Dengan Perasaan Bersalah

Berawal dari sudah lama tidak persetubuhan berakhir bersama mertuaku sendiri. Namaku Windi, umurku 36 tahun dan aku sudah berkeluarga beranak satu.

Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia karena memang aku nikah dengan suamiku dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun.

Setelah lewat 2 bulan dari melahirkan, suamiku masih takut untuk bersetubuhan mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan.

Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali.

Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor karena maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi jadi pulangnya sering terlambat.

Sehingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku berada di Amerika akan datang ke tempat kami.

Selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama anak perempuannya yang menikah dengan orang sana mereka datang kali ini karena sesuatu urusan.

Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport  dan kulihat rupanya ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an.

Tubuhnya yang tinggi besar dengan kulit gelap masih tegap dan berotot kelihatannya dia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga.

“Hei, nak Windi, Apa khabarmu,!” Sapa ayah mertua bertanya padaku.

“Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika,?” Balasku.

“Oh,,, Ibu baik-baik saja, Ibu tidak bisa ikut karena kakinya agak sakit,” Jawabnya.

“Ayo,,, kita ke rumah,” Sambung suamiku. Sejak adanya ayah di rumah ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami.

Sekarang suasana di rumah menjadi hangat dengan penuh canda serta tawa memang ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri dan mengambil hati orang.

Dengan adanya ayah mertua di rumah, suamiku tetap saja sibuk dalam pekerjaannya sampai malam dan seminggu sejak kedatangan ayah mertua sampai terjadilah peristiwa ini.

Suatu hari Sore itu aku habis senam seperti biasanya karena sejak sebulan setelah melahirkan aku mulai kembali bersenam.

Setelah merasa cukup kuat kembali aku mulai bersenam untuk melemaskan tubuhku biar bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing.

Karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat setelah mandi aku langsung makan dan kemudian menyusui si kecil di kamar.

Mungkin karena badan terasa pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya,

Kemudian aku berbaring di tempat tidur karena sudah sangat mengantuk tanpa terasa aku langsung tertidur puas bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar.

Setengah bermimpi aku merasakan tubuhku begitu nyaman terasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh.

Terasa nyaman sekali sehingga membuatku melayang-layang tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan lahan.

Dalam tidurku aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuh yang bugil ini.

Mungkin karena memang cukup lama kami tidak bersetubuh sejak kandunganku berumur 8 bulan yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya.

Sentuhan suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku tiba-tiba aku sadar dari tidurku tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut.

Malah belaian sentuhan serta remasan suamiku ketubuhku makin terasa nyata kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang sudah kembali dari kantor.

Ketika aku membuka mataku terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lubang angin di kamarku yang berarti hari masih sore.

Lagian ini kan hari Senin seharusnya suamiku pulang kerja agak malam jadi siapa ini yang sedang mencumbuku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. 

Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku rupanya dia adalah mertuaku sendiri.

Melihat aku terbangun dalam keadaan terkejut ternyata mertuaku melihatku sambil tersenyum terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betis pahaku.

Sementara daster tidurku sudah terangkat tinggi-tinggi sehingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus serta CD-ku.

“Yah,,,yah!! Stoppp,,, jangannn,,, Yaaahhh,?” Jeritku dengan suara tertahan. Karena takut terdengar oleh siti pembantu rumahku.

“Win, maafkan Bapak,,, kamu jangan marah seperti itu dong, sayang,!!” Bisik mertua seperti itu. Dengan tenang dia berbisik dan menggoda.

“Ayah tidak boleh begitu, keluar ayah saya mohon jangan,!”, Pintaku iba. Karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar.

Sedangkan tangannya tidak berhenti meraba raba ke sekujur tubuhku dan aku mencoba menggeliat bangun serta menurunkan daster untuk menutupi pahaku.

Semakin menjauhinya sampai ke sudut ranjang tetapi mertuaku makin mendesak menghampiriku dan duduk persis di sampingku.

loading...
“Windi,,, tidak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukannya,!” Desaknya. Dengan wajah yang penuh nafsu.

“Jangan berbicara begitu, Ingat Yah,,, aku kan menantumu Yah,,, istri anakmu?,” Jawabku. Berusaha mencoba menyadari mertuaku.

“Jangan menyebutnya, Bapak tahu habis melahirkan hasratmu belum terpenuhi lagi,!” Sambungnya. Rupanya dia bisa tahu hubunganku dengan suamiku.

Aku setengah tidak percaya mendengar omongannya karena dia hanya mencoba merayuku dengan godaan sudah menganggap aku akan merasa tersanjung.

Aku mencoba menghindarinya tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku disudut ranjangku ketika kutatap wajahnya sudah dipenuhi nafsu birahi.

Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu di puncak ubun-ubun.

Melihat caranya aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian birahinya kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja.

Sehingga nafsu birahinya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosaku dan akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya.

“Yahhh, biar Windi mengocoknya saja yaaa, karena Windi tidak mau disetubuhi Gimana,?” Tanyaku. Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak.

“Baiklah Win,!” Katanya. Seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya.

Mungkin inilah kesalahanku memberi harapan karena aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasan nafsu birahinya.

Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan lega nafsunya kemudian akan tertidur lalu sambil aku menarik celana pendeknya.

Ugh! ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi karena begitu celananya kutarik batang Penisnya langsung melonjak berdiri mengacang.

Aku sangat kaget dan terkejut melihat batang kemaluan mertuaku itu benar-benar panjang dan sangat besar jauh lebih besar dari suamiku.

Bentuk kepalanya mengkilap sangat besar tegang berdiri dengan gagah perkasa padahal usianya sudah tidak muda lagi sehingga tanganku bergerak canggung.

Bagaimanapun baru kali ini aku memegang Penis orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam genggamku,

Perlahan-lahan tanganku menggenggam batang Penisnya seketika terdengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku.

“Oh,,, ssshhh,,, Win, eeenaaak betulll,!” Desisnya. Aku mendongak melirik kepadanya kulihat wajah mertuaku meringis menahan remasan tanganku pada batangnya.

Mulai aku mengocok dengan lembut bergerak turun naik menyusuri batang Penisnya yang besar panjang dan teramat keras itu.

Sekali-sekali ujung telunjuk jariku mengusap usap moncongnya yang sudah licin oleh cairan lendir yang meleleh dari ujung Penisnya,

Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku mungkin dalam beberapa kali kocokan dia akan menyemprotkan air Maninya.

Sebentar tentu akan segera selesai, pikirku mulai tenang dan setelah beberapa saat mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat.

Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi kearah Payudaraku dan kembali aku mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam.

“Tidak apa-apa Win, biar cepat keluar,!” Bisik mertuaku memberi alasan. Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga.

Biar cepat selesai pikir dalam hati dan mertuaku tersenyum melihatku karena aku tidak melarangnya lagi dengan lembut jarinya mulai meremas-remas.

Sedangkan kedua Payudara masih ditutupi dasterku, Aku memang tidak mengenakan BH aku lagi karena tadi habis menyusui si kecil.

Jadi remasan lembut tangan mertua langsung terasa karena kain dasterku itu sangat tipis sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini.

Apalagi tanganku masih menggenggam batang Penisnya setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan seperti ini.

Meski dalam hatiku sudah bertekad untuk menahan diri ku dan melakukan ini demi kebaikan karena setelah selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku.

“Windi, sayang, buka ya? Sedikit aja,!” Pinta mertuaku. Sambil menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka.

“Jangannn, Yahhh,,, tadi kan janji tidak akan macam-macam,!” Ucapku mengingatkan. Sementara bagian atasku sudah telanjang.

“Oh, sedikit saja, sayang, kamu benar-benar cantik sekali, Ya,?” Desaknya lagi. Aku jadi serba salah kulihat nafas mertuaku semakin memburu melihatku setengah telanjang.

Pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati Puting susuku yang mulai basah dengan air susu akhirnya aku mulai sedikit terkejut.

Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan dan aku harus bertindak cepat tanpa pikir panjang lagi segera aku arahkan mulutku.

Langsung kumasukkan batang Penis mertuaku kedalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar dia cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi.

Aku sudah tidak memperdulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku dan aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku.

Bahkan dalam sekejap kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kewanitaanku dan aku tidak berusaha mencegahnya atau melawannya.

Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini dengan secepatnya dan jilatan serta kulamanku pada batang Penisnya semakin mengganas.

Sampai mertuaku terengah engah merasakan kelihaian permainan mulut dan lidahku yang aku jilati serta sekali kaliku isap kuat.

Aku semakin tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera cepat selesai dan beakhir.

Ternyata keyakinanku ini berakibat fatal bagiku, aku semakin jadi penasaran sudah hampir setengah jam belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku.

Sekaligus merasa tertantang dalam keadaan begini karena biasanya suamiku sudah berakhir selesai denganku, bila aku keluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama.

Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa dia memakai obat kuat? karena penasarannya akupun makin mempercepat jilatan dan kulamanku.

Aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku pada diriku tanpa aku sadari entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku.

Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik CD-ku dan itupun terlambat karena begitu kulihat ke bawah celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku.

Sehingga aku sudah benar-benar telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi dan merasa menyesal kenapa aku yang memulainya.

Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan mungkin karena aku terlalu sombong dengan keyakinanku dan kini semuanya sudah terlambat.

Berantakan semuanya! Pikirku dalam hati penuh penyesalan karena situasi semakin tidak terkendali lagi olehku melainkan mertuaku.

Mertuaku sungguh lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku sehingga tubuh kami dengan posisi berlawanan seperti enam sembilan.

Seketika juga kurasakan sentuhan lembut di selangkanganku sehingga membuat tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih.

Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan jilatan mertuaku di sekitar selangkanganku yang luar biasa hingga aku menjerit dalam hati.

Sambil menyesali diriku terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti pikiran sehatku melainkan perintah birahi nafsuku,

Tubuhku meliuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku dan kedua pahaku menjepit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam Vaginaku.

Kuakui dia memang pandai membuat birahiku memuncak dan membuatku lupa dengan siasat semula hanya ingin menyalurkan birahinya tanpa diperkosaku.

Aku makin terbawa arus hingga ingin mengimbangi permainannya dengan mulutku bermain makin lincah dan liar tanpa haruan.

Akhirnya mulai aku menjepit batang Penisnya di belahan kedua buah Payudaraku yang membusung penuh padat dan kenyal karena masih menyusui.

Sementara Penisnya itu bergerak di antara buah Payudaraku tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian kemaluan masing-masing.

Aku makin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat karena dia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar dari Penisnya.

Sementara aku sudah mulai merasakan denyutan kuat bergerak cepat ke arah Vaginaku, jilatan dan isapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tidak berdaya.

Sehingga membuatku semakin tidak terkendali pinggulku meliuk-liuk liar serta tubuhku mengejang dan seluruh aliran darah serasa terhenti.

Nafasku semakin tidak teratur dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang cairan lahar panas yang mengalir begitu cepat.

“Ooohhhhh,,, aaahhh,,, aaa,,, aaauugghhh,!” Jeritku. Begitu aliran itu mendobrak pertahananku dan kurasakan cairan Vaginaku menyembur tidak tertahankan.

Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan puncak kenikmatan ini hingga tubuhku terkulai lemas dengan nafas yang terengah-engah.

Sementara batang Penis masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya bahkan terasa semakin keras saja,

Aku sudah tidak cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku aku hanya pasrah lemah tidak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku.

Dengan lembut dia mengusap wajahku sambil menciumi bibirku mencoba membuka bibirku dengan lidahnya membuatku seakan begitu menggairahkanku.

Kurasakan tangannya mengelus-elus dibagian tengah pahaku membuat aku mendesis dan tanpa sadar kubuka ke dua kakiku yang tadinya merapat.

Mertuaku menempatkan di antara kedua kakiku yang terbuka lebar dan kurasakan kepala Penisnya yang besar ditempelkan pada bibir Vaginaku.

Kemudian digesek-gesek mulai dari atas ke bawah serta naik turun sehingga membuat aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat.

Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya makin lancar karena licin membuatku terengah-engah merasakan kenikmatan ini.

Kelihatannya dia sengaja melakukan itu apalagi saat ujung Penisnya itu menggesek-gesek klitoris Vaginaku yang sudah keras,

Mertuaku melihat reaksi wajahku sehingga aku membalas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki Penisnya secepatnya.

Dia tahu persis apa yang kurasakan saat itu namun kelihatannya dia ingin melihatku menderita oleh siksaan birahi nafsuku sendiri.

Memang aku akui sudah tidak tahan untuk segera menikmati batang Penisnya di dalam Vaginaku karena terus terang aku sangat penasaran dengan kejantanannya.

Kuingin membuktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat mencapai puncak kenikmatan hanya dengan goyangan maut yang kumiliki.

“Ce,,, cepatannn, yaaah,!” Pinta memohon. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu.

“Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa?” Tanyanya pura-pura tak mengerti. Aku diam tidak menjawabnya karena aku benar-benar sudah tidak tahan lagi.

“Windi,,, ingin yah segera masuk!”, Kataku terbata-bata dengan terpaksa. Karena aku sebenarnya sangat malu mengatakan hal ini.

Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya kini malah meminta-minta serta memohon mohon, wanita macam apa aku ini pikirku.

“Aaagkhhh,,, yaaahhh,,, Jaaangan siksa Windi,!” Pintaku memohon. Kali ini aku sudah tidak malu-malu lagi mengatakannya karena birahi nafsuku yang menggebu-gebu.

“Akh, Yaaahhh,,, Windi, ingin dimasukin Penis ayah ughhh,!”  Mohonku kembali. Aku merasa seperti wanita jalang yang haus dalam persetubuhan,

Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri tapi apa yang mau dikata lagi memang aku sangat menginginkannya saat itu.

“Uuuggghhh,,, Ooohhh,,, oooh,” Desahku. Ketika Penisnya mulai memasuki liang Vaginaku aku melenguh merasakan gesekkan batang Penisnya yang besar itu.

Aku menunggu cukup lama merasakan batang Penis mertuaku memasuki liang Vaginaku terasa tidak sampai-sampai selain besar Penisnya sangat panjang juga.

Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dinding Vaginaku akhirnya aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam Vaginaku,

Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan naik turun dan semakin lama penggenjotan mulai semakin lancar Penisnya keluar masuk Vaginaku.

Aku mengimbangi gerakannya dengan pinggulku naik turun mengikuti irama tusukannya sehingga gerakan kami semakin lama semakin bertambah liar.

Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagi ku tusukan itu mencapai bagian paling dalam  di dinding Vagiiinaku,

Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini hingga batang Penis mertuaku menjelajahi seluruh isi liangku.

Tidak ada sedikit pun ruang yang tersisa hingga gesekan batang Penisnya itu sangat terasa di seluruh dinding Vaginaku.

“Uuuggghhh,,, Aduuuhhh.,,, auufh, ooohhh,!” Desahku. Merasakan semua kenikmatan ini sehingga kembali aku mengakui kejantanannya.

Mertuaku begitu hebat serta jantan di atas ranjang beda jauh dengan suamiku yang tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini.

Yang pasti aku merasakan kepuasan tidak terbatasnya bercinta dengan mertuaku meski kusadari perbuatan ini terlarang dan mengakibatkan permasalahan besar.

Tetapi aku sudah tidak peduli lagi dan tidakkan aku menyesali kenikmatan yang kualami sementara  mertuaku bergerak makin cepat menggenjot Vaginaku.

Penisnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitif di dalam Vaginaku hingga membuatku mengejang tidak kuasa menahan gelombang pertahananku.

Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun membuat aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya.

Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncak kenikmatan hingga melihat reaksiku.

Mertuaku semakin mempercepat gerakannya keluar masuk seakan tidak memedulikan lagi liang Vaginaku yang bisa terkoyak akibatnya.

Dan disaat-saat kritis aku berhasil memeluknya dengan erat, kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat.

Akhirnya pertahananku pun jebol kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku, aku meregang seperti ayam yang baru dipotong.

Seluruh tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang luar biasa dan belum pernah kualami untuk kedua kalinya saat itu.

“Yaaah,,, ooohhhhh,,, eee...eeennnaaaakkk,,, Ah,!” Jerita. Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku karena dahsyatnya kenikmatan yang kualami saat itu.

Kenapa datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi dan mengapa kenikmatan kualami bersama mertuaku sendiri.

Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi dan mertuaku terkejut melihat ini dia tampak begitu khawatir melihatku menangis.

“Windi sayang, kenapa menangis? Maafkan Bapak!,” Bisiknya. Sambil memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang.

“Bapak tidak salah! Windi yang salah,” Jawabku. ku merasa sedih tapiku tidak bisa menyalahkannya saja karena bukan hanya salahnya dari awal.

“Tidak sayang. Bapak yang salah dari awal semua ini,” Sahutnya besikeras. Sambil menciumi wajah dan bibirku kembali.

“Kita, Yah. kita sama-sama salah,” Kataku. Sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan  lagi atau mengungkit masalah ini lagi.

“Windi sayang terima kasih,” Kata mertuaku. dan seketika kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku membuatku masih penasaran dengannya.

Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncak kenikmatannya dan aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar.

Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami puncak kenikmatan seperti apa yang telah mertuaku berikan kepadaku tadi.

Aku tidak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati biarkan terjadi karena mertuaku tidak akan selamanya berada di sini.

Mertuaku harus pulang ke Amerika dan aku berjanji pada diriku sendiri ini merupakan yang terakhir kalinya melayaninya pikiran ini membuatku semakin bergairah.

Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakkan Penisnya dengan perlahan lahan dan sangat lembut keluar masuk di Vaginaku.

Tiba-tiba saja aku jadi ganas dan bersemangat akhirnya kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang lalu aku langsung menindihnya dan mencium bibir.

Kembali kuselomoti batang Penisnya yang tegak bagaikan tiang pancang beton itu kembali lidahku menjilat-jilat dan mulutku mengemut-emut.

Sedangkan Tangan aku mengocok-ngocok batangnya dengan lembut dan kulirik ke wajah mertuaku kelihatannya dia menyukai perubahanku ini.

Belum sempat dia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lututnya hingga Vaginaku berada persis di atas Penisnya.

“Akh,, sayang!” Desisnya. Ketika batang Penisnya ku bimbing memasuki liang Vaginaku dengan tubuhku turun perlahan-lahan menelan habis seluruh batangnya,

Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda hingga tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi.

Aku bagaikan seorang pelacur yang sedang memberikan kepuasan pada lelaki hidung belang tetapi aku tidak memedulikannya lagi.

Aku terus berpacu dengan pinggulku bergerak turun naik sambil sekali-sekali meliuk seperti ular bergetar dan entah gaya apalagi.

Pokoknya malam itu kuharus mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri.

“Oh,,, Windi luar biasa,!” Desis mertuaku. Mungkin merasakan hebatnya permainanku pinggulku mengaduk-aduk lincah serta mengulek liar tanpa henti.

Sedangkan tangannya mencengkeram kedua buah Payudaraku sambil diremas remas dan dipilin pilin Puting susuku hingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya.

Kemudian dia bangkit setengah duduk sambil mulutnya menjilati seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi Puting susuku.

Lalu di hisap kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya membuat kami berdua saling berlomba memberi kepuasan.

Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC walaupun sama-sama telanjang bugil sedangkan aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku.

Mertuaku menggoyangkan pantatnya dan kurasakan tusukan Penisnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya.

Permainan kami semakin meningkat dahsyat membuat seprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali.

Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda membuatku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk terus bergoyang.

Beberapa saat kemudian aku pun merasakan desakan yang sama hingga membuat aku tidak ingin terkalahkan kali ini, tekadku semakin kuat.

Kuingin dia pun merasakannya hingga aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris membuat ku sudah tidak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana.

Karena yang ingin aku lakukan kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma dan kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang.

Dia mengerang panjang dan aku pun merintih persis seperti kuda betina binal yang sedang birahi, tubuhnya menghentak-hentak liar.

Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya dan seketika juga aku merasakan cairan semprotan dahsyat menyirami seluruh Vaginaku.

Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liang Vaginaku dan seketika akupun merasakan tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku,

Mungkin karena semprotan Maninya sehingga membuatku mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku pun berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan bersamaan.

Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat karena kenikmatan yang begitu dahsyatnya hingga tubuh kami terjatuh dari ranjang.

Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka.

“Oooooogggghhhhhhh,,, yaahh,,,,nik..nik...nikmaattt,,, yaaah,!” Jeritku tak tertahankan. Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya.

Tubuhku terlunglai lemas tidak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam! Gila! Jeritku dalam hati.

Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya sehingga membuat aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan.

Perasaanku tiba-tiba terusik sepertinya ada suara ribut dari luar kamar ternyata aku sudah tertidur sehingga malam nya setelah suamiku pulang dari kerja.

Aku pun terkejut dan terbangun dalam keadaan bugil ternyata setelah mencapai puncak kenikmatan yang ke tiga itu aku pun tertidur lelap.

Dengan cepat aku memakai daster tidurku sehingga suamiku tidak sempat curiga dan kembali aku tertidur hingga keesoknya paginya.

Sejak itu dengan perasaan bersalah terhadap suamiku tapi di sisi lain batin hasratku tidak bisa mengbohongi diriku sendiri.

Akhirnya sebelum kepulangan mertuaku ke Amerika, Aku kembali meminta kepada mertuaku untuk melakukan persetubuhan ini yang terakhirnya kalinya di kamarku.

Dan itu kenangan terindah dalam hidupku bercinta dengan lelaki jantan yang bisa membuat birahi aku terpuaskan selamanya.
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT