Tetangga Di Depan Rumah Yang Ramah

Awal dari segalanya adalah cerita dari istriku di saat akan tidur, yang mengatakan bahwa Evi tetangga depan rumah aku ternyata mempunyai suami yang impoten.

Aku agak terkejut tidak menyangka sama sekali, karna dilihat dari postur suaminya yang tinggi tegap rasanya tidak mungkin.
Memang yang aku tahu mereka telah berumah tangga sekitar lima tahun tapi belum dikaruniai seorang anak pun.
Bener pah, tadi Evi cerita sendiri sama mama.
kata istriku seolah menjawab keraguanku,
Wah, kasihan banget ya mah, jadi dia tidak bisa mencapai kepuasan dong mah? 
pancingku.
Iya.
sahut istriku singkat.
Pikiran aku kembali menerawang ke sosok yang diceritakan istriku, tetangga depan rumahku yang menurutku sangat cantik dan indah.

Aku suka melihatnya kala pagi dia sedang berolahraga di depan rumahku yang tentunya di depan rumahku juga.

Kebetulan tempat tinggal aku berada di cluster yang cukup elite, sehingga tidak ada pagar disetip rumah, dan jalanan bisa dijadikan tempat olahraga.
Aku perkirakan tingginya 170an dan berat mungkin 60an, tinggi dan berisi, kadang saat dia olahraga pagi aku sering mencuri pandang pahanya yang putih dan mulus karena hanya mengenakan celana pendek, pinggulnya yang besar sungguh kontras dengan pinggangnya yang ramping.

Dan yang sering bikin aku pusing adalah dia selalu mengenakan kaos tanpa lengan, sehingga saat dia mengangkat tangan aku dapat melihat tonjolan buah dadanya yang kelihatannya begitu padat bergoyang mengikuti gerakan tubuhnya.  
loading...

Satu hal lagi yang membuat aku betah memandangnya adalah bulu ketiaknya yang lebat, ya lebat sekali, aku sendiri tidak mengerti kenapa dia tidak mencukur bulu ketiaknya, tapi jujur saja aku justru paling bernafsu saat melihat bulu ketiaknya yang hitam, kontras dengan tonjolan buah dadanya yang sangat putih mulus. 

Tapi ya aku hanya bisa memandang saja karna bagaimanapun juga dia adalah tetanggaku dan suaminya adalah teman aku. 

Namun cerita istriku yang mengatakan suaminya impoten jelas membuat aku mengkhayal tidak karuan, dan entah ide dari mana, aku langsung bicara ke istriku yang kelihatannya sudah mulai pulas.
Menyusun Rencana Untuk Evi
Mah.......
panggilku pelan.
Hem.
istriku hanya mengungam saja
Bagaimana kalau kita kerja in Evi.
tanyaku.
Haaa... Maksud papa?
istriku terkejut dan membuka matanya.

Aku agak ragu juga menyampaikannya, tapi karena sudah terlanjur juga akhirnya aku ungkapkan juga ke istriku,
Ya, kita kerja in Evi, sampai dia tidak tahan menahan nafsunya... 
Buat apa? dan bagaimana caranya?.
uber istriku

Lalu aku uraikan cara-cara memancing birahi Evi, bisa dengan seolah-olah tidak sengaja melihat, naik melihat senjata aku atau saat kamu ml, istriku agak terkejut juga.

Apalagi setelah aku uraikan tujuan akhirnya aku menikmati tubuh Evi, dia marah dan tersinggung
Papa sudah gila ya, mentang-mentang mama sudah tidak menarik lagi!
ambek istriku.

Tapi untunglah setelah aku beri penjelasan bahwa aku hanya sekedar mengejek saja dan aku hanya mengungkapkan saja tanpa bermaksud memaksa mengiyakan rencanaku, istriku mulai melunak dan akhirnya kata-kata yang aku tunggu dari mulutnya terucap.
Oke pah, kayanya seru juga, tapi ingat.... jangan sampai kecantol, dan jangan mengurangi jatah mama.
ancam istriku.

Aku senang banget dengarnya, aku langsung cium kening istriku.
Ya pasti dong mah, lagian selama ini kan mama sendiri yang tidak mau setiap hari.
sahutku.
Kan lumayan buat mengisi hari kosong saat mama tidak mau main.
kataku bercanda.

Istriku hanya terdiam cemberut manja.. mungkin juga membenarkan libidoku yang terlalu tinggi dan libidonya yang cenderung rendah.
Menjalankan Skenario
Keesokan paginya, kebetulan hari Sabtu , hari libur kerja, setelah kompromi dengan istriku, kami menjalankan rencana satu.

Pukul 5.30 pagi istriku keluar berolahraga dan tentunya bertemu dengan Evi, aku mengintip mereka dari jendela atas rumah aku dengan degdeg’an.

Setelah aku melihat mereka mengobrol serius, aku mulai menjalankan aksiku, aku yakin istriku sedang membicarakan bahwa aku bernafsu tinggi dan kadang tidak sanggup melayani, dan sesuai skenario.

Aku harus berjalan di jendela sehingga mereka melihat aku dalam keadaan telanjang dengan senjata tegang, dan tidak sulit buatku karena sedari tadi melihat Evi berolahraga saja senjataku sudah menegang kaku.

Aku buka celana pendekku hingga telanjang, senjataku berdiri menunjuk langit, lalu aku berjalan melewati jendela sambil menyampirkan handuk di pundakku seolah-olah mau mandi.

Aku yakin mereka melihat dengan jelas karena suasana pagi yang belum begitu terang kontras dengan keadaan kamarku yang terang benderang.

Tapi untuk memastikannya aku balik kembali berpura-pura ada yang tertinggal dan lewat sekali lagi.

Sesampai dikamar mandiku, aku segera menyiram kepalaku yang panas akibat birahiku yang naik, hemm segarnya, ternyata siraman air dingin dapat menetralkan otakku yang panas.

Setelah mandi aku duduk diteras berteman secangkir kopi dan koran, aku melihat mereka berdua masih mengobrol.

Aku mengangguk ke Evi yang kebetulan melihat aku sebagai pertanda menyapa, aku melihat roma merah dìwajahnya, entah apa yang dibicarakan istriku saat itu.

Masih dengan peluh bercucuran istriku yang masih kelihatan indah juga memberikan jari jempolnya ke aku yang sedang asyik baca koran, pasti pertanda bagus pikirku, aku segera menyusul istriku dan menanyakannya
Bagaimana mah?
kejarku.

istriku cuma tersenyum.
Kok jadi papa yang nafsu sìh.
candanya.

Aku setengah malu juga, akhirnya istriku cerita juga, katanya wajah Evi kelihatan horny saat dengar bahwa nafsu aku berlebihan, apalagi pas melihat aku lewat dengan senjata tegang di jendela, roman mukanya berubah.
Sepertinya Evi sangat bernafsu pah....
kata istriku.
Malah dia bilang mama beruntung punya suami kaya papa, tidak seperti dia yang cuma dìpuaskan oleh jari-jari suaminya saja.
Ooooooh.....
aku cuma mengangguk setelah tahu begitu,
Terus, selanjutnya bagaimana mah? 
pancing aku
Yah terserah papa saja, kan papa yang punya rencana.
aku terdiam dengan seribu khayalan indah,
Ok deh, kita pikirkan dulu ya mah.....
singkat kataku.
Pucuk Dicinta Ulam Tiba
Aku kembali melanjutkan membaca koran yang sempat tertunda, baru saja duduk aku melihat suami Evi berangkat kerja dengan mobilnya dan sempat menyapaku
Pak, lagi santai, yuk berangkat pak.
sapanya akrab

Aku menjawab sapaannya dengan tersenyum dan lambaian tangan.

Ini adalah kesempatan besar, Evi di rumah sendiri, tapu bagaimana caranya? aku memutar otak, konsentrasiku tidak pada koran tapi mencari cara untuk memancing gairah Evi dan menyetubuhinya, tapi bagaimana....

Sedang asyiknya pikir, tahu-tahu orang yang aku khayali ada di depan mataku,
Wah, lagi nyatai nìh pak, mbak Yeni ada pak?
sapanya sambil menyebut nama istriku
Eh mbak Evi, ada di dalam mbak, masuk saja.
jawabku setengah gugup

Evi melangkah memasuki rumahku, aku cuma memperhatikan pantatnya yang bahenol bergoyang seolah memanggilku untuk meremasnya.

Aku kembali hanyut dengan pikiranku, tapi keberadaan Evi di rumahku jelas membuat aku segera beranjak dari teras dan masuk ke rumah juga, aku ingin melihat mereka, ternyata mereka sedang asyik mengobrol di ruang tamu, obrolan mereka mendadak terhenti setelah aku masuk,
Hayo, pagi-pagi sudah menggosip! pasti lagi ngomong in yang seru-seru ya.
candaku, dan mereka berdua hanya tersenyum merespon ulahku

Aku segera masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku, aku menatap langit kamar, dan akhirnya mataku tertuju pada jendela kamar yang hordennya terbuka.

Tentunya mereka bisa melihat aku pikirku, karena di kamar posisinya lebih terang dari diruang tamu, tentunya mereka bisa melihat aku, meskipun aku tidak bisa melihat mereka mengobrol?

Refleks aku bangkit dari tempat tidur dan menggeser sofa ke sudut yang aku perkirakan mereka dapat melihat, lalu aku lepas celana pendekku dan mulai mengocok senjataku, ehmm sungguh nikmat, aku bayangkan Evi sedang melihatku ngocok dan sedang horny, senjataku langsung kaku.

Tapi tìba-tiba saja pintu kamarku terbuka, istriku masuk dan langsung menutup kembali pintu kamar.
Papa, apa-apaan sìh.... Pag-pagi uda ngocok, dari ruang tamu kan kelihatan...
semprot istriku
Haaaaa?, masa iya? 
tanyaku pura-pura bego.
Evi sampai malu dan pulang.
cerocosnya lagi.

Aku hanya terdiam mendengar Evi pulang mendadak gairahku jadi drop, lalu aku kenakan kembali celanaku.
Kesempatan Datang Tanpa Direncanakan
Sampai siang aku sama sekali belum menemukan cara untuk memancingnya, sampai istriku pergi mau arisan aku cuma rebahan di kamar memikirkan cara untuk menikmati tubuh Evi,
Pasti lagi melamun tentang Evi ya, bengong terus, awas ya bertindak sendiri tanpa mama.
ancam istriku
Mama mau arisan dulu sebentar.
aku cuma mengangguk saja.

5 menit setelah istriku pergi, aku terbangun karna di depan rumah terdengar suara gaduh.
Aku keluar dan melihat anakku yang Laki bersama teman-temannya ada di teras rumah Evi dengan wajah ketakutan.

Aku segera menghampirinya, dan ternyata bola yang dimainkan anakku dan teman-temannya mengenai lampu taman rumah Evi hingga pecah.

Aku segera minta maaf ke Evi dan berjanji akan menggantinya, anakku dan teman-temannya aku menyuruh bermain di lapangan yang agak jauh dari rumah.
Mbak Evi, aku pamit dulu ya, mau beli lampu buat mengganti.
pamitku
Eh tidak usah pak, biar saja, namanya juga anak-anak, lagian aku ada lampu bekasnya yang dari developer dia gudang. 
Kalau Tidak keberatan nanti tolong dipasang yang bekasnya.
Aku lihat memang lampu yang pecah sudah bukan standar dari developer, tapi otakku jadi panas melihat cara bicaranya dengan senyumnya dan membuat aku horny sendiri.
Kalau begitu mbak tolong ambil lampunya, nanti aku pasang.
 kataku
Wah aku tidak sampai pak, tolong diambili di dalam.
senyumnya.

Kesempatan datang tanpa direncanakan, aku mengangguk mengikuti langkahnya, lalu Evi menunjukkan gudang diatas kamar mandinya, ternyata dia memanfaatkan ruang kosong diatas kamar mandinya untuk gudang.
Wah tinggi mbak, aku tidak sampai, mbak ada tangga?
tanyaku.
Tidak ada pak, kalau pakai bangku sampai tidak.
tanyanya.
Coba saja...
kataku.

Evi berjalan ke dapur mengambil bangku, lambaian pinggulnya yang bulat seolah memanggilku untuk segera menikmatinya, meskipun tertutup rapat, namun aku bisa membayangkan kenikmatan di dalam dasternya.

lamunanku terputus setelah Evi menaruh bangku tepat didepanku, aku segera naik, tapi ternyata tanganku masih tak sampai meraih handle pintu gudang,
Tidak sampai mbak.
kataku

Aku lihat Evi agak kebingungan,
Dulu naruknya di mana mbak?
tanyaku
Dulu kan ada tukang yang naruk, mereka punya tangga. Kalau begitu aku pinjam tangga dulu ya mbak sama tetangga.

Aku segera keluar mencari pinjaman tangga, tapi aku sudah merencanakan hal gila.

Setelah dapat pinjaman tangga aluminium, aku ke rumah dulu, aku lepaskan celana dalamku.

Hingga aku hanya mengenakan celana pendek berbahan kaos, aku kembali ke rumah Evi dengan membawa tangga.
Aku Melihat Evi Sedang Masturbasi
Akhirnya aku berhasil mengambil lampunya. dan langsung memasangnya, tapi ternyata dudukan lampunya berbeda, lampu yang lama lebih besar, aku kembali ke dalam rumah dan mencari dudukan lampu yang lamanya, tapi sudah aku acak-acakan semua tetapi tidak ketemu juga, aku turun dan memanggil Evi.

Namun aku sama sekali tak melihatnya atau sahutannya saat kupanggil, Pasti ada dikamar, pikirku. Wah bisa gagal rencanaku memancungnya jika Evi dikamar terus, aku segera menuju kamarnya.

Namun sebelum mengetuknya niat isengku timbul, aku coba mengintip dari lubang kunci dan ternyata….

Aku dapat pemandangan bagus, aku lihat Evi sedang telanjang bulat di atas tempat tidurannya, jari-jarinya meremas buah dadanya sendiri, sedangkan tangan yang satunya menggesek-gesek klitorisnya.

Aku gemetar menahan nafsu, senjataku langsung membesar dan mengeras, andai saja tangan aku yang meremas buah dadanya…

Sedang asyik-asyiknya mengkhayal tiba-tiba Evi beranjak dari tempat tidurannya dan mengenakan pakaian kembali, mungkin dia ingat ada tamu.

Aku segera lari dan pura-pura mencari ke gudang, senjataku yang masih tegang aku biarkan menonjol jelas di celana pendekku yang tanpa cd.
Loh, mencari apalagi pak?
aku lihat muka Evi memerah, ia pasti melihat tonjolan besar di celanaku
Inì mbak, dudukannya lain dengan lampu yang pecah.
aku turun dari tangga dan menunjukkan kepadanya, aku pura-pura tidak tahu keadaan celanaku, Evi tampak sedikit resah saat bicara.
Jadi bagaimana ya pak? mesti beli baru dong.
suara Evi terdengar serak, mungkin ia menahan nafsu melihat senjataku dibalik celana pendekku, apalagi dia tadi sedang masturbasi.
Mencoba Memancing
Aku pura-pura berpikir, padahal dalam hati aku bersorak karena sudah 60% Evi aku kuasai,

Tapi benar sih aku lagi memikir, tapi memikirkan bagaimana cara supaya masuk dalam kamarnya dan menikmati tubuhnya yang begitu sempurna??
Kayanya dulu ada pak. coba aku yang cari.
suara Evi mengagetkan lamunanku, lalu ia menaiki tangga, dan sepertinya Evi sengaja memancingku.

Aku dibawah jelas melihat paha gempalnya yang putih mulus tak bercela, dan ternyata Evi sama sekali tidak mengenakan celana dalam.

Tapi sepertinya Evi cuek saja, semakin lama diatas aku semakin tak tahan, senjataku sudah basah oleh pelumas pertanda siap melaksanakan tugasnya,

Setelah beberapa menit mencari dan tidak ada juga, Evi turun dari tangga, tapi naas buat dia (Atau malah sengaja) ia tergelincir dari anak tangga pertama.

Tidak tinggi tapi lumayan membuatnya hilang keseimbangan, aku refleks menangkap tubuhnya dan memeluknya dari belakang, hemmm sungguh nikmat sekali.

Meskipun masih terhalang celana dalamku dan dasternya tapi senjataku dapat merasakan kenyalnya pantat Evi, dan aku yakin Evi pun merasakan denyutan hangat dipantatnya,
Maka sih pak.....
Evi tersipu malu dan aku pun berkata maaf berbarengan dengan ucapan maka sihnya.
Tidak papa kok, tapi kok tadi seperti ada yang mengganjal dipantatku ya....
sepertinya Evi mulai berani, aku pun membalasnya dengan gurauan,
Oh itu pertanda senjata siap melaksanakan tugas... 
Tugas apa itu......
Ketika Dia Semakin Terpancing
Aku pun sudah lupa janji dengan istriku yang padahal aku tidak boleh bertindak tanpa sepengetahuannya, aku sudah dikuasai nafsu
Tugas ini mbak...!!!
kataku langsung merangkulnya dalam pelukanku

Aku langsung melumat bibirnya dengan nafsu ternyata Evi pun dengan buas melumat bibirku juga.

Mungkin lapun menunggu keberanianku, ciuman kami panas membara, lidah kami saling melilit seperti ular.

Tangan Evi langsung meremas senjataku, mungkin baru ini dia melihat senjata yang tegang sehingga Evi begitu liar meremasnya.

Aku balas meremas buah dadanya yang begitu kenyal, meskipun dari luar alih bisa pasti in bahwa Evi tidak mengenakan BH, putingnya langsung mencuat, aku pilin pelan putingnya, tanganku yang satu meremas bongkahan pantatnya yang mulus, cumbuan kami semakin panas bergelora.
Pindah Kedalam Kamarnya
Tapi tiba-tiba
Sebentar mas!
Evi berlari ke depan ternyata ia mengunci pintu depan, aku cuma melongo dìpanggìl dengan mas yang menunjukkan keakraban
Sini mas!
ia memanggilku masuk ke kamarnya

Aku segera berlari kecil menuju kamarnya, Evi langsung melepas dasternya, dia bugil tanpa sehelai benang pun di depan mataku.

Sungguh keindahan yang benar-benar luar biasa, aku terpana sejenak melihat putih mulusnya badan Evi.

Bulu kemaluannya yang lebat menghitam kontras dengan kulitnya yang bersih. lekuk pinggangnya sungguh indah.

Tapi hanya sekejap saja aku terpana, aku langsung melepas kaos dan celana pendekku.

Senjataku yang dari tadi mengeras menunjuk ke atas, tapi ternyata aku kalah buas dengan Evi.

Dia langsung berjongkok di depanku yang masih berdiri dan melumat senjataku dengan rakusnya,

Lidahnya yang lembut terasa hangat menggelitik penisku, mataku terpejam menikmati cumbuannya.

Sungguh benar-benar liar, mungkin karna Evi selama ini tidak pernah melihat senjata yang kaku dan keras.

Kadang ia mengocoknya dengan cepat, aliran kenikmatan menjalari seluruh tubuhku, aku segera menariknya ke atas, lalu mencium bibirnya.
Aroma Gairah Kewanitaan Evi
Nafasnya yang terasa wangi memompa semangatku untuk terus melumat bibirnya, aku dorong tubuhnya yang aduhai ke ranjangnya, aku mulai mengeluarkan jurusku.

Lidahku kini menjalari lehernya yang jenjang dan putih, tanganku aktif meremas-remas buah dadanya lembut, putingnya yang masih kecil dan agak memerah aku pilin-pilin.

Kini dari mataku hanya berjarak sekian cm ke bulu ketiaknya yang begitu lebat, aku hirup aromanya yang khas, sungguh wangi.

Lidahku mulai menjalar ke ketiak dan melingkari buah dadanya yang benar-benar kenyal,

Dan saat lidahku yang hangat melumat putingnya Evi semakin mendesah tak karuan, rambutku habis dijambaknya, kepalaku terus ditekan ke buah dadanya.

Aku semakin semangat, tidak ada sejengkal tubuh Evi yang luput dari sapuan lidahku, bahkan pinggul pantat dan pahanya juga, apalagi saat lidahku sampai di kemaluannya yang berbulu lebat.

Setelah bersusah payah meminggirkan bulunya yang lebat, lidahku sampai juga ke klitorisnya, kemaluannya sudah basah, aku lumat kelitnya dengan lembut.

Evi semakin hanyut, tangannya meremas Sepry pertanda menahan nikmat yang aku berikan, lidahku kini masuk ke dalam lubang kemaluannya, aku semakin asyik dengan aroma kewanitaan Evi yang begitu wangi dan menambah birahiku.

Cinta Demi Cinta
Tapi sedang asyik-asyiknya aku mencumbu vaginanya, Evi tiba-tiba bangun dan langsung mendorongku terlentang, lalu dengan sekali sentakan pantatnya yang bulat dan mulus langsung berada diatas perutku.

Tangannya langsung menuntun senjataku, lalu perlahan pantatnya turun, kepala kemaluanku mulai menyeruak masuk ke dalam kemaluannya yang basah, namun meskipun basah aku merasakan jepitan kemaluannya sangat ketat.

Mungkin karena selama ini hanya jari saja yang masuk ke dalam vaginanya.

Cinta demi cinta senjataku memasuki vaginanya berbarengan dengan pantat Evi yang turun, sampai akhirnya aku merasakan seluruh batang senjataku tertanam dalam vaginanya, sungguh pengalaman indah.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa dengan ketatnya vaginanya meremas otot2-otot senjataku.

Evi terdiam sejenak menikmati penuhnya senjataku dalam kemaluannya, tapi tak lama, pantatnya yang bahenol dan mulus meliuk bergoyang, kadang ke depan ke belakang, kadang ke atas ke bawah.

Peluh sudah bercucuran di tubuh kami, tanganku tidak tinggal diam memberikan rangsangan pada dua buah dadanya yang besar, dan goyangan pinggul Evi semakin lama semakin cepat dan tak beraturan, senjataku seperti diurut dengan lembut, aku mencoba menahan ejakulasiku sekuat mungkin, dan tak lama berselang.

Aku merasakan denyutan vagina Evi di batang senjataku semakin menguat dan akhirnya Evi berteriak keras melepas orgasmenya, giginya menancap keras dibahuku.

Cairan Cintanya
Evi orgasme, aku merasakan hangat di batang senjataku, akhirnya tubuhnya yang sintal terlangkup diatas tubuhku, senjataku masih terbenam didalami kemaluannya, aku biarkan dia sejenak menikmati sisa-sisa orgasmenya.

Setelah beberapa menit aku berbisik ditelinganya,
Mbak, langsung lanjut ya? aku tanggung....
Evi tersenyum dan bangkit dari atas tubuhku, ia duduk dipinggir ranjang,
Maka sih ya mas, baru kali ini aku mengalami orgasme yang luar biasa.
ia kembali melumat bibirku.

Aku yang masih terlentang menerima cumbuan Evi yang semakin liar, benar-benar liar, seluruh tubuhku dijilati dengan rakusnya, bahkan lidahnya yang nakal menyedot dan menjilat putingku.

Sungguh nikmat, aliran daraku seperti mengalir dengan cepat, akhirnya aku ambil kendali.

Dengan gaya konvensional aku kembali memasukkan senjataku dalam kemaluannya, sudah agak mudah tapi tetap masih ketat menjepit senjataku.

Pantatku bergerak turun naik, sambil lidahku mengisap buah dadanya bergantian.

Aku melihat wajah Evi yang cantik memerah pertanda birahinya kembali naik, aku atur tempo permainan.

Aku ingin sebisa mungkin memberikan kepuasan lebih kepadanya, entah sudah berapa gaya yang aku lakukan, dan entah sudah berapa kali Evi orgasme.

Aku tidak menghitungnya, aku hanya ingat terakhir aku oke gaya doggy yang benar-benar luar biasa, pantatnya yang besar memberikan sensasi tersendiri saat aku menggerakkan senjataku keluar masuk.

Dan memang aku benar-benar tak sanggup lagi menahan spermaku saat doggy, aku pacu sekencang mungkin, pantat Evi yang kenyal bergoyang seirama dengan hentikanku,

tapi aku masih ingat satu kesadaran
Mbak dilaur atau di dalam?
tanyaku parau terbawa nafsu sambil terus memompa senjataku.

Evi Pun menjawab dengan serak akibat nafsunya
Di dalam saja mas, aku lagi tidak subur.
dan tak perlu waktu lama, selang beberapa detik setelah Evi menjawab aku hentakkan keras senjataku dalam vaginanya, seluruh tubuhku meregang kaku.

Aliran kenikmatan menuju penisku dan memuntahkan laharnya dalam vagina Evi, ada sekitar sepuluh kedutan nikmat aku tumpahkan ke dalam vaginanya, sementara Evi aku lihat menggigit Sepry di hadapannya, mungkin lapun mengalami orgasme yang ke beberapa kalinya.

Setelah kejadian itu, kelurgaku dan kelurga Evi menjadi seperti saudara. Bahkan Istriku pun mengetahui kejadian itu.

Istriku merasa iba dengan Evi, dan terkadang aku dan istriku mengjak Evi didalam satu kamar. Tapi dengan catatan, Evi tidak boleh mengandung darah dagingku.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT