Apa tanggapan Bitter Coffee Park tentang Ijtima Ulama 3 yang hasilnya mendiskualifikasi Jokowi dan Ma’ruf Amin dari Pilpres 2019?

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Apa tanggapan Bitter Coffee Park tentang Ijtima Ulama 3 yang hasilnya mendiskualifikasi Jokowi dan Ma’ruf Amin dari Pilpres 2019?
Lewat Ijtima Ulama III, GNPF meminta BPN mendesak Bawaslu & KPU agar segera melakukan verifikasi atas kecurangan yang diduga menimpa Paslon No Urut 02, tanpa harus menunggu tanggal 22 Mei nanti.

Whats????????? Tanpa menunggu tanggal 22 Mei nanti?????


SEBENARNYA, APASIH IJTMA ULAMA ITU?
Berikut ini Bitter Coffee Park mencoba jabarkan perihal Ijtima Ulama:
Ijtima' atau ijtimak, berasal dari bahasa Arab:
اجتمع - يجتمع - اجتماعا
(Ijtama'a - yajtami'u - ijtimaa'an)
Secara bahasa memiliki makna: 
  • Bertemu, 
  • Berkumpul, 
  • Berhimpun, 
  • Bersidang, 
  • Bergabung, 
  • Bersatu.
Secara istilah ada beberapa penggunaan.
1. Dalam istilah ilmu falak 
(peredaran benda-benda langit)
Ijtimak bermakna konjungsi geometris, yaitu:
Bertemunya bumi dan bulan di posisi bujur langit yang sama, ini jika dilihat dari bumi. 
Apabila sudah ijtimak, itu tandanya telah masuk bulan baru dalam kalender Hijriyah.
2. Dalam istilah fikih
Ijtimak bermakna persetujuan para ulama dalam masalah fikih tertentu di suatu masa yang sama. 
Contoh: 
Dalam satu kesempatan ada 100 ulama bertemu untuk membahas sebuah permasalahan, kemudian mereka bersepakat satu suara. Nah! Itu namanya ijtimak ulama.

Itulah tadi pengertian Ijtimak Ulama.

Lalu:
  • Bagaimana tanggapan Prof. Mahfud MD akan hal ini? 
  • Apakah mungkin untuk menghentikan proses penghitungan suara yang tengah berjalan atau mau tidak mau, pihak BPN harus menunggu rekap selesai?
Bagaimana Tanggapan Prof. Mahfud MD perihal Ijtma Ulama III?

Silahkan simak Video berikut ini:
Bagaimana penjelasan Prof. Mahfud MD menurut Sahabat Bitter?

Apakah mungkin untuk menghentikan proses penghitungan suara yang tengah berjalan atau mau tidak mau, pihak BPN harus menunggu rekap selesai?
Kali ini, Bitter Coffee Park terpikat dengan jawaban M. Zuhri di Quora [Silahkan Klik Disini], berikut ini:
Lucu sekali.. saya ngakak so hard!

Ini adalah bentuk lelucon politik dari kubu 02 yang hingga kesekian kalinya berhasil mengocok perut saya dan mungkin perut Anda juga. 

Setelah kemarin sempat sujud syukur hasil klaim kemenangan perhitungannya sendiri, lalu bermain presiden-presidenan, sekarang beralih ke ijtima ulama berjilid. 

OMG lelucon macam apa lagi ini! 

Meski menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara dalam sebuah negara demokrasi, namun ini tidak mencerminkan sikap politik yang arif, intelek, bijaksana, dan dewasa. Menurut saya, orang-orang di kubu 02 masih terlalu bocah untuk dapat menyikapi hasil sebuah proses demokrasi, bahkan terkesan irasional. 

Sikap ketidakdewasaan itu hampir sama dengan Prabowo yang sebelumnya saya tulis di sini: 
Sebagai informasi, berikut poin-poin hasil ijtima ulama III yang saya dapatkan dari detik.com yang ingin mendiskualifikadi Jokowi-Amin. 

HASIL IJTIMA ULAMA III
  1. Menyimpulkan bahwa telah terjadi berbagai kecurangan dan kejahatan yang bersifat terstruktur, sistematis, dan masif dalam proses Pemilu 2019.
  2. Mendorong dan meminta kepada BPN PAS untuk mengajukan keberatan melalui mekanisme legal prosedural tentang terjadinya berbagai kecurangan dan kejahatan yang terstruktur, sistematis, dan masif dalam proses Pilpres 2019.
  3. Mendesak Bawaslu dan KPU memutuskan pembatalan/ diskualifikasi paslon capres-cawapres 01.
  4. Mengajak umat dan seluruh anak bangsa untuk mengawal dan mendampingi perjuangan penegakan hukum dengan cara syar’i dan legal konstitusional, dalam melawan kecurangan dan kejahatan serta ketidakadilan termasuk perjuangan/ diskualifikasi paslon capres-cawapres 01 yang melakukan kecurangan dan kejahatan dalam Pilpres 2019.
  5. Memutuskan bahwa perjuangan melawan kecurangan dan kejahatan serta ketidakadilan adalah bentuk amar makruf nahi munkar, konstitusional dan sah secara hukum demi menjaga keutuhan NKRI dan kedaulatan rakyat. 
Ingin mendiskualifikasi pasangan nomor 01? 
Berdasarkan UU no. 7 tahun 2017, peserta pemilu termasuk Capres dan Cawapres memang bisa didiskualifikasi jika terbukti melakukan pelanggaran administratif. Namun syarat untuk mendiskualifikasi cukup berat, yakni harus bisa memberi bukti adanya pelanggaran secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) yang meliputi 50% suara. 

Silakan diskualifikasi sesuai prosedur jika ditemukan, saya turut mendukung!
Hasil ijtima ulama III yang mereka telurkan di atas tidak memiliki kekuatan hukum yang kuat, bahkan untuk kalangan umat Islam sekalipun. Hasil konsensus (ijma) yang ada tidak merefleksikan konsensus dari ulama Indonesia secara keseluruhan. Hasil ijtima ulama III (termasuk ijtima-ijtima sebelumnya) hanyalah produk politik identitas yang menjadikan agama sebagai tameng dari orang-orang yang menganggap dirinya ulama. 
Mereka hanya kecewa terhadap KPU karena jagoan mereka kalah. Berbagai macam tuduhan kemudian dilontarkan kepada Jokowi dan lembaga negara penyelenggara pemilu itu dengan sebutan curang, curang, dan curang. Dasar bocah!

Lucunya, mereka bukannya mencari bukti bentuk kecurangan yang dituduhkan untuk kemudian dibawa dan dilaporkan ke Bawaslu atau untuk membuat gugatan ke MK, namun mereka justru hanya bisa berteriak curang-curang sambil mengadakan ijtima ulama berjilid. Jelas mereka salah jalur, umat Islam sekarang tidak sebodoh itu untuk langsung mentaati ijtima ulama yang berbau politis seperti ini. 

Saya memang pendukung Jokowi, tapi tetap akan menentang segala bentuk kecurangan jika memang ditemukan dan terbukti. Ada jalur dan mekanisme hukum yang bisa dilakukan untuk menindaklanjuti bentuk kecurangan yang ditemukan. Lakukan semua sesuai prosedur hukum yang berlaku. Jangan sedikit-sedikit ijtima.. 

Berbagai lembaga negara seperti TNI-Polri, KPU, Bawaslu dan termasuk sebagian masyarakat yang bertugas sebagai KPPS telah bekerja dengan sangat keras demi terlaksananya pemilu yang lancar, aman, jujur, dan adil. 

Situs KPU pun telah dibuat sangat transparan yang mana hasil pemindaian formulir C1 dari masing-masing TPS (termasuk TPS Anda Quoran yang membaca ini) dapat diakses oleh semua masyarakat sebagai bukti keabsahan sebuah hasil perhitungan resmi. Tentu saja saksi dari kubu 01, kubu 02, dan Anda dapat memantau, mengawal, mencocokan dan mengawasi setiap data yang diinput ke situs KPU. Bentuk kekeliruan dan lainnya bisa langsung dilihat dan dilaporkan jika memang ditemukan. 

Cek real count resmi KPU di sini: 


(KPU update 6 Mei 2019

Jika kubu 02 masih belum dapat mempercayai hasil kerja lembaga negara seperti KPU, TNI-Polri, Bawaslu dan lainnya yang kredibilitasnya jelas dapat dipertanggungjawabkan, mengapa dulu mereka dengan mudahnya bisa langsung percaya pada pernyataan Ratna Sarumpaet hingga mengadakan konferensi pers? 
Sekumpulan pria di atas, dikibulin oleh satu orang wanita di bawah. The Power of Emak-emak! 
Ada yang bisa jawab? 
Kalau tidak ada yang bisa jawab, saya ngakak dulu. Wkwkwkkwk.
☆☆☆☆☆
Lalau.....
M. Zuhri, mengatakan di Quora:
Tidak perlu, sudah cukup!
Mengapa?
M. Zuhri menjabarkan bahwa:
  • Karena Prabowo akan berusia 73 tahun pada 2024 nanti. Ia akan menua, renta, beruban, lemah, dan tidak gagah lagi. Sebagai mantan serdadu kesan berwibawa dan gagah adalah salah satu pendongkrak elektabilitasnya di setiap pilpres.
  • Karena Pilpres 2024 akan bertabur bintang. Banyak tokoh politik dengan prestasi berderet akan menjadi lawan berat Prabowo. Ia akan kalah untuk kesekian kalinya jika memaksa tetap ikut berkontestasi, kondisi gangguan mental dan depresi tingkat tinggi siap menanti Prabowo jika kalah pada 2024.
  • Karena Masyarakat mulai bosan dengan wajah Prabowo yang sering mondar-mandir hanya sebagai calon presiden, hingga muncul istilah "Capres Abadi". Elektabilitasnya tentu akan terjun bebas pada 2024 kelak.
Tapi, bukan itu semua di atas yang membuat M. Zuhri berpikiran bahwa Prabowo tidak seharusnya mencalonkan lagi menjadi presiden jika kalah pada pemilu kali ini.
Dari Pilpres tahun 2014 hingga kini 2019, kita semua dapat melihat bagaimana sikap Prabowo dalam menanggapi hasil pemilu. Dia selalu merasa dizholimi, dicurangi, dan selalu merasa tidak puas dengan hasil kerja lembaga-lembaga negara. 

Padahal....
Sistem KPU sangat transparan.

Dan lucunya, dia suka mengklaim menang hanya berdasarkan hasil survey dan hasil hitung cepat dari tim internalnya sendiri. 

Jelas di sini Prabowo sebagai calon pemimpin tidak bisa mengendalikan dirinya dan tidak bisa bersikap yang mencerminkan sebagai seorang pemimpin.

Selain tidak mampu mengendalikan dirinya dalam bersikap, Prabowo juga belum sanggup mengontrol dengan baik para bawahannya yang suka menebarkan berita-berita palsu yang sebenarnya merugikan Prabowo sendiri.

Tidak perlu saya jelaskan siapa itu Ratna Sarumpaet, yang pasti karena kelakuan emak-emak itu dan didukung oleh para bawahan Prabowo juga kemudian kita semua bisa melihat dan tahu siapa Prabowo, orang-orang di sekitarnya, dan bagaimana wataknya.
Ya, Prabowo belum cukup dewasa untuk memeganh jabatan setingkat presiden meski telah melewati banyak pengalaman hidup di dunia militer dan politik. Saya tidak yakin pada usianya yang ke-73 tahun 2024 nanti Prabowo akan lebih dewasa. 
kata M. Zuhri di Quora dijawab 2 Mei 2019

Ketidakdewasaannya ini selain menjadi humor politik dan bahan tertawaan publik di tanah air, juga berbahaya apabila diberi jabatan.

Sangat tidak layak posisi Presiden sebagai jabatan tertinggi dengan wewenang yang sangat besar dipegang oleh seseorang yang memiliki tingkat kedewasaan yang rendah.
Saya tidak mau Indonesia punah, saya tidak mau Indonesia mengalami kemunduran demokrasi, dan saya tidak mau hanya karena tulisan saya di Quora ini lalu besok saya dimasukan ke dalam karung. Saya tidak mau pemimpin yang belum dewasa.
Saya mau pemimpin yang berpikiran terbuka, visioner, optimis, berjiwa muda, dan tentu saja dewasa dalam bersikap!
Salam Cinta Indonesia
lanjut jawaban M. Zuhri di Quora.
☆☆☆☆☆
Itulah tadi pengertian Ijtimak Ulama yang lagi buming di Era Pemilu 2019 kali ini.

Apapun itu, ingat... kita adalah saudara satu bangsa... dan NKRI HARGA MATI.

MERDEKA....... MERDEKA......... MERDEKA......

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT