Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Seperti Apa Panggung Politik Di Indonesia Tahun 2019?
Ini Bitter Coffee Park jawab sesuai pandangan pribadi Bitter Coffee Park.
Mungkin artikel ini lebih cocok di beri judul
SENI PANGGUNG POLITIK DI INDONESIA Tahun 2019
Situasi politik sekarang bikin jenuh dan capek. Waktu 6 bulan sejak masa kampanye terlalu lama di pemilu 2019.
Bitter Coffee Park jenuh dengan pertikaian antara cebong kampret, memposisikan diri seolah yang paling bersih, dan saling menuding berbohong, pernyataan-pernyataan yang keluar sekali dalam 5 tahun untuk memojokan salah satu paslon.
Jika mau kita cermati sedikit, sebetulnya ideologi partai politik di Indonesia tidak ada bedanya.
Nasionalis-Religius.
Itulah motto sebagian besar partai politik Indonesia. Sebagian lagi lebih cenderung nasionalis, sekuler, dan konservatif.
Bitter Coffee Park melihat jubir-jubir politik yang tampil didepan TV memposisikan dirinya seolah pembela garis keras Pak Jokowi maupun Pak Prabowo tapi kalau kita liat Track Record ternyata malah sebaliknya pernah jadi panglima cebong maupun kampret.
Politik Indonesia bergantung kepada situasi kondisi. Sekarang bisa saja berteman, tapi besok belum tentu. Di level nasional boleh berlawanan tapi level daerah mereka bahkan 1 kubu mendukung pasangan gubernur atau walikota yang sama. Sekarang lawan dihadapkan dengan isu HAM padahal tahun 2009 bersatu bak kawan. Seorang Fadli Zon dan Budiman Sudjatmiko pun pernah disatu kubu yang sama.
Bitter Coffee Park agak khawatir mengamati tokoh agama yang ikut turun dalam politik. Bukan berarti tokoh agama tidak boleh masuk dalam dunia politik, tapi apabila mereka salah dalam menyampaikan argumen tertentu akan membuat pandangan kalangan-kalangan tertentu kepada Islam semakin jelek. Agama dan politik berhubungan memang tapi ilmu dasarnya berbeda.
Bahkan hal-hal konyol seperti tempe kartu ATM, genderuwo, salam-salaman, mukul meja, foto-foto jadi headline dan seolah-olah menjadi justifikasi bahwa seseorang tersebut tidak layak.
Hal-hal itulah yang dimainkan untuk menunjukan siapa yang lebih buruk untuk memperlihatkan junjungannya lebih baik.
Tentunya Bitter Coffee Paek berharap yang dibahas adalah program. Ketika Pak Basuki dan Pak Anies bertarung di Jakarta memang banyak orang ribut, tapi yang diributkan juga termasuk reklamasi atau tidak, rumah susun, normalisasi sungai, menggusur atau menggeser, OKE OCE, DP 0% dan itu semua meributkan program.
Semestinya kubu penantang lebih banyak menawarkan solusi dan kalau bisa berbeda. Selayaknya tugas oposisi harus melawan petahana dengan kuat sehingga demokrasi makin berkualitas dalam kutip jangan biarkan petahana bisa tidur nyenyak.
HOAX dan HOAX
Hoax sangat mudah bertebaran dikalangan masyarakat bawah yang tentu saja isu pasti berasal dari atas.
Akan lebih baik kalau pemilu dipercepat. Waktu yang terlalu lama ini berpotensi membuat semakin banyaknya emak-emak yang bisa tertangkap gara-gara hoax.
Padahal kita harus menghormati emak-emak karena emak-emak adalah Ibu Bangsa.
#Savemak-emak!💖💓💓💓💓💓💓
Disatu sisi Bitter Coffee Park bersyukur negara kita bisa menikmati demokrasi.
Generasi Milenial yang kelahiran 90-an mungkin saat itu tidak mengerti bagaimana dulu kebebasan berpendapat sama sekali tidak ada yang mana jauh berbeda dengan kondisi sekarang ini.
Jika melihat demokrasi yang berjalan kurang lebih 2000–2019 sepertinya bisa dikatakan negara kita baru belajar menjalankan demokrasi.
Ibarat remaja yang baru memulai perjalanannya untuk mencari jati diri, ada gejolak sana-sini.
Bitter Coffee Park berharap remaja tersebut semakin dewasa dalam berpolitik dan matang berdemokrasi.
Salam Secangkir Kopi...
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT