Deska segera bangkit menghampiri Yudea. Sambil berdiri di belakang Yudea, Deska memegang batang kontol temannya lalu mengurut-urutnya supaya lebih menegang. Setelah yakin batang penis Yudea cukup keras, Deska mendorongkan kepala penis Yudea masuk ke dalam lubang vagina bu Utami.
"Aaarrggghhh... aahhkkk...! Aduhhhh... Ya Tuhan... Sakit banget! Heeuuuu..." bu Utami menjerit kesakitan yang amat sangat.
Bibir vaginanya seperti ikut masuk ke dalam liang vaginanya.
"Aaaakkkkhh.. eerrgghhhh.. bu Utamiiiii.. lubang memek ibu sempit banget... aahhh...!" Yudea mengerang keenakan.
Bu Utami segera mengkontraksikan dinding vaginanya. Labianya sudah mencengkram erat di sekiliing batang penis Yudea. Dengan dibantu Deska di belakangnya, Yudea mulai menggenjot kejantanannya maju mundur. Tanganya meremas-remas daging pantat bu Utami. Ditampar-tamparnya daging pantat montok wanita itu sampai kemerah-merahan.
"Yaaa.... Begitu, Yudea... Hajar terus bu Utami kaya gitu... Terus genjotin...!" Deska menyemangati Yudea.
"Aaahhkk...! Eerrgghh.. T..t..tolong bentar... yah... Tadi.. siapa.. yang.. lemes.. di pinggir.. m..m..meja tadi!" bu Utami menyindir Deska sambil vaginanya menerima genjotan kasar penis Yudea dari belakang dengan gerakan memutar.
Tersulut emosi Deska mendengar sindiran Utami. Dengan bantuan Yudea, dia angkat tubuh Utami ke atas meja makan. Utami menungging di atas meja dengan kain kebayanya terbuka hingga sepinggang. Yudea berdiri di belakangnya menarik baju kebayanya kebawah hingga payudara Utami bergelantungan bebas. Jilbab putih yang dipakai Utami sudah awut-awutan berantakan.
Deska naik ke atas meja lalu berbaring di bawah badan Utami. Utami terpaksa mengangkangkan pahanya agar Deska bisa memposisikan diri dibawah selangkangannya. Yudea mencabut batang penisnya terlepas dari jepitan vagina bu Utami. Gantian kini dari bawah Deska menggesekan batang penisnya ke lubang vagina wanita itu. Tangannya merangkul pinggang bu Utami lalu menekankannya ke bawah. Utami tanpa menunggu lama menjejalkan penis Deska dalam liang vaginanya hingga terbenam sekujur batang penis Deska tertelan vaginanya.
"Eerrgghh... mmm.. aaiissshhk.." bu Utami mengerang keenakan.
Yudea yang masih di belakang badan bu Utami melihat lubang dubur bu Utami yang yang berkontraksi seolah menantikan sodokan batang penisnya. Perlahan-lahan Yudea menggarukan batang penisnya pada lubang dubur bu Utami.
Utami yang sedang asyik menaiki badan Deska terkejut bukan main saat merasakan sesuatu yang keras berada di pintu lubang duburnya. Bu Utami segera menoleh ke belakang.
"Eh.. Yudea, udah gila lu ya..!? jangan masuk lubang itu!! Dosa...!" bentak bu Utami keras.
"Kamu gak usah peduliin bu Utami! kamu colok aja liang pantatnya. Enak loh! Pasti lebih ngegigit sempit!" Deska memanas-manasi sambil terus menggenjoti liang kemaluan bu Utami.
Yudea memegang pinggang bu Utami erat-erat. Bu Utami mencoba mengelak dengan menggoyang-goyangkan pantatnya namun Yudea tidak memberi kesempatan bu Utami untuk menolak. Dengan cepat YUdea mendorong liang pantat bu Utami dengan penisnya.
"Aaiihshhhh... Aaddduuhhhh.. Ya Tuhaannn...!" bu Utami meraung-raung seperti kesetanan. Terasa mau sobek liang duburnya dijejali paksa dengan batang penis Yudea yang sangat besar. Kali ini badan bu Utami terperangkap layaknya sandwich. Kedua lubang paling rahasianya tengah disodoki oleh dua orang anak tetangganya. Lagu 'Selamat hari Lebaran' milik GIGI yang sedang mengalun dari radio tapenya mengimbangi jeritan serta desah birahinya.
Perih kesakitan slih bergantian dengan kenikmatan. Deska semakin mempercepat genjotan batang kontolnya di liang memek, sementara Yudea semakin garang menyodoki lubang anus bu Utami. Deni yang sedari tadi hanya terbaring menonton bangkit ingin menikmati tubuh bu Utami.
Deni berdiri di hadapan bu Utami sambil memegang kepala bu Utami yang masih mengenakan jilbab putih acak-acakan, Deni menjejalkan batang penisnya ke mulut wanita itu. Sambil diiringi oleh lagu bertemakan lebaran yang mengalun dari speaker radio tape, ketiga remaja tanggung bekerjasama menikmati hidangan di pagi hari lebaran, yaitu tubuh bu Utami.
Tuntaslah sudah hajat ketiganya membalas penghinaan yang mereka dapatkan dari sang tetangga yang menawan, bu Utami. Kini mereka bertiga asyik menikmati kenikmatan yang ditawarkan tubuh montok bu Utami.
"Eemmmpphh... mmmpppp... uuugghh..!" Bersusah payah bu Utami menerima serangan serentak dari ketiga anak lelaki itu. Deni semakin bernafsu menggenjotkan penisnya di mulut bu Utami. Air liur meleleh-leleh di ujung bibir bu Utami. Jilbab putihnya suda hampir menutupi seluruh wajahnya karena dengan brutal ditarik oleh Deni. Semrawut sudah jilbab barunya itu.
Deskapun dari bawah badan bu Utami dengan gencar memompakan batang penisnya pada vagina wanita itu. Vagina bu Utami benar-benar terasa sesak. Kepala penis Deska menyodoki dasar vaginanya hingga perutnya terasa perih.
Paling menyiksanya sekali adalah batang kontol Yudea yang begitu kasar menghentak-hentak lubang duburnya. Tidak cukup dengan itu, Yudea memutar-mutar batang penisnya hingga otot gerbang liang dubur bu Utami kembang kempis menerima sodokan kasar penis anak lelaki itu.
Tak pernah terlintas dalam benak bu Utami bahwa lebaran Idul fitri tahun ini akan disambut dengan pesta percintaan bersama anak-anak tetangganya. Mestinya di hari lebaran ini mereka bersilaturahmi saling memaafkan, namun sebaliknya mereka mengerjai tubuhku di atas meja makan. Baru saja meminta maaf malah dilanjutkan dengan perbuatan biadab, pikir bu Utami sambil badannya masih berkelojotan digenjoti pada tiga lubang kenikmatan miliknya.
"Aaarrgghh... aaahhhh.. rasain nih...!" Deni meraung sambil menekan kepala bu Utami serapat mungkin. hampir terlepas jilbab di kepala bu Utami. Croott.. croottt..croott..! Air mani Deni menyembur dalam mulut bu Utami hingga ke kerongkongan. Rasanya anyir air mani Deni. Banyak makan ikan kayaknya. Deni cabut batang penisnya lalu terlentang di lantai.
"Aaahhh... aahhh... Aaadddooohh... Nih semburan buceng super.. aarrrgghh!" giliran Deska hendak berejakulasi. Deska lalu mencabut penisnya lalu bangun berdiri di atas meja makan, Deska mengarahkan kepala kontolnya ke mulut bu Utami. Utami segera mngocok batang kontol pemuda itu berharap keluar lagi air maninya. Crreeeett.. Creeeeett.. Creeeett! Semburan air mani Deska membasahi pipi mulus lalu meleleh turun ke dagu bu Utami. Utami lalu mengecup kepala kontol Deska, menghisap sisa-sisa sperma yang masih ada. Terasa asin, banyak makan ajinomoto kayaknya.
Yudea masih belum menunjukan tanda-tanda kecapekan sedangkan bu Utami sudah sangat tersiksa. Matanya melirik ke arah jam dinding, sudah pukul 8.30 pagi, suami dan anaknya mungkin sudah selesai shalat Ied sedang dalam perjalanan pulang. Tak dapat dibayangkannya apa reaksi mereka mendapati kejadian yang menimpanya. Suaminya pasti terkaget-kaget melihat istri kesayangannya sedang menungging di atas meja sambil anak tetangga sendiri menggenjoti dengan liar lubang dubur istrinya dengan batang kontol yang besar. Anak lelaki kesayangannya juga pasti heran jika sempat melihat ibunya mengerang-erang keras sambil seorang anak laki-laki menghentakan tititnya ke lubang pantat ibunya.
Meja makan yang dibeli suami bu Utami tahun lalu mulai reot, payudara bu Utami mengayun kesana kemari lantaran lonjakan badan pemiliknya tak terkendali. Tiba-tiba Yudea menarik keluar batang penisnya, bu Utami sempat berpikir Yudea akan berejakulasi namun dugaannya meleset. Anak lelaki itu justru memutar badan bu Utami mengangkat terlentang ke atas meja.
Baju serta kain kebaya barunya sudah teronggok kusut di pinggangnya. Jilbab putihnya masih menempel dikepalanya, tanda Islam yang sudah tercemar. Yudea menaiki atas meja mengangkang di antara pangkal paha Utami. Sambil memegangi betisnya, Yudea mendorong kaki Utami ke arah susunya hingga badan bu Utami terlipat dengan posisi lubang dubur terangkat tinggi.
Yudea kembali menjejalkan batang kontolnya yang masih menegang ke lubang pantat wanita itu. Dahi bu Utami mengernyit menahan perih untuk kedua kali, kali ini Yudea menarik batang penisnya sampai ujung sebelum mendorongnya masuk dengan kasar. Rasanya hampir putus usus bu Utami kesakitan karenanya, tangannya menggapai gapai pinggiran meja menggapai apa saja untuk digenggam menahan perih. Tiba-tiba bu Utami melihat Deni dan Deska sudah bangkit kembali berdiri di pinggiran meja, batang penis dua anak itu kembali menegang saat melihat Utami dijamah dengan liar oleh Yudea.
Utami segera menggapai batang penis Deni dan Deska. Dikocoknya dengan kencang mengimbangi rasa perih yang diperoleh dari sodokan Yudea di lubang pantatnya. Deni dan Deska mengerang keenakan diperlakukan demikian.
"Aaahhh... oouhh... Selamat hari lebaran Desskaa... aahhh... Gak nyangka lebaran ini kontol kita diservis sama bu Utamiii eeeerrrghhh...!" Deni dan Deska bersalaman di atas badan bu Utami sambil bersamaan tangan bu Utami dengan ganas mengocok penis mereka.
Yudea hanya tersenyum melihat tingkah Deni dan Deska. Keringatnya menetes di atas muka bu Utami, sudah sepuluh menit lebih badan bu Utami terlipat dua, pinggangnya terasa mau copot. Batang penisnya masih ganas mengocok lubang pantat bu Utami. Kaki bu Utami hampir kaku mati rasa, tak pernah sebelumnya dia disetubuhi dalam posisi tersiksa seperti ini.
"Aaahhh... aaahhhkkk.. Ya Tuhaann.... aaahhhkkk.. Eerrgghhhh...!" Yudea meraung kencang menandakan hampir berejakulasi, kantung zakarnya terasa perih dan panas menandakan air maninya sudah mendidih siap dikeluarkan.
Kemudian dengan tergesa, Yudea mencabut batang penisnya dari lubang dubur Utami, anak itu naik mengangkangi payudara bu Utami. Wanita itu segera memasukan batang penis Yudea ke mulutnya lalu menghisapnya dengan bernafsu.
"Eeaaarrgggghhh....! Selamat hari lebaran, Mohon maaf lahir bathin bu Utamiii... aarrrgghhh....aahhhkkk...!" bersamaan dengan ucapan selamat hari raya itu air mani Yudea menyembur memenuhi mulut bu Utami.
"Ooouuughhhh... uhuk... uhuk...! uugghhhh...! banyak banget air manimu Yudea... Sebulan gak dikeluarin yah..? Ouugghh..!!" bu Utami melenguh tersedak. Air mani Yudea terasa agak manis, barangkali banyak makan cokelat.
"Aaooohh.. bu Utamiii, giliran kami kali ini...! Yeeaaahhhhh..." Deni dan Deska mengerang sambil air mani mereka berlompatan terputus-putus, bu Utami segera mendekatkan batang penis mereka merapat ke mulutnya. Kedua anak itu berusaha mengarahkan semburan maninya mengarah pada mulut bu Utami namun semburan mani mereka tak terbendung berloncatan ke arah wajah bu Utami membasahi kening, hidung, bulu mata, pipi dan dagu. Habis make-up bu Utami yang terpasang cantik sebelumnya berganti dengan lendir pejuh ketiga anak tetangganya. Bu Utami tak menyangka di hari lebaran akan bersarapan dengan air mani anak-anak muda tetangganya. Bu Utami tergolek lemas di atas meja makan dengan wajah belepotan air mani Yudea, Deni dan Deska. Kain jilbab putih hampir terlepas dari kepalanya dengan warna putihnya ternodai tumpahan air mani. Baju serta kebayanya masih menempel ketat di pinggang tanpa dilepas saat disetubuhi ketiga anak laki-laki itu. Yudea, Deni dan Deska kembali memakai pakaian mereka yang berserakan.
"Emmm.. Selamat hari Lebaran, bu Utami. Kami pulang dulu ya. Kalau suami udah pulang, titipkan salam kami. Bilang kami sudah kenyang dengan hidangan daging bu Utami, empuk dan gurih... Mohon maaf lahir dan bathin...!" dengan santai Yudea, Deni dan Deska meninggalkan bu Utami yang sudah tidak bertenaga untuk menjawabnya. Utami memejamkan matanya, entah apa yang akan dikatakan pada suaminya saat pulang.
☆☆☆☆☆
Jam di tangannya menunjukkan jam 8.50 pagi, tak sabar rasanya Didit ingin bersarapan dengan istri tersayang. Anaknya sibuk merengek ingin pulang pada ibunya. Setibanya di depan pintu tempat tinggalnya, Didit keheranan dengan suara alunan lagu lebaran dari radio tape yang distel kencang-kencang dari dalam. Pintu tempat tinggalnya terbuka lebar.
Baru saja kakinya melangkah masuk, Didit semakin heran dengan ketupat opor yang berhamburan tumpah di lantai. Karpet rumahnya dikotori lauk dan sayur yang pecah wadahnya. Akhirnya mata Didit terpaku pada tubuh istrinya yang terbaring lemas di atas meja makan dengan jilbab acak-acakan serta baju kebayanya tersingkap hingga pinggang,
"Mama... kenapa mama tiduran di atas meja?!" anaknya mengguncang-guncangkan pinggul bu Utami.
"Utami! Apa yang terjadi, Sayang...? Siapa yang...?" kata-kata Didit terhenti saat melihat wajah istrinya. Mata Utami terpejam rapat, tampaknya istrinya tertidur karena kecapekan. Wajah istrinya penuh dengan cairan gumpalan lendir yang mulai kering. Didit memegang gumpalan itu dan mengetahui cairan itu air mani laki-laki. Entah milik siapa pikirnya. Yang pasti bukan hanya dari seorang laki-laki karena jumlahnya yang banyak yang masih meleleh keluar dari mulut Utami. Pasti masih banyak menggenang air mani di dalam mulut istrinya itu. Di celah vagina istrinya juga terlihat beberapa gumpalan sperma masih kental. Ada juga bekas air mani di lubang dubur Utami.
"Bangsat! Depan belakang istriku disetubuhi!" bentak hati Didit. Tapi yang paling membuatnya shock terperanjat adalah senyuman pada bibir Utami... KEPUASAN!
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT