Anis Gading: Burung Piaraan Brawijaya V

Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Anis Gading: Burung Piaraan Brawijaya V
Burung Anis Gading Atau Anis Gunung
Tahukah Sahabat Bitter ada jenis burung yang jadi teman akrab perjalanan para pendaki sejumlah gunung di Pulau Jawa?

Dialah Anis Gading atau nama latinnya Turdus Poliocephalus Stresemanni Bartels.

Burung jenis pekicau ini juga kerap disebut Jalak Gading atau Jalak Lawu.

Mengapa Lawu? 
Karena konon wilayah endemiknya ada di lereng-lereng hingga kawasan puncak gunung di perbatasan Jateng-Jatim itu.

Anis Gading merupakan salah satu dari 49 subspesies Anis Gunung atau Island Thrush (Turdus Poliocephalus).

Anis Gunung tersebar di berbagai belahan dunia, termasuk di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Pulau Kalimantan.

Kekhasan Anis Gading yang kerap mengikuti perjalanan para pendaki dalam jarak dekat ini akhirnya melahirkan mitos dan legenda yang dipercaya masyarakat.

Di Lawu, burung ini disebut piaraan Brawijaya V, raja terakhir Majapahit sebelum runtuh.

Brawijaya V adalah raja terakhir Kerajaan Majapahit versi naskah-naskah babad dan serat, yang memerintah sampai tahun 1478. 

Tokoh ini nyata dan sangat legendaris. Prabu Brawijaya sering dianggap sama dengan Bhre Kertabhumi, yaitu:
Nama yang ditemukan dalam penutupan naskah Pararaton.

Itu sebabnya, Anis Gading tidak boleh diusik karena dianggap burung keramat.

Barangsiapa yang sengaja mengganggu, melemparinya dengan batu, atau bahkan berusaha menangkapnya, bakal ditimpa musibah atau celaka sepanjang hidupnya dan mendapat kutukan langsung dari Parbu Brawijaya V.
Mantan jurnalis senior yang kini menekuni dunia batik membatik, Dedi H Purwadi, membagi ceritanya saat bertemu dan ditemani Anis Gunung ketika mendaki ke puncak Gunung Merbabu, Minggu (12/4/2015).
Dedi beserta anak dan dua teman anaknya disambangi Anis Gading ini ketika rehat di Pos IV atau Sabana 1 (2.770 mdpl) di jalur pendakian Merbabu (3.142mdpl) via Selo, Boyolali, Jateng.

Burung yang juga disebut Mountain Blackbirds itu memiliki panjang tubuh dari paruh hingga ekornya lebih kurang 20 cm.

Burung ini menurut Dedi kerap menyambangi para pendaki di jalur pendakian atau pos perhentian di bawah ketinggian 2.800 mdpl.
Mereka berani mencari remah-remah makanan dekat tenda pendaki seperti potret dari jarak kurang dari dua meter ini.

Kunci menikmati pesona burung ini adalah jangan mengejutkannya!

Dia akan terbang sebentar. Lalu kembali lagi, berjalan-jalan sambil mematuki makanan.

Saking akrab dan ramahnya di kalangan pendaki gunung, burung ini dilabeli sebagai penunjuk jalan menjelang puncak.

Dia suka melompat-lompat di sepanjang jalur pendakian, beberapa meter di depan pendaki. Di Lawu, saya lihat lebih banyak.
☆☆☆☆☆

Baca Tags Terkait:

No comments:

Post a Comment

Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.

BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT