Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Mereka Tuli, Bisu Dan Buta, Maka Tidaklah Mereka Akan Kembali (Ke Jalan Yang Benar)
صُمٌّۢ بُکۡمٌ عُمۡیٌ فَہُمۡ لَا یَرۡجِعُوۡنَ
Shummun bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun(a).
Artinya:
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
Ayat tersebut menggambarkan keadaan Orang-orang Kafir di muka bumi ini.
Di beri peringatan atau tidak, mereka tetap tidak akan berubah.
Orang-orang kafir diberkahi seperti Seekor Sapi Betina. Namun mereka dungu seperti sapi. Sabagaimana dikisahkan didalam Al-Qur'an dan kitab-kitab terdahulu.
Perumpamaan keimanan yang ditunjukkan oleh orang-orang Munafiq dengan kekufuran yang mereka sembunyikan, adalah seperti:
Orang yang menyalakan api untuk dijadikan sebagai unggun untuk menerangi mereka, namun tatkala api itu menerangi sekeliling mereka dan mereka merasai manfaat daripadanya.
Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka tersebut, dan membiarkan mereka di dalam kegelapan dan keadaan tidak melihat.
Kerana dengan keimanan yang mereka tampakkan, mereka telah menjaga darah, harta, isteri-isteri serta keturunan mereka daripada pembunuhan dan perhambaan sedangkan dengan kekufuran yang mereka sembunyikan apabila mereka mati, maka mereka akan masuk neraka dan rugi dalam segala hal hingga diri mereka sendiri.
Berikut Kumpulan Kisah Sapi Betina Di Dalam Al-Qur'an:
Kisah Al Baqarah (Sapi Betina) di Zaman Nabi Musa
Singkatnya, tersebutlah di kalangan Bani Israil seorang kaya raya. Dia mempunyai saudara sepupu yang fakir.
Tidak ada ahli waris selain dirinya. Ketika orang kaya tersebut tidak lekas mati, maka saudara sepupu ini membunuhnya agar dia dapat mewarisi hartanya.
Lalu dia membawa mayat saudaranya ke desa lain lalu melemparkan di pelataran desa. Kemudian dia berlagak hendak menuntut balas.
Dia bersama orang-orang mendatangi Nabi Musa ‘alaihissalam lalu mereka memohon kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya diberi keterangan mengenai pembunuh orang tersebut.
Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam memerintahkan mereka agar menyembelih sapi dengan berkata kepada mereka:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.
Mereka berkata:
Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?
(QS. Al-Baqarah: 67).
Maksudnya, apakah engkau mengejek kami, padahal kami bertanya kepadamu mengenai orang yang terbunuh, dan engkau justru memerintahkan kami agar menyembelih sapi.
Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam menjawab:
Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.
(QS. Al-Baqarah: 67)
Maksudnya, termasuk orang-orang yang mengejek kaum mukmin.
Ketika orang-orang mengetahui bahwa menyembelih sapi merupakan rencana dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mereka menanyakan ciri-ciri sapi tersebut kepada Nabi Musa ‘alaihissalam.
Ternyata di balik hal tersebut ada hikmah besar, yaitu:
Bahwa di kalangan Bani Israil terdapat orang shalih. Dia mempunyai anak laki-laki yang masih kecil dan dia mempunyai anak sapi betina.
Dia membawa anak sapi tersebut ke dalam hutan dan berkata:
Ya Allah! Saya menitipkan anak sapi ini kepada-Mu untuk anakku kelak jika dia dewasa.
Selanjutnya orang shalih ini meninggal dunia, sehingga anak sapi ini masih di hutan sampai bertahun-tahun.
Anak sapi itu berlari setiap kali dilihat oleh orang.
Ketika anak orang shalih tadi telah dewasa, dia menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
Dia membagi malamnya menjadi tiga bagian.
Dia melaksanakan shalat dalam sepertiga malam, tidur dalam sepertiga malam, dan duduk di samping ibunya dalam sepertiga malam.
Di pagi hari dia mencari kayu bakar yang ditaruh di punggungnya, lalu datang ke pasar untuk menjual kayunya sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian dia menyedekahkan sepertiganya, memakan sepertiganya, dan memberikan kepada sang ibu sepertiganya.
Pada suatu hari sang ibu berkata kepadanya,
Sesungguhnya ayahmu telah mewariskan anak sapi betina untukmu yang dia titipkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di hutan ini, maka berangkatlah! Berdoalah kepada Rabb Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Ismail ‘alaihissalam, dan Nabi Ishaq ‘alaihissalam agar mengembalikan anak sapi tersebut kepadamu. Ciri-cirinya, jika engkau melihatnya, kamu membayangkan seakan-akan sinar matahari memancar dari kulitnya. Dia diberi nama ‘Al-Mudzahhabah’ karena keindahan dan kejernihannya.
Kemudian anak tersebut memasuki hutan, lalu dia melihat anak sapi sedang merumput, lantas dia memanggilnya dengan mengatakan,
Saya bermaksud kepadamu dengan menyebut nama Rabb Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Ismail ‘alaihissalam, dan Nabi Ishaq ‘alaihissalam.
Kontan sapi itu menengok ke arahnya dan berjalan mendekatinya sehingga sapi tersebut berdiri di hadapannya. Dia lalu memegang lehernya dan menuntunnya.
Saya bermaksud kepadamu dengan menyebut nama Rabb Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Ismail ‘alaihissalam, dan Nabi Ishaq ‘alaihissalam.
Kontan sapi itu menengok ke arahnya dan berjalan mendekatinya sehingga sapi tersebut berdiri di hadapannya. Dia lalu memegang lehernya dan menuntunnya.
Dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, tiba-tiba sapi tersebut bicara,
Wahai anak yang berbakti kepada kedua orang tua! Tunggangilah aku, karena hal itu lebih meringankanmu.
Wahai anak yang berbakti kepada kedua orang tua! Tunggangilah aku, karena hal itu lebih meringankanmu.
Anak tersebut berkata,
Sesungguhnya ibuku tidak memerintahkanku melakukan hal itu. Akan tetapi, beliau berkata ‘peganglah lehernya.’
Sesungguhnya ibuku tidak memerintahkanku melakukan hal itu. Akan tetapi, beliau berkata ‘peganglah lehernya.’
Sapi itu berkata,
Demi Rabb Bani Israil, jika engkau menunggangiku, niscaya kamu tidak dapat menguasaiku untuk selamanya.
Ayo berangkat! Sungguh, jika engkau memerintahkan gunung melepaskan diri dari pangkalnya dan berjalan bersamamu, niscaya ia melakukannya lantaran baktimu kepada ibumu.
Demi Rabb Bani Israil, jika engkau menunggangiku, niscaya kamu tidak dapat menguasaiku untuk selamanya.
Ayo berangkat! Sungguh, jika engkau memerintahkan gunung melepaskan diri dari pangkalnya dan berjalan bersamamu, niscaya ia melakukannya lantaran baktimu kepada ibumu.
Lantas pemuda tersebut berjalan bersama sapi menemui ibunya. Sang ibu berkata kepadanya,
Sesungguhnya engkau orang fakir.
Engkau tidak memiliki harta.
Engkau kerepotan mencari kayu bakar di siang hari dan melakukan qiyamul lail di malam hari.
Oleh karena itu, pergilah.
Jual sapi ini!
Sesungguhnya engkau orang fakir.
Engkau tidak memiliki harta.
Engkau kerepotan mencari kayu bakar di siang hari dan melakukan qiyamul lail di malam hari.
Oleh karena itu, pergilah.
Jual sapi ini!
Si anak bertanya,
Saya jual dengan harga berapa?
Saya jual dengan harga berapa?
Ibunya menjawab,
Tiga dinar.
Engkau jangan menjual tanpa pertimbanganku.
Harga sapi telah dipatok tiga dinar dan Sang anak pun berangkat ke pasar.
Tiga dinar.
Engkau jangan menjual tanpa pertimbanganku.
Harga sapi telah dipatok tiga dinar dan Sang anak pun berangkat ke pasar.
Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus malaikat agar dia melihat makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya sekaligus untuk menguji pemuda tersebut bagaimana baktinya kepada ibunya. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui hal tersebut.
Sang malaikat bertanya,
Kamu jual sapi ini dengan harga berapa?
Kamu jual sapi ini dengan harga berapa?
Dia menjawab,
Tiga dinar......
Dengan catatan ibuku meridhainya.
Tiga dinar......
Dengan catatan ibuku meridhainya.
Lantas malaikat berkata,
Saya beli enam dinar.
Tetapi engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu.
Saya beli enam dinar.
Tetapi engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu.
Pemuda itu berkata,
Seandainya engkau memberiku emas seberat sapi ini pun, saya tidak akan mengambilnya melainkan dengan ridha ibuku.
Seandainya engkau memberiku emas seberat sapi ini pun, saya tidak akan mengambilnya melainkan dengan ridha ibuku.
Kemudian dia membawa pulang sapi kepada ibunya dan dia menceritakan tentang harganya.
Lalu sang ibu berkata,
Kembali lagi!
Juallah dengan harga enam dinar berdasarkan ridha dariku.
Kembali lagi!
Juallah dengan harga enam dinar berdasarkan ridha dariku.
Dia pun berangkat ke pasar dan menemui malaikat.
Sang malaikat bertanya,
Apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?
Sang malaikat bertanya,
Apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?
Pemuda itu menjawab,
Beliau menyuruhku agar tidak mengurangi harganya dari enam dinar dengan catatan saya meminta persetujuan ibu.
Beliau menyuruhku agar tidak mengurangi harganya dari enam dinar dengan catatan saya meminta persetujuan ibu.
Sang malaikat berkata,
Saya akan memberimu dua belas dinar.
Saya akan memberimu dua belas dinar.
Pemuda itupun menolak, lalu kembali kepada ibunya dan menceritakan hal tersebut kepadanya.
Ibunya berkata,
Sungguh, orang yang mendatangimu adalah malaikat dalam bentuk manusia untuk mengujimu.
Jika dia mendatangimu lagi, katakan padanya,
Apakah engkau memerintahkan kami untuk menjual sapi ini ataukah tidak?
Sungguh, orang yang mendatangimu adalah malaikat dalam bentuk manusia untuk mengujimu.
Jika dia mendatangimu lagi, katakan padanya,
Apakah engkau memerintahkan kami untuk menjual sapi ini ataukah tidak?
Pemuda itu pun melakukan hal tersebut, lalu malaikat berkata,
Kembalilah kepada ibumu. Dan tolong sampaikan padanya, ‘Biarkanlah sapi ini.
Sungguh Nabi Musa bin Imran ‘alaihissalamakan membelinya dari kalian untuk mengungkap korban pembunuhan seseorang di kalangan kaum Bani Israil.
Janganlah engkau menjualnya kecuali dengan kepingan dinar yang memenuhi kulitnya.
Oleh karena itu, tahan dulu sapi ini.
Kembalilah kepada ibumu. Dan tolong sampaikan padanya, ‘Biarkanlah sapi ini.
Sungguh Nabi Musa bin Imran ‘alaihissalamakan membelinya dari kalian untuk mengungkap korban pembunuhan seseorang di kalangan kaum Bani Israil.
Janganlah engkau menjualnya kecuali dengan kepingan dinar yang memenuhi kulitnya.
Oleh karena itu, tahan dulu sapi ini.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menakdirkan orang-orang Bani Israil yang menyembelih sapi itu.
Mereka terus-menerus menanyakan ciri-ciri sapi tersebut dan ternyata ciri-ciri yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri sapi pemuda shalih tersebut.
Hal ini merupakan imbalan bagi pemuda tersebut atas baktinya kepada sang ibu sebagai anugerah dan kasih sayang.
Mereka terus-menerus menanyakan ciri-ciri sapi tersebut dan ternyata ciri-ciri yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri sapi pemuda shalih tersebut.
Hal ini merupakan imbalan bagi pemuda tersebut atas baktinya kepada sang ibu sebagai anugerah dan kasih sayang.
Akhirnya mereka pun membeli sapi tersebut dengan emas sepenuh kulit sapi.
Lantas mereka menyembelih sapi tersebut kemudian memukulkan bagian dari sapi kepada korban pembunuhan sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya orang yang terbunuh bangkit hidup lagi dengan izin Allah, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah.
Lalu dia berkata,
Maka, si pembunuh terhalang mendapat warisan.
Lantas mereka menyembelih sapi tersebut kemudian memukulkan bagian dari sapi kepada korban pembunuhan sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya orang yang terbunuh bangkit hidup lagi dengan izin Allah, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah.
Lalu dia berkata,
Yang membunuh saya adalah fulan.
Kemudian dia jatuh dan mati di tempatnya.Maka, si pembunuh terhalang mendapat warisan.
Kisah Pengkhianatan Samiri
Patung anak sapi akhirnya dibakar Musa dan menjadi debu.
Pada zaman Fir'aun, setiap bayi laki-laki Bani Israil harus dibunuh.
Mirip dengan kisah Musa, Samiri pun menjadi bayi laki-laki yang selamat.
Bedanya, sang ibu meninggalkan bayi Samiri di dalam gua begitu saja, tidak ada yang menyelamatkannya, apalagi merawatnya.
Atas kasih sayang Allah, diutuslah Jibril untuk merawat sang bayi. Sejak itu, Samiri mengenal Jibril.
Setelah dewasa, Samiri terkenal sebagai seorang yang amat terasing dan enggan berbaur.
Ia memiliki nama asli Mikha atau Musa bin Zhafar dan tinggal di Karman atau Bajarna.
Satu-satunya yang menjadi teman Samiri adalah para musyrikin yang menyembah patung anak sapi.
Dari pergaulannya yang salah tersebut, efek negatif pun melekat di hatinya.
Ia juga mencintai dan mengagungkan anak sapi.
Saat Musa diutus menjadi nabi, Bani Israil pun diselamatkan dari kekejaman Fir'aun.
Samiri termasuk yang ikut serta dalam rombongan Musa.
Pasca tenggelamnya Fir'aun, Musa menggiring Bani Israil meninggalkan Mesir.
Saat menyeberangi Laut Merah menuju tanah yang dijanjikan, Jibril mendampingi Nabi Musa dan Harun.
Jibril menunggangi kuda dan berada di depan rombongan.
Samiri yang dahulu pernah dirawat Jibril pun mengenalinya. Tanpa ilmu, Samiri mengambil tanah bekas tapak kuda yang ditunggangi Jibril. Ia pun menyimpannya.
Dalam perjalanan, rombongan Musa mampir di sebuah desa yang penduduknya menyembah patung anak sapi.
Bukan menaati Musa untuk menauhidkan Allah, Bani Israil justru meminta Musa untuk membuat satu patung untuk mereka sembah.
Wahai Musa, buatkanlah untuk kami satu sesembahan sebagaimana mereka mempunyai beberapa sesembahan.
pinta mereka.
Tentu saja, Musa geram mendengarnya. Ia pun kembali mengingatkan kaumnya agar hanya menyembah Allah Ta'ala semata.
Sejak singgah di desa tersebut, kekaguman Samiri pada anak sapi kembali membutakan hatinya.
Ia pun bertekad suatu hari akan mengajak Bani Israil untuk menyembah anak sapi.
Ia pun teringat pada tanah jejak kuda Jibril yang ia simpan dalam kantong.
Dengan bisikan setan, Samiri bertekad menjadikan tanah tersebut bahan pembuatan patung.
Keinginan Samiri untuk menjalankan misinya mendapat kesempatan.
Di tengah perjalanan, Musa meninggalkan Bani Israil untuk sementara waktu dengan tujuan mendapatkan wahyu Taurat dari Allah.
Atas perintah Allah, Musa menuju bukit Thur untuk menerima mukjizat Taurat.
Musa berencana pergi selama 10 malam, tapi kemudian digenapkan selama 40 malam. Sebelum berangkat, Nabi Musa pun menitipkan Bani Israil pada adiknya, Nabi Harun.
Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku. Perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.
ujar Musa.
Harun pun kemudian memimpin Bani Israil.
Namun, rupanya Samiri tidak peduli dengan nasihat Harun.
Ia pun mengajak Bani Israil untuk mengumpulkan segala perhiasan emas yang selama ini dibawa.
Emas tersebut dikumpulkan untuk kemudian dilebur di atas api.
Setelah emas meleleh, Samiri melemparkan tanah jejak kuda Jibril yang ia simpan selama perjalanan dari Mesir.
Jadilah anak sapi!
teriak Samiri girang tanpa merasa berdosa. Lupa sudah Samiri akan peringatan Musa agar tak menyembah berhala, tapi selalu mengesakan Allah.
Dengan kebodohan Bani Israil, mereka pun percaya dan mengikuti ajakan buruk Samiri.
Alhasil, mereka pun menyembah patung anak sapi tersebut selama Musa pergi.
Sementara, Harun tak sanggup melawan Bani Israil sendirian.
Saat Musa kembali, betapa marah dan sedih hatinya.
Ia hanya meninggalkan kaumnya sebentar saja untuk mendapat petunjuk yang juga nantinya bermanfaat bagi Bani Israil, tapi Musa justru mendapati kaumnya telah musyrik.
Namun, Bani Israil punya banyak alasan. Mereka selalu merasa congkak dan merasa paling benar.
Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri.
Tetapi, kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu (Mesir).
Maka, kami telah melemparkannya dan demikian pula Samiri melemparkannya.
ujar mereka.
Mendengar hal itu, Musa pun bersegera menemui Samiri. Ia sangat marah kepada Samiri yang mengkhianati perintahnya dan justru menyesatkan kaumnya.
Apa yang mendorongmu berbuat demikian, hai Samiri?
tanya Musa bernada tinggi.
Dengan enteng Samiri hanya menjawab,
Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya.
Maka, aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya.
Demikianlah nafsuku membujukku.
katanya.
Musa pun geram dan mengusir Samiri.
Patung anak sapi tersebut pun segera diseret Musa menuju api yang menyala.
Tinggallah Tuhan buatan Samiri itu berupa abu.
Musa pun kemudian melemparkan abu itu ke laut.
Sementara itu, Samiri meninggalkan rombongan.
Ia kembali hidup menyendiri. Seperti yang dikatakan Musa, Samiri akan mendapatkan azab dunia dan akhirat.
Neraka jelas hukuman Samiri di akhirat.
Adapun di dunia, Samiri menderita penyakit aneh.
Kulitnya tidak dapat disentuh oleh siapa pun.
Jika seseorang menyentuh kulitnya, Samiri merasakan panas membakar kulitnya.
Akibatnya, seumur hidup, dia selalu berkata kepada orang lain,
Jangan sentuh saya!
Itulah hukuman bagi Samiri sang pelaku kesyirikan.
Kisah Samiri terdapat dalam Alquran surah Thaha ayat 85-91 dan ayat 95-98.
Nama Samiri merupakan nama bahasa Arab.
Kisah tersebut juga tercantum dalam Bibel dan banyak diceritakan dalam kitab Israiliyat.
Sebagai umat Islam tentu kita sering melihat banyaknya arca-arca sapi di tempat Suci Hindu baik yang ditemukan di situs purbakala maupun di tempat-tempat suci yang masih aktif digunakan sebagai tempat peribadatan sehingga tidaklah heran jika sebagai orang non hindu kita menduga bahwa orang hindu menyembah SAPI.
Sebagai orang yang tidak pernah bersentuhan dengan orang hindu hal ini wajar jika kita memberi anggapan yang salah kaprah terhadap masalah ini.
Apa lagi pada kenyataannya sebagian besar umat Hindu di dunia berpantang untuk mengkonsumsi daging sapi.
Benarkah Hindu memuja Sapi?
Kali ini mari kita simak bersama apa maksud dari semua itu.
Berdasarkan Peradaban Veda
Sapi memang merupakan binatang yang sangat di sakralkan.
Diuraikan bahwa sapi merupakan lambang dari ibu pertiwi yang memberikan kesejahtrean kepada semua makhluk hidup di bumi ini.
Karena itulah para umat manusia diajarkan untuk tidak menyemblih dan memakan daging sapi.
Manfaat Sapi Bagi Manusia
Selain mempunyai manfaat di dalam kehidupan rohani, sapi juga memelihara kita di dalam kehidupan material kita seperti misalnya dengan memberikan susu sapi dan berbagai produk susu.
Selain susu dan berbagai produk, sapi juga memberikan berbagai jenis bahan obat-obatan seperti misalnya kencing sapi dan tahi sapi yang bahkan ilmuwan modern sekalipun menerima bahwa air kencing sapi dan kotoran sapi mengandung zat anti septik yang bisa digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit.
Panca Gavya
Di India, didalam sistem pengobatan Ayur Veda, terdapat teknik yang di sebut pengobatan panca gavya.
Panca gavya adalah lima jenis produk yang di hasilkan oleh sapi yaitu:
- susu, yogurt,
- ghee,
- kencing sapi dan
- kotoran sapi.
Panca gavya ini diangap sebagai bahan bahan yang menyucikan.
Bahkan di dalam yajna dan memandikan pratima di berbagai kuil, bahan bahan ini sangat diperlukan.
Tanpa panca gavya, seseorang tidak bisa menginstalasi pratima di dalam kuil.
Selain bahan bahan yang bisa di komsumsi dari segi material, sapi juga membantu para petani di dalam berbagai hal.
Sapi jantan di gunakan untuk membajak dan kotoran sapi digunakan untuk pupuk.
Sri Krisna
Sri Krisna sendiri yang muncul ke dunia material ini memberikan contoh kepada umat hindu untuk menghormati sapi.
Beliau bahkan lebih memementingkan sapi dari semua makhluk hidup lainya termasuk para brahmana.
Seperti diuraikan di dalam sastra:
namo brahmaëya-deväya go-brähmaëa-hitäya ca jagad-dhitäya kåñëäya govindäya namo namaù.
Vrindavan
Di vrindavan, tradisi menghormati sapi-sapi masih berlangsung sampai sekarang.
Di beberpa tempat di daerah pedalaman di Vraja bumi, ketika mereka memasak roti (capati).
Roti pertama akan diberikan kepada sapi karena mereka mengangap bahwa Krisna hanya akan menerima persembahan kalau mereka memuaskan sapi-sapi dan para brahmana.
Kemudian roti kedua di berikan kepada orang suci yan kebetulan lewat di daerah desa tersebut dan roti lainnya, di persembahkan kepada Sri Krsna.
Disini hendaknya kita membedakan istilah menghormati dan memuja.
Orang Hindu memperlakukan sapi secara istimewa adalah untuk menghormati sapi, bukan memuja sapi. Hindu hanya memuja satu Tuhan,
eko narayanan na dwityo'sti kascit
tapi menghormati seluruh ciptaan Tuhan, terutama yang disebut ibu, para dewa yang mengatur alam material dan semua umat manusia.
Tradisi Hindu
Dalam tradisi Hindu dikenal beberapa entitas yang dapat disebut sebagai ibu yang harus kita hormati, yaitu;
- Ibu yang melahirkan kita, yaitu ibu kandung kita sendiri.
- Ibu yang menyusui kita walaupun tidak mengandung kita.
- Ibu yang memelihara dan mengasuh kita walaupun tidak melahirkan dan menyusui kita.
- Sapi yang telah memberikan kita susu, sumber panca gavya dalam pengobatan Ayur Vedic dan juga yang tenaganya telah kita gunakan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan kita.
- Ibu pertiwi, yaitu bumi dan alam ini yang telah memberikan penghidupan pada kita dan harus kita jaga kelestariannya.
Bukan Karena Haram
Sekarang kita gunakan hati nurani kita:
Apakah kita akan tega membunuh dan memakan daging sapi yang sudah kita minum susunya, yang sudah membantu pekerjaan-pekerjaan fisik kita dalam menarik pedati dan juga membajak sawah?
Disaat manusia dapat dengan mudahnya membunuh, memotong kepala ayam dan sapi tanpa perasaan, maka disaat itulah mereka akan memotong kepala manusia dan bahkan ibu kandungnya sendiri seperti memotong kepala seekor ayam.
Ternyata setelah kita amati dan mempelajari kitab suci veda, ternyata sapi merupakan binatang yang suci yang dihormati oleh para dewa sekalipun.
Bukanlah karena sapi merupakan binatang haram.
Dibalik Hikmah:
Dibalik Hikmah:
Shummun bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun.
Artinya:
Mereka pekak, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar.
Maksudnya:
Tinggallah pemilik-pemilik api yang menyinar dan telah padam tersebut menjadi orang yang tuli dan tidak dapat mendengar seruan orang, bisu dan tidak dapat menanyakan jalan (yang benar), buta dan tidak dapat melihatnya serta tidak boleh kembali kepada jalan mereka semula.
Demikian pula halnya dengan orang-orang Munafiq yang telah masuk Islam kemudian kembali kepada kekufuran.
Kadang kadang, orang sadar akan kegiatan berdosa namun melakukan kegitan berdosa lagi.
(Srimad Bhagavatam, 6.1.10)
kvacin nivartate ‘bhadrät
kvacic carati tat punaù
präyaçcittam atho ‘pärthaà
manye kuïjara-çaucavat
Kadang kadang, orang sadar akan kegiatan berdosa namun melakukan kegitan berdosa lagi.
Dengan demikian saya mengangap proses melakukan kegiatan berdosa yang berulang ulang dan penyucian berulang ulang sebagai hal yang tidak berguna.
Ini sama halnya dengan gajah mandi (kunjara-sauca-vat).
Karena gajah membersihkan dirinya dengan mandi namun begitu selesai mandi dan kembali ke daratan.
Sang gajah akan menghamburkan lumpur pada kepala dan badannya.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT