Misteri Kematian Gajah Mada, Panglima Perang Majapahit

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
"Misteri Kematian Gajah Mada, Panglima Perang Majapahit"
Prasasti Gajah Mada yang bertarikh 1273 saka atau tahun 1351:
 Pada saka 1213/ 1291 M, Bulan Jyesta, pada waktu itu saat wafatnya Paduka Bhatara yang dimakamkan di Siwabudha…Rakryan Mapatih Mpu Mada, yang seolah-olah sebagai yoni bagi Bhatara Sapta Prabhu, dengan yang terutama di antaranya ialah Sri Tribhuwanottunggadewi Maharajasa Jayawisnuwarddhani, cucu-cucu putra dan putri paduka Bhatara Sri Krtanagarajnaneuwarabraja Namabhiseka pada waktu itu saat Rakryan Mapatih Jirnnodhara membuat caitya bagi para brahmana tertinggi Siwa dan Buddha yang mengikuti wafatnya paduka Bhatara dan sang Mahawrddhamantri (Mpu Raganatha) yang gugur di kaki Bhatara.
☆☆☆☆☆
Gajah Mada (wafat k. 1364) adalah seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit.

Riwayat hidup Mahapatih Gajah Mada, sebagai tokoh paling terkenal dalam kerajaan Majapahit Hindu dahulu kala. Jejak kematiannya masih menjadi teka-teki misteri yang belum berhasil terungkap sampai sekarang.

Menurut berbagai sumber mitologi, kitab, dan prasasti dari zaman Jawa Kuno, ia memulai kariernya tahun, dan semakin menanjak setelah peristiwa pemberontakan Ra Kuti pada masa pemerintahan Sri Jaya Nagara, yang mengangkatnya sebagai Patih. 

Gajah Mada menjadi Mahapatih (Menteri Besar) pada masa Ratu Tribhuwana Tungga Dewi, dan kemudian sebagai Amangkubhumi (Perdana Menteri) yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya.

Gajah Mada terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang tercatat di dalam Pararaton.

Pararaton dalam Jawa Pertengahan yang berbunyi sebagai berikut:
Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: 
Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa.
☆☆☆☆☆
Artinya :
Ia, Gajah Mada sebagai patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa, Gajah Mada berkata:
Bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa.
☆☆☆☆☆
Gajah Mada menyatakan tidak akan memakan palapa sebelum berhasil menyatukan Nusantara. Meskipun ia adalah salah satu tokoh sentral saat itu, sangat sedikit catatan-catatan sejarah yang ditemukan mengenai dirinya. 

Dalam penjelasan Kidung Sunda Pupuh ke tiga, patih Gajah Mada disalahkan atas kematian Prabu Hayam Wuruk yang meratapi nasib Putri Sunda akibat konflik perang Bubat antara pasukan Kerajaan Sunda dengan pasukan Majapahit yang dipimpin olehnya.

Gajah mada saat itu gagal menempuh langkah diplomasi untuk membujuk hati Prabu Maharaja Lingga Buana agar putrinya Dyah Pitaloka bersedia dinikahi oleh Hayam Wuruk.

Malahan Gajah Mada melakukan agresi militer tanpa persetujuan Hayam Wuruk untuk menaklukkan Kerajaan Sunda, dia pun memaksa sang Raja untuk memberikan putrinya sebagai simbol pengakuan kerajaan Majapahit.

Namun sang Raja menolak keras permintaan Gajah Mada, hingga kedua kerajaan ini berperang hebat dan dimenangkan oleh Majapahit. Mengetahui Ayah dan pasukannya tewas dalam pertempuran, Dyah Pitaloka pun memilih untuk bunuh diri.

Setelah jasad Hayam Wuruk diperabukan dan upacara perkabungan selesai, kedua paman Hayam Wuruk, Raja Kahuripan dan Raja Daha sepakat untuk menangkap Gajah Mada dan menghukum mati dirinya.

Rencana pembunuhan ini terdengar oleh Gajah Mada, hingga ia pun melakukan tapa samadi untuk melepaskan jiwa dan raganya dari dunia. Setelah itu dia menghilang menuju niskala (mencapai moksa) dan ketika pasukan Majapahit datang, tak berhasil menemukan keberadaannya.

Namun versi cerita lain menurut kitab Kakawin Nagarakretagama menyebutkan Gajah Mada meninggal dunia akibat sakit di tahun 1286 (1364 Masehi). Peristiwa ini terjadi setelah tidak lama Prabu Hayam Wuruk menjenguk dirinya.

Wajah sesungguhnya dari tokoh Gajah Mada, saat ini masih kontroversial. Banyak masyarakat Indonesia masa sekarang yang menganggapnya sebagai pahlawan dan simbol nasionalisme Indonesia dan persatuan Nusantara.
☆☆☆☆☆

Baca Tags Terkait:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT