Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Tokoh-Tokoh Sufi dan Peranannya di Jawa Barat
Sunan Gunung Djati Syarif Hidayatullah (1448M).
Sunan Gunung Djati begitulah orang menyebut tokoh ini yang bernama asli Syarif Hidayatullah. Lahir di Makkah 1448, wafat di Gunung Djati, Cirebon Jawa Barat.
Beliau banyak berjasa dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat. Dialah pendiri dinasti Raja-raja cirebon dan Banten. Sunan Gunung Djati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Dari perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang, lahirlah Raden Walang Sungsang,
Nyai Lara Santang, dan Raja Sangara. Dari Lara Santang inilah lahir Syarif Hidayatullah.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Djati mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali, (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Ia meletakkan dasar pengembangan Islam dan perdagangan orang-orang Islam di Banten tahun 1525 atau 1526.
Ketika ia kembali ke Cirebon, Banten diserahkan pada anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.
Menurut Purwaka Caruban, Nagari, Sunan Gunung Djati mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa.
Sunan Gunung Djati mendapat penghormatan dari Demak dan Pajang.
Karena kedudukannya sebagai raja dan ulama, penghormatan yang diberikan gelar Raja Pandita.
Beliau banyak berjasa dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, terutama di daerah Jawa Barat. Dialah pendiri dinasti Raja-raja cirebon dan Banten. Sunan Gunung Djati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Dari perkawinan Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang, lahirlah Raden Walang Sungsang,
Nyai Lara Santang, dan Raja Sangara. Dari Lara Santang inilah lahir Syarif Hidayatullah.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Djati mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majalengka, Kuningan, Kawali, (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
Ia meletakkan dasar pengembangan Islam dan perdagangan orang-orang Islam di Banten tahun 1525 atau 1526.
Ketika ia kembali ke Cirebon, Banten diserahkan pada anaknya, Sultan Maulana Hasanuddin yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.
Menurut Purwaka Caruban, Nagari, Sunan Gunung Djati mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa.
Sunan Gunung Djati mendapat penghormatan dari Demak dan Pajang.
Karena kedudukannya sebagai raja dan ulama, penghormatan yang diberikan gelar Raja Pandita.
Corak tasawuf yang diajarkan oleh wali songo termasuk di dalamnya sunan gunung djati adalah bercorak taasawuf sunni bukan falsafi.
Sebagaimana yang dikembangkan oleh Imam Ghozali.
Sebagaimana yang dikembangkan oleh Imam Ghozali.
Abd Muhyi Pamijahan dan pemikirannya
Abd. Muhyi Pamijahan baliau dilahirkan di Mataram, Lombok tahun 1071 H/ 1650 M dan wafat di Pamijahan Tasikmalaya Jawa Barat tahun 1151H/ 1730M.
Ayahnya, Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abd. Muhyi dibesarkan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Ayahnya, Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abd. Muhyi dibesarkan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur.
Abd. Muhyi merupakan murid terkemuka dari tokoh sufi Aceh, Abd. Rauf al-Sinkili.
Melalui usaha-usaha dari murid Abd.
Rauf al-Sinkili inilah Tarekat Syatariyah mendapatkan banyak pengikut di Jawa.
Abd. Muhyi belajar dengan Abd.Rauf al-Sinkili di Aceh sebelum berangkat menunaikan haji ke Makkah.
Dia juga diriwayatkan mengadakan perjalanan ke Bagdad untuk mengunjungi pusara `Abd. Qadir Jailani.
Setelah kembali dari haji, ia melakukan pengembaraan dari Ampel ke Jawa Barat.
Melalui usaha-usaha dari murid Abd.
Rauf al-Sinkili inilah Tarekat Syatariyah mendapatkan banyak pengikut di Jawa.
Abd. Muhyi belajar dengan Abd.Rauf al-Sinkili di Aceh sebelum berangkat menunaikan haji ke Makkah.
Dia juga diriwayatkan mengadakan perjalanan ke Bagdad untuk mengunjungi pusara `Abd. Qadir Jailani.
Setelah kembali dari haji, ia melakukan pengembaraan dari Ampel ke Jawa Barat.
Pemikiran Abd. Muhyi tentang Martabat Tujuh
Martabat yang pertama
Ahadiyat, adalah mertabat pertama Allah yang mutlak sendiri, hanya zat semata, belum disertai sifat dan ini adalah martabat yang mutlak dan tidak terjangkau atau La Ta`yun.
Uraian tentang martabat Ahadiyat ini sebenarnya kembali menggaris bawahi perbedaan antara Tuhan dan Hamba, dengan menegaskan ke-ada-an Allah yang mutlak tersembunyi dari pengetahuan siapapun.
Uraian tentang martabat Ahadiyat ini sebenarnya kembali menggaris bawahi perbedaan antara Tuhan dan Hamba, dengan menegaskan ke-ada-an Allah yang mutlak tersembunyi dari pengetahuan siapapun.
Maratabat kedua
Wahdat, adalah ketika Allah cinta keadaan dirinya sendiri.
Keadaan ini Allah mulai karsa atas segala-galanya, hingga keadaan Allah disebut isyiq atau asyiq (cinta dan pencinta).
Keadaan ini Allah mulai karsa atas segala-galanya, hingga keadaan Allah disebut isyiq atau asyiq (cinta dan pencinta).
Martabat ketiga
Wahidiyat, adalah dimana keadaan Allah diistilahan Masyuq.
Ketika Allah mulai meng-ada-kan segala-galanya, tanpa memerlukan sarana.
Allah hanya menfirmankan Kun!
Martabat Keempat
Ketika Allah mulai meng-ada-kan segala-galanya, tanpa memerlukan sarana.
Allah hanya menfirmankan Kun!
Martabat Keempat
Alam Arwah, adalah mertabat nyawa ketika belum menerima nasib dan nyawa itu masih merupakan cahaya suci yang pertama kali dijadikan kehidupan, sehingga disebut nyawa rahmani.
Martabat Kelima
Alam Mitsal, adalah tercapainya nyawa rahmani dikarrenakan mulai menerima nasib.
Karena telah dibebani ketentuan hidup dan juga karena dijadikan Allah sebagai jisim.
Maka terdapat itilah, nyawa nabati, nyawa hewani, nyawa jasmani, dan nyawa rohani.
Karena telah dibebani ketentuan hidup dan juga karena dijadikan Allah sebagai jisim.
Maka terdapat itilah, nyawa nabati, nyawa hewani, nyawa jasmani, dan nyawa rohani.
Martabat Keenam
Alam Ajsam, adalah ketika meng-ada-kan jasad halus yang diistilahkan rohaniah, yang siap untuk menangguhkan pancaindra lahir dan batin, dan juga semua hal lainnya.
Setelah rohaniyah tersebut jadi, Allah mulai menegaskan kesaksian Alastu birobbikum, (bukankah Aku Tuhanmu?).
Dan rohiyah itu tegak, mengucapkan hamdalah dan mengiyakan, bala syahidna.
Setelah rohaniyah tersebut jadi, Allah mulai menegaskan kesaksian Alastu birobbikum, (bukankah Aku Tuhanmu?).
Dan rohiyah itu tegak, mengucapkan hamdalah dan mengiyakan, bala syahidna.
Martabat Ketujuh
Alam Insan Kamil, yaitu dimana Allah maniupkan nyawa yang dinamakan roh idhafi, roh yang telah bersaksi (syahadah) kepada Allah, ke dalam jasmani Adam.
Haji Hasan Mustahfa (1268H/ 1852 M).
Haji Hasan Musthafa lahir di Cikajang, Garut, tanggal 14 Sya`ban 1268 H/ 3 Juni 1852 M. lahir dari pasangan Nyi Mas Salamah dan Mas Sastramanggala.
Dari garis keturunan Ibunya mengalair darah menak suci (Gadog) Garut, yang menurut leganda keturunan sunan Gadot atau Kian Santang, yang menyebarkan Islam di Tanah Sunda.
Dari ayahnya adalah keturunan bangsawan yaitu, keturunan Bupati Parangkanmuncang IV Tumenggung Wiratanubaya.
Dari garis keturunan Ibunya mengalair darah menak suci (Gadog) Garut, yang menurut leganda keturunan sunan Gadot atau Kian Santang, yang menyebarkan Islam di Tanah Sunda.
Dari ayahnya adalah keturunan bangsawan yaitu, keturunan Bupati Parangkanmuncang IV Tumenggung Wiratanubaya.
Guru-guru Haji Hasan Mustafa
- Kiai Hasan Basari di Kiarakoneng, Dari kakeknya ini ia mengaji alquran.
- K.F. Holle, Dari gurunya ini dia dikenalkan dasar-dasar pengetahuan Barat agar memahami pengetahuan umum.
- Syaikh Mukri, ia belajar dari gurunya ini di makkah ketika menunaikan ibadah haji dengan ayahnya.
- R. H. Yahya dan Abdul Hasan, Dari gurunya ini ia belajar nahwu-saraf.
- Syaikh Abdul Hamid Dagastani (Sarwani). Ia belajar Kitab tuhfah karya Burhanpuri. dll
Pemikiran Haji Hasan Mustafa tentang martabat tujuh
Ada dua terminologi yang mewarnai uraian Martabat Tujuh Haji Hasan Mustafa.
- Pertama, pembahasan yang berpangkal pada proses pencarian asal-usul atau jati diri manusia. Tentang eksistensi dirinya di alam maujud ini, yang di bahas dalam pemikiran tanazul.
- Kedua, adalah pembahasan tentang proses kesadaran rohani yang harus dicapai oleh manusia sebagai upaya untuk mengenal Tuhan dan mengenal dirinya dalam bentuk pengenalan diri dan rasa dekat dengan Tuhan, yang di bahas dalam pemikiran maqamat.
Abd Abd Al-Mu`thi Muhammad bin Umar bin An-Nawawi Al-Jawi dilahirkan pada tahun 1230 H/1813 M. di desa Tanara, sekarang masuk wilayah kecamatan Tirtayasa, kabupaten Serang provinsi Jawa Barat Indonesia.
Guru-guru Nawawi Al-Bantani
- K.H. Umar
- K.H. Sahal
- Syeh Khatib Sambas
- Syeh Abd Al Ghani Bima
- Syeh Yusuf Sumbulaweni
- Syeh Ahmad Nahrawi
- Syeh Abd Al Hamid Baghistani
- Syeh Ahmad Dimyati
Pemikiran Nawawi tentang Tasawuf
Pemikiran Nawawi tentang tasaswuf dapat dilacak dari karya-karyanya seperti Tanqih Al-Qaul, Mirqah Shu`ud At-Tashdiq, dan Syarh Maraqi Al-`Ubudiyah.
Ø Tarekat
Salah satu pemikiran Nawawi tentang tarekat adalah ungkapannya sebagai berikut:
- Adapun orang-orang yang mengambil tarekat,
- Jika perkataan dan perbuatannya sesuai dengan syari`at Nabi Muhammad sebagaimana ahli-ahli tarekat yang benar,
- Tarekat yang diambil maqbul,
- Jika tidak demikian, tentulah tarekat seperti yang banyak terjadi pada murid-murid Syeh Ismai Minangkabau.
- Mereka mencela dzikir Allah, dan
- Mencela orang yang tidak masuk dalam tarekat.
Ø Ghibah
Nawawi manjelaskan:
- Diharuskan melarang siapa pun melakukan ghibah malalui lisannya jika tidak memungkinkan melakukan perbuatan itu dengan tangannya.
- Jika tidak memungkinkan melakukan pelanggaran itu dan tidak memungkinkan meninggalkan tempat ghibah berlangsung, haram untuk mendengarkannya.
- Lakukan hal itu dengan cara berdzikir kepada Allah S.W.T. jika ghibah tetap saja berlangsung setelah itu, ia wajib untuk meninggalkan tempat itu.
Ø Sifat Manusia
Nawawi menjelaskan; pada diri manusia berkumpul empat macam sifat, yaitu:
- kebinatang jinakan (bahimiyyah),
- kesetanan (syaitha-niyyah), dan
- ketuhanan (rabbaniyyah).
- Binatang melambangkan syahwat, marah, mengikuti nafsu syahwat dan
- Sifat yang Maha bijaksana melambangkan akal yang terus mendorong agar menghindari tipu daya setan.
☆☆☆☆☆
Itulah tadi Sejarah yang tercatat dari beberapa orang yang diakui menjadi ulama sufi jawa barat.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT