Trah Mataram Dan Silsilah Para Presiden Republik Indonesia

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Trah Mataram Dan Silsilah Para Presiden Republik Indonesia


Sebelum kita mengupas tentang Trah Mataram Dan Silsilah Para Presiden Republik Indonesia, ada baiknya kita mengetahui awal mula munculnya Trah Mataram ini.

Bagi orang jawa, istilah Mataram bukanlah hal yang asing lagi. Karena dari sinilah peradaban Rakya Jawa di mulai. Dan mempunyai pengaruh besar akan terbentuknya NKRI. Mulai dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam.

Penyebaran keturunan dari Trah Mataram pun menyebar hingga ke pelosok negeri ini karena banyak yang Moksa menjadi rakyat jelata.
Baca: Moksa Keturunan Raja Jawa Hingga Lahirnya Satria Piningit
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) 
Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. 

Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. 

Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. 

Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai. 

Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung.
1. Dinasti Syailendra
Dinasti Syailendra diduga berasal dari daratan Indocina Bangsa Chin dan Kerajaan Asoka (sekarang Thailand dan Kemboja). 

Dinasti ini bercorak Budha Mahayana, didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. 

Pada awal era Mataram Kuno, Dinasti Syailendra cukup dominan dibanding Dinasti Sanjaya. 

Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), Syailendra mengadakan ekspedisi perdagangan ke Sriwijaya. 

Ia juga melakukan perkawinan politik: puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya. 

Pada tahun 790, Syailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. 

Peninggalan terbesar Dinasti Syailendra adalah Candi Borobudur yang selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). 

Maharaja Dewa dari Kerajaan Asoka Memerintahkan anak-anaknya untuk menyebarkan ajaran yang dianut mereka (Yakni Hindu, sedangkan Bangsa Chin menyebarkan agama budha). 

Bangsa Sanjaya cikal bakalnya dari Kerajaan Asoka sedangkan Bangsa Syailendra cikal bakalnya dari Bangsa Chin (Bukan Ching)
2. Dinasti Sanjaya
Tak banyak yang diketahui sejarah Dinasti Sanjaya sejak sepeninggal Raja Sanna. 

Rakai Pikatan, yang waktu itu menjadi pangeran Dinasti Sanjaya, menikah dengan Pramodhawardhani (833-856), puteri raja Dinasti Syailendara Samaratungga. 

Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan Agama Buddha. 

Rakai Pikatan bahkan mendepak Raja Balaputradewa (putera Samaratungga dan Dewi Tara). 

Tahun 850, era Dinasti Syailendra berakhir yang ditandai dengan larinya Balaputradewa ke Sriwijaya.

Pada tahun 910, Raja Tulodong mendirikan Candi Prambanan. 

Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. 

Pada masa ini, ditulis karya sastra Ramayana dalam Bahasa Kawi. 

Tahun 928, Raja Mpu Sindok memindahkan istana Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur (Medang). 

Perpindahan ini diduga akibat letusan Gunung Merapi, atau mendapat serangan dari Sriwijaya.
Daftar Nama Raja-raja Majapahit (Akhir Dari Mataram Kuno Dinasti Sanjaya)
  1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana memerintah tahun 1293 - 1309
  2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara memrintah tahun 1309 - 1328
  3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi memerintah tahun 1328 - 1350
  4. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara memerintah tahun 1350 - 1389
  5. Wikramawardhana memerintah tahun 1389 - 1429
  6. Suhita bergelar Dyah Ayu Kencana Wungu memerintah tahun 1429 - 1447
  7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I memerintah tahun 1447 - 1451
  8. Rajasawardhana Brawijaya II memerintah tahun 1451 - 1453
  9. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III memerintah tahun 1456 - 1466
  10. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV memerintah tahun 1466 - 1468
  11. Bhre Kertabumi bergelar Brawijaya V memerintah tahun 1468 - 1478
  12. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI memerintah tahun 1478 - 1498
  13. Patih Udara memerintah tahun 1498 - 1518
Baca Kumpulan Artikel: Showing posts with label Trah Mataram
Benda-benda Peninggalan Kerajaan Majapahit
  1. Candi Wringin Lawang
  2. Candi Brahu
  3. Candi Tikus
  4. Gapura Bajang Ratu
  5. Kolam Segaran
  6. Makam Putri Campa
  7. Candi Joltundo
  8. Kitab Negarakertagama
  9. Kitab Sutasoma
  10. Kitab Arjunawiwaha
  11. Kitab Kunjarakarna dan Parthayajna
  12. Kitab Pararaton
Jika Politik Silsilah Benar, Semua Presiden Kita Bersaudara.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ternyata keturunan raja. Tak tanggung-tanggung, Presiden RI ke-6 ini punya pertalian darah dengan Raden Wijaya, raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit. Tak hanya itu, SBY juga masih satu garis keluarga dengan Sri Sultan Hamengkubuwana III.

Setidaknya itulah informasi yang disebarkan Andi Arief melalui akun Twitter-nya pada 25 Februari 2018 lalu. Politisi Partai Demokrat ini mengunggah foto dua lembar kertas yang menunjukkan silsilah SBY, dan dua putranya, yakni Agus Harimurti Yudhoyono serta Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas, masih bertautan dengan trah raja-raja Mataram.
Ketika salah satu netizen mempertanyakan apa hubungan postingan silsilah itu dengan bangsa Indonesia saat ini, juga menyatakan bahwa garis keturunan tidak bisa dijadikan acuan baik atau tidaknya seseorang, Andi Arief membalas singkat: 
Kan saya (hanya) share info.

Andi Arief memang cuma berbagi informasi, terlepas dari cukup dekatnya eks aktivis mahasiswa ini dengan sang mantan penguasa. Semasa SBY memerintah, ia adalah Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana. Dan, tentunya bukan tanpa alasan atau nir kepentingan Andi Arief mengunggah foto silsilah yang mengklaim SBY masih keturunan Majapahit sekaligus Mataram Islam itu.

Tak hanya SBY seorang yang pernah dikait-kaitkan dengan raja-raja besar di Nusantara. Semua Presiden RI, termasuk Joko Widodo, juga tokoh-tokoh lain yang kerap mengincar kekuasaan macam Prabowo Subianto, Yusril Ihza Mahendra, dan lainnya, juga tak luput dari klaim politik silsilah.

Kendati tokoh-tokoh itu, termasuk para Presiden RI, tidak lantas mengiyakan kebenaran klaim tersebut secara langsung, akan tetapi inilah salah satu cara yang biasanya dilakukan oleh pendukung atau tim sukses mereka untuk melegitimasi keabsahan sebagai pemimpin rakyat.

Sukarno, Soeharto, dan Megawati
Sukarno dan Soeharto ibarat air dan api. Tapi siapa sangka, keduanya konon punya leluhur yang sama, yaitu Sultan Hamengkubuwana II.

Dimulai dari Sukarno. Sang proklamator sekaligus Presiden RI pertama ini disebut-sebut masih keturunan Sultan HB II yang bertakhta di Kesultanan Yogyakarta dalam tiga periode berbeda, yakni 1792-1810, 1811-1812, dan 1826-1828.

Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam buku Ayah-Bunda Bung Karno (2002) merunut silsilah sang putra fajar dari garis kedua orangtuanya. 

Kakek Sukarno, Raden Hardjodikromo, dipercaya merupakan salah satu cicit Sultan HB II dari putranya yang bernama:
Pangeran Mangkoediningrat atau Raden Mangoendiwirjo.

Antara Gus Dur dan Joko Tingkir
Awal November 1999, dalam penerbangan kembali ke tanah air dari Amerika Serikat, Presiden Abdurrahman Wahid bercerita kepada wartawan yang menyertainya tentang pembicaraannya dengan Presiden Bill Clinton. Di tengah ceritanya, mendadak Gus Dur berkata, 
Saya ini sebenarnya keturunan Joko Tingkir.

Joko Tingkir yang dimaksud Gus Dur tidak lain adalah Sultan Hadiwijaya, pendiri Kerajaan Pajang yang memerintah pada 1549-1582. 

Entah sekadar berkelakar atau justru lagi serius, Presiden RI ke-4 ini tampaknya memang mengagumi sosok Joko Tingkir.
Saya sering menengok petilasan Joko Tingkir di Pringgoboyo, Lamongan. Joko Tingkir adalah salah satu tokoh legendaris dalam sejarah awal kerajaan Islam di tanah Jawa.
sebut Gus Dur sembari memetakan silsilah keturunan dari Joko Tingkir sampai dirinya, kepada si jurnalis di pesawat itu.

Tidak hanya sekali itu saja Gus Dur bertutur perihal Sultan Hadiwijaya. Dalam beberapa kesempatan, termasuk saat menyampaikan uraian dalam suatu acara pada 2003, tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU) ini seringkali menyinggung sepak-terjang Joko Tingkir, yang terkadang dikaitkannya dengan situasi terkini.

Ayah Joko Tingkir, Ki Ageng Pengging, adalah murid Syekh Siti Jenar, wali yang dianggap sesat oleh Walisongo, barisan ulama pro-Kesultanan Demak. 

Namun, Joko Tingkir juga merupakan murid Sunan Kalijaga dan dipersaudarakan dengan Ki Juru Martani yang kelak menjadi mahapatih Kesultanan Mataram Islam. 

Selain itu, Joko Tingkir disebut-sebut pula masih keturunan Prabu Brawijaya (1474-1519), raja terakhir Majapahit.

Emha Ainun Nadjib dalam buku Kerajaan Indonesia (2006) pernah menyebut Gus Dur merupakan keturunan ke-12 dari Pangeran Benawa (hlm. 378). Benawa adalah putra Joko Tingkir dan menjadi raja terakhir Pajang dengan gelar Sultan Prabuwijaya (1586-1587).

Pangeran Benawa dipersaudarakan dengan Danang Sutawijaya yang diangkat anak oleh Joko Tingkir. 

Sutawijaya inilah yang nantinya memberontak terhadap Pajang, kemudian mendirikan Kesultanan Mataram Islam dan dikenal dengan nama Panembahan Senapati (1587-1601).

Panembahan Senapati memiliki penasihat utama sekaligus mahapatih bernama Ki Juru Martani. 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Ki Juru Martani dipersaudarakan dengan Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya alias ayah angkat Panembahan Senapati.

Antara Majapahit, Demak, Pajang, Mataram Islam, hingga Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman, memang masih satu garis riwayat dalam rangkaian sejarah kerajaan di Jawa.

Mataram Islam: Habibie dan Jokowi
Presiden RI ke-3, Bacharuddin Jusuf Habibie, tidak luput pula dari dugaan serupa, dihubung-hubungkan sebagai keturunan penguasa kerajaan di Jawa. 

Habibie memang bukan lahir di Jawa, melainkan di Parepare, Sulawesi Selatan. 

Namun, ibundanya, R.A. Toeti Marini Poespowardojo, adalah perempuan Jawa kelahiran Yogyakarta.

Menurut Nurinwa Ki S. Hendrowinoto dalam Ibu Indonesia dalam Kenangan (2004), ibunda Habibie berasal dari keluarga priyayi atau ningrat Jawa. 

Toeti adalah cucu dari Raden Ngabehi Tjitrowardojo, seorang dokter sekaligus bangsawan lokal terkemuka dari Purworejo, Jawa Tengah, tidak seberapa jauh dari Yogyakarta dan pernah menjadi wilayah kekuasaan Mataram (hlm. 141).

Kanzun Qalam dalam blog pribadinya, menduga Tjitrowardojo, kakek buyut Habibie, masih keturunan Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram Islam. 
Namun, seperti halnya klaim-klaim serupa terkait garis keturunan para Presiden RI lainnya, dugaan ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah.

Beralih ke Presiden RI terkini, Joko Widodo. Kanzun Qalam menuliskan dirunut dari berbagai sumber bahwa Jokowi adalah keturunan Kiai Jahja, salah seorang panglima Pangeran Diponegoro. 

Kiai Jahja, menurut penelusuran Qalam, masih terhitung keturunan Ki Juru Martani.

Ki Juru Martani sendiri, menurut Pranoedjoe Poespaningrat dalam Kisah Para Leluhur dan yang Diluhurkan, dari Mataram Kuno sampai Mataram Baru (2008), yang merupakan orang kepercayaan Panembahan Senapati, disinyalir berdarah temurun Raja Brawijaya (hlm. 24).

Jika dirunut lebih jauh, leluhur Prabu Brawijaya tentu saja adalah Raden Wijaya, pendiri Majapahit yang oleh Andi Arief diinfokan masih segaris darah dengan SBY beserta kedua putranya, Agus dan Ibas.

Begitu pula dengan Sultan HB II, yang dikait-kaitkan dengan Sukarno dan Megawati, juga Soeharto. 

HB II adalah raja kedua Kasultanan Yogyakarta, salah satu kerajaan penerus warisan Mataram yang bermuasalkan Majapahit. 

Ditambah Gus Dur, Habibie, dan Jokowi, yang juga diklaim dalam satu riwayat kekerabatan yang saling berkaitan.

Jika mengikuti klaim-klaim tersebut, yang kadang berasal dari lingkaran presiden maupun dari luar lingkaran, maka seluruh Presiden RI hingga saat ini, dari Sukarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, dan Jokowi, masih bersaudara dalam lingkaran kekerabatan raja-raja Jawa.

Rumit memang dan belum terbukti keabsahannya. 

Taktik politik silsilah semacam ini kerap dijadikan salah satu cara untuk melegitimasi tokoh-tokoh nasional dalam pertarungan politik demi merengkuh/ memperkuat basis kekuasaan. 

Selebihnya sama sekali tidak relevan dengan situasi hari ini yang lebih membutuhkan pemimpin yang kapabel ketimbang sekadar turunan tokoh dari masa silam siapa pun tokoh tersebut.

Sabdo Palon Naya Genggong Nagih Janji Ing Bumi Mataram
Namun, jika ada yang bilang:
Usir Asing di Indonesia, khususnya Di Pulau Jawa...!!!!
Jawabnya pasti sudah tahu,
Siapa yang pantas angkat kaki di Bumi Mataram ini...!!!!
Karena sesunggunya mereka sendirilah yang harus pergi dari Bumi Mataram.

Itu dikarenakan mereka telah menjuluki diri mereka penjajah sesungguhnya.

Ayo... Kita Ungkap Sejarah Trah Mataram, siapakah Asing-Asing yang mereka katakan dan layak harus Angkat Kaki dari Bumi Pertiwi ini... Mulutmu Akan Menjadi Harimaumu... Kebusukan Akan terungkap dengan berjalannya Waktu...
☆☆☆☆☆

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT