Cinta Timbul Dari Kepuasan

Berawal dari status Janda yang sudah lama tidak disetubuhi. Namaku Heny, umurku 28 tahun dan status aku sudah janda 3 tahun,

Perjalanan hidupku memang aneh sehingga kisah demi kisah yang terjadi dalam kehidupanku sering membuatku bertanya-tanya,

Meski aku memiliki wajah yang cantik serta kulit yang putih bersih dan bentuk tubuh yang aduhai, soal kesetiaanku tak perlu diragukan apalagi aku tidak pernah niat berselingkuh.

Lalu tragedi terjadi pada diriku sebagai seorang wanita hingga aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain terima kenyataan statusku sebagai janda belum punya anak,

Karena tidak pernah terpikirkan olehku akan mengalami nasib seperti ini, aku sendiri merasa bahwa status janda ini seperti status yang tidak berharga,

Seperti wanita yang terbuang akhirnya akupun di jodohkan kemudian menikah dengan Febri yang jauh lebih muda dariku 6 tahun,

Di malam pertamaku bersama Febri yang sudah diresmikan sebagai suamiku, memang tidak terjadi apa-apa di antara kami meski Febri tidur sekamar denganku dan seterusnya,

Suatu malam hari ketika aku sedang nyenyak tidur, tiba-tiba kurasakan sesuatu yang menyentuh dan merayap rayap dari betis ke pahaku hingga kubuka mataku dan mencoba bertahan,

“Febri, kamu mau ngapain?,” Tanyaku. Seketika dengan nada sedikit terkejut dan dia mendekat ke diriku sambil memelukku,

“Sayang, aku kepengen cobain masa kita nikah secara sah tapi tidak pernah berhubungan?,” Bisik Febri di telingaku. Sambil memeluk tubuhku yang terasa begitu hangat,

“Tapi Febri kamu masih muda, apa sudah pengen ingin merasakan hubungan?,” Jawabku. Karena aku merasa kasihan dengan umur Febri yang jauh lebih muda dariku,

“Sayang,,, tega membiarkanku tersiksa begini? Lihatlah sudah ngaceng begini,” Kata Febri. Sambil menyembulkan senjata Penisnya dari balik celananya,

Dan tangannya memaksa mengarahkan tanganku agar menyentuh dan memegang Batang Penisnya yang tidak pernah kulihat selama masa 3 tahun aku menjanda,

Meski cuma menyentuh sekejap kulangsung tahu bahwa Penisnya jauh lebih panjang dan gede dari pada Penis mantan suamiku dan jujur aku sempat kaget dibuatnya,

“Sayang, seorang istri kan wajib melayani suaminya dan sekarang aku kan suamimu Say,!” Katanya. Aku pun menjadi bingung dan memang benar katanya,

Sedangkan Febri sudah disahkan menjadi suamiku artinya aku berkewajiban melayaninya jika Febri menghendak mengajak berhubungan tubuh,

“Iyaaa, sudahlah,” Bisikku. Sambil meremas remas Penisnya yang sudah tegang itu dengan lembut dan kulihat wajahnya sambil berkata,

“Kukocok aja iya, Febri!” Bisikku. Dan kulihat Febri sambil merayapkan tangannya kearah pangkal pahaku sambil di elus-elus,

“Tapi minimal aku harus menyentuh sayang juga donk, ya!” Katanya. Ketika juga jarinya memaksa masuk ke balik celana dalamku,

Sehingga terasa jarinya mulai menyentuh Vaginaku dan mengelus-elus di bibir Vaginaku hingga membuatku bertanya tanya, apa yang sedang terjadi ini?,

Kalau kubiarkan lelaki muda ini menyetubuhiku, salahkah aku karena dia suamiku Dan kenapa hasrat birahiku ini mendadak sulit dikendalikan?,

Aku pun mulai menikmati elusan jarinya yang membuat kemaluanku mulai basah oleh cairan lendir Vaginaku hingga membuatku akhirnya menyerah,

“Sayang, Matikan dulu ya lampunya Febri, takut ada yang ngintip nanti,” Kataku agak tersendat. Kulihat Febri mengangguk dengan semangat,

Kemudian Febri turun dari tempat tidur dan melangkah kearah sakelar didekat pintu dan mematikan lampu penerangan sehingga kamar ini menjadi gelap,

Pada saat itulah aku menanggalkan daster dan celana dalamku sehingga aku menjadi telanjang bulat di gelapnya kamarku karena biasa tidur aku tidak mengenakan BH-ku,

Terdengar Febri menghampiriku kembali naik ke atas tempat tidur dan mulai menyentuh perut dan Payudaraku pasti dia kaget setelah menyadari bahwa aku sudah telanjang bulat,

Dalam kegelapan kurasakan dia merayapi sekujur tubuhku dan aku merinding-rinding dalam hasrat birahiku yang semakin sulit dikendalikan,

loading...
Bahkan akhirnya kusuruh Febri untuk telanjang juga dan Febri buru-buru menelanjangi diri sendiri kemudian rebah di samping tubuhku,

Kemudian mulai aku merasakan tangannya merayap rayap disekitar kemaluanku yang berbulu lebat dan aku pun melanjutkan kegiatan yang tadi terputus,

Kugenggam batang Penisnya yang jauh lebih besar daripada Penis suamiku dulu, kuremas remas dengan lembut sambil kukocokkan dengan pelan,

Sementara jarinya mulai menyelusup ke liang Vaginaku yang sudah sangat basah ini hingga dalam kegelapan mataku terpejam-pejam dalam hasrat yang semakin menggebu-gebu,

“Beneran kamu kepingin dan sudah tidak bisa nahan lagi ya,?” Tanyaku setengah berbisik. Febri mengiyakan dengan napas tersengal-sengal,

“Yaaa, sudah kalau begitu masukan saja ke dalam ok,” Pintaku. Sambil kuraih batang Penisnya dan kuarahkan ke bibir Vaginaku,

Kemudian kutempelkan kepala Penisnya di mulut Vaginaku dan kuelus-eluskan sesaat di celah bibir Vaginaku sampai akhirnya kuminta agar dia mendorong batang Peniiisnya,

“Ooohhh,,, My good,,, terusss,,, akh,!” Desahku. Kurasakan Penisnya yang besar tegang dan keras itu mulai membenam ke dalam liang Vaginaku,

Sangat terasa batang Penisnya makin didorongnya membuatku mendesah dalam kenikmatan seolah menelusur dari lutut sampai ke ubun-ubun!,

Ketika Febri menjatuhkan dadanya di atas Payudaraku dengan cepat aku sambut dengan pelukan erat di lehernya sambil berbisik,

“Duuuh,,, sudah masuk Feb,,, punyamu besar bangat sih, Terasa bangat Penismu Febri,?!” Bisikku. Terasa hasrat birahiku mulai terpenuhi,

“Iya sayang makasih atas baik hatimu hingga tidak tega membiarkanku tersiksa lagi,!” Bisik Febri. Sambil mencium pipiku dan kemudian bibirku di lumutnya,

“Ayooo,,, Febri ayunkan Penismu,,, ngenjotkan sampai kamu puas Febri, Aaakhhhh,?!” Bisikku belum siap. Dia sudah mulai mengayun batang Penisnya,

Aku mulai terkejang kejang dalam kenikmatan yang sulit kulukiskan dengan kata, sangat terasa gesekan demi gesekan daging Penisnya di dalam liang Vaginaku dengan enak,

Barangkali kalau harus jujur dan kuakui bahwa apa yang sedang kunikmati dengan Febri, sungguh jauh lebih nikmat daripada yang sering kulakukan bersama suamiku dahulu,

Apakah karena aku sudah terlalu lama tidak di setubuhi oleh lelaki atau karena ukuran Penis Febri yang jauh lebih gagah daripada suamiku,

Aku sendiri pun tidak mengerti yang jelas aku benar-benar menikmati persetubuhan dengan pemuda yang jauh lebih muda dariku ini,

Pada mulanya Febri terasa canggung melakukan semuanya ini mungkin karena pertama baginya tapi setelah beberapa menit kemudian,

Kurasakan genjotan Penisnya makin lama makin cepat dan tangannya sambil meremas remas di kedua buah Payudaraku terkadang dia pun menciumi dan menjilati leherku,

Sehingga membuatku serasa melayang ke langit kenikmatan dan aku pun semakin lupa segalanya selain kenikmatan persetubuhan ini,

Pinggul akupun mengikuti seirama gejotannya ketika Penis Febri makin memompa ke Vaginaku, akupun mulai membalas memagut dan Melumat bibirnya,

Dengan penuh desah kenikmatan birahi, bahkan tanganku juga ikut beraksi meremas remas di atas rambutnya sambil menahan kenikmatan yang kuperoleh dengan luar biasa,

Bahwa persetubuhan yang sedang kami alami ini nikmat sekali tapi aku masih berusaha agar tidak sembarangan mencetus dan mendesah dengan kata,

Dan aku mencetuskannya dalam bentuk gerakan tubuhku bahwa terkadang kuangkat kakiku sampai melingkari pinggang Febri,

Sehingga Febri bisa membenamkan seluruh batang Penisnya sedalam mungkin hingga tidak lama kemudian aku merasakan akan mencapai puncak kenikmatanku,

Dipuncak orgasme kuhentak-hentakkan pantatku sehingga Vaginaku menggesek gesekan dengan batang Penis Febri dengan kencangnya,

Saat mencapai puncak kenikmatanku yang membuat seluruh diriku seperti dialiri listrik dari ujung kaki sampai ke ubun-ubun arus birahi dan kenikmatan hingga membuatku melenguh,

 “Aaahhh,,, Febriii,,, aku keluaaaaar ooooohhh,,, aakh,” Jeritku. Dalam kenikmatan yang luar biasa dan tiba-tiba Febri  pun mempercepat gerakan Penisnya,

“Aku juga mau keluar sayang, oooh,” Desahan Febri pun keluar. Lalu sesaat kurasakan Penisnya menyemprotkan cairan hangat dan kental di dalam liang Vaginaku,

Aku biarkan semua itu terjadi tanpa rasa takut karena waktu bercerai dengan suamiku alat KB tetap masih terpasang di dalam rahimku,

Beberapa saat kemudian kurasakan Penis Febri melemas di dalam Vaginaku hingga terlepas dari Vaginaku sendirian,

Kusegera kenakan dasterku lagi tanpa mengenakan celana dalam lalu turun dari tempat tidur dan aku hidupkan kembali lampu kamarku,

Seketika juga kamar kembali menjadi terang lalu kuhampiri Febri yang terlentang dalam keadaan bugil dan kuperhatikan kembali pemuda yang sudah sah menjadi suamiku itu,

Entah kenapa setelah aku disetubuhi olehnya timbul rasa sayangku padanya semakin menjadi dan membuatku melihat Febri sudah lebih dewasa dari aku,

Kemudian aku duduk di samping Febri yang masih telentang bugil dan entah kenapa aku ingin sekali menyentuh Penis yang tadi sudah memberiku kepuasan itu,

“Febri Puas tidak?” Tanyaku. Sambil tanganku meraih kembali batangnya aku remas-remas Penis Febri dan sesekali mengelus elus di kepala Penisnya,

“He,he,he, puas bangat sayang,,, Makasih,” Sahutnya. Sambil meraih pinggangku sehingga aku jadi sama-sama rebah di sampingnya saling berhadapan,

Tidak lama kemudian kurasakan Penis yang sedang kugenggam mulai membesar dan menegang kembali dan aku tahu persis apa yang sedang terjadi di dalam jiwa Febri,

Aku juga tahu persis apa yang sedang terjadi di dalam jiwaku ini sendiri bahwa badai nafsu birahi bergejolak kembali di dalam jiwaku,

Entah dari mana datangnya kekuatanku, aku sendiripun tidak tahu yang aku inginkan saat ini adalah kepuasan batinku yang sudah lama tidak disetubuhi,

Kekuatan ini yang memaksaku bangun dan jongkok di atas pinggul Febri berada di antara kedua lututnya kemudian kugenggam Penisnya kuarahkan ke mulut Vaginaku,

Saat itu aku mengenakan daster tapi tidak mengenakan celana dalam dan BH-ku sehingga dengan mudah kepala Penis Febri bisa langsung kutempelkan ke Vaginaku,

Kemudian kugesekkan di bibir Vaginaku sambil kutekan tekan batang Penisnya yang perkasa itu lalu kegesek-gesekkan kembali sampai akhirnya,

Aaahhh, Penisnya mulai terbenam lagi ke dalam liang Vaginaku! kulihat Febri hanya tersenyum senyum dan tampak senang sekali dengan perlakuanku padanya,

“Kamu mau lagi kan?” Tanyaku. Sambil aku menanggalkan dasterku sementara Penis Febri sudah berada di dalam cengkeraman liang Vaginaku,

“Iyaaa, sayang tentu mau donk,” Sahutnya. Febri sambil memegang ke dua pahaku sambil di elus elus ke dua pahaku dengan lembut,

“Aku juga Febri sudah telanjur nikmat” Sahutku. Sambil aku mulai mengayun pinggulku sehingga Penisnya bergesek kembali di dalam liang Vaginaku,

Sangat terasa kenikmatan yang luar biasa kuperoleh lalu  Febri segera meraih pinggangku kedalam dekapannya sehingga Payudaraku terlungkup ke atas dadanya,

Kini aku yang aktif  hingga menaik turunkan pantatku sehingga liang Vaginaku menggenjot batang Penisnya Sementara Febri pun tidak tinggal diam,

Meski posisinya di bawah dia berusaha menggerakkan Penisnya dengan arah yang berlawanan dengan gerakan Vaginaku kalau saat aku menekan,

Sehingga dia pun memajukan Penisnya kalau Vaginaku ditarik dan dia pun menarik Penisnya terasa kenikmatan yang luar biasa sekali,

Kenikmatan yang seolah tidak pernah kurasakan dari suamiku dulu semasa menjadi istrinya hingga persetubuhan yang terlalu nikmat ini membuatku cepat sekali mencapai puncaknya,

Aku hanya mampu bertahan beberapa saat saja saat menggenjot Penisnya kemudian aku merengek manja dengan nafas tersendak-sendak,

“Akh,,, Feb,,, aku mau keluar, oooh,” Desisku. Lalu kupeluk leher Febri kuat-kuat dan terasa denyut denyutan hebat di dalam Vaginaku waktu puncak orgasmeku,

Oooh,,, Puas sekali batinku sungguh tiada bandingannya dengan apa pun hingga kenikmatan yang kucapai setelah sekian lamanya tidak aku alami di masa jandaku,

Segera tubuhku lemas menimpa tubuhnya, aku tahu bahwa Febri belum orgasme tapi aku tidak kuat lagi main di atas hingga aku berguling ke samping,

Sehingga batang Penisnya terlepas dari Vaginaku setelah menelentang kuarahkan Febri untuk memasukkan kembali batang Penisnya ke dalam Vaginaku,

Kemudian kunikmati lagi ayunan Penisnya di dalam liang Vaginaku yang membuatku terkejang kejang dalam nikmat yang tiada bandingannya,

Hingga kedua pahaku sengaja kurentangkan selebar mungkin supaya Febri leluasa membenamkan Penisnya sedalam mungkin ke dalam Vaginaku,

Febri memanfaatkannya hingga pada waktu membenamkan Penisnya terasa sampai menyundul  ke dasar liang Vaginaku,

Aaaaahhh, ini benar fantastis! Terlebih ketika Febri meremas remas buah Payudaraku sambil mempermainkan Putingnya dan terkadang menjilatinya,

Kenikmatan ini membuatku lupa segalanya sehingga tanpa bisa dikendalikan lagi aku berceloteh dalam bentuk bisikan di dekat telinga Febri

“Duuuh Febriiiii,,, nikmat sekaliii,,, aaah,,, terus enjot yang keras, iya oooh, enakkk, akh,” Desahku tidak karuan. Hanya suara desahan yang bisa kukeluar dari mulutku,

“Iya sayang, ini pengalaman terindah dan pertama dalam hidupku,” Sahut Febri. Sambil menggenjot batang Penisnya semakin lama semakin keras dan cepat,

Sungguh terasa benar batang Penisnya didorong sampai menyundul dasar liang Vaginaku dengan kuatnya mungkin karena ukuran Penisnya yang panjang sekali,

Semuanya membuatku hingga gila dalam kenikmatan yang luar biasa, aku tidak tinggal diam segera kugoyang pantatku sebisa mungkin,

Dengan gerakan meliuk liuk dan menghentak-hentak membuat semakin ganas Febri menggenjotku sambil meremas remas kedua Payudaraku,

Suasana memang berbeda dengan persetubuhan pertama tadi, kami lebih aktif bersetubuh sambil Febri menciumi bibirku dan menjilati leherku,

Karena sekarang semuanya dilakukan dalam keadaan terang hingga Febri pun bisa melihat dengan jelas seluruh tubuhku apalagi ke dua Payudaraku,

Terlihat dari ekspresiku pada saat dia menggenjot Vaginaku dengan gagahnya, meski Penisnya sedang menggenjot liang Vaginaku,

Aku hanya mendesah dalam kenikmatan sambil meremas remas rambut Febri dan sekilas aku teringat waktu nikah denganku,

Febri meski usianya baru 22 tahun tapi sungguh perkasa dalam bersetubuh sehingga kembali aku mencapai puncak kenikmatan orgasme kembali,

Sungguh semua ini merupakan hal baru dalam bersetubuh yang tidak pernah kudapatkan dari suami dahulu dan ketika Febri mencapai puncak kenikmatan,

Jujur saja sebenarnya aku sudah 6 kali mencapai puncak orgasme sehingga wajar kalau aku kecup pipinya sambil berbisik di telinganya,

“Kamu hebat sekali Febri, aku sangat puas sampai enam kali keluar,” Pujiku. Hingga kembali aku mengecupnya dan di lanjutkan ciuman di bibirnya,

“Justru sayang yang hebat, sebentar lagi aku pasti ingin lagi karena sayang sangat menggairahkan,” Sahut Febri. Sambil mencabut batang Penisnya dari liang Vaginaku,

Sekilas kulihat cairan lendir meluap dari Vaginaku ternyata Mani Febri yang sudah bercampur dengan cairan lendir kenikmatanku begitu banyak keluar,

Sehingga timbul rasa sayangku semakin dalam kepada lelaki muda yang sudah memiliki diriku ini tapi aku tak bisa mengutarakan isi hatiku,

Aku hanya bisa mengelus elus dada Febri yang masih telanjang walaupun dia sudah sah  menjadi suamiku yang kedua sambil sesekali Febri juga mengelus buah Payudaraku,

Suasana hening sesaat sehingga tiba-tiba Febri menggumuliku tubuhku kembali meski masih letih, kusambut Febri dengan bisikkan dan pelukan mesra,

“Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan, sayang,” Bisikku. Dan terjadilah persetubuhan ketiga kalinya di malam itu hingga persetubuhan yang membuatku terkapar dalam kepuasan,

Febri membuktikan katanya di hari-hari berikutnya dia selalu menyetubuhiku setiap malam hingga aku benar-benar puas dalam batinku,

Dalam semalam dia selalu menyetubuhiku lebih dari dua ronde dan istirahatnya hanya pada waktu aku datang bulan saja, tapi setelah aku bersih,

Febri benar-benar kembali ganas menyetubuhiku sampai berkali kali, Pernah aku dari jam delapan malam sampai dini hari aku di setubuhi! Luar biasa perkasanya Febri itu,

Ketika Febri menyetubuhiku, aku selalu meladeninya dengan perasaan cinta hingga akhirnya harus kuakui bahwa aku kembali telanjur mencintai Febri walaupun pernah tersakiti.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT