Hay Sahabat Bitter, kali ini Bitter Coffee Park akan mengajak Kalian Ngobrol ala Obrolan Warung Kopi tentang:
Perlunya Penyegaran Pimpinan PDI Perjuangan
Apakah Megawati sepatutnya masih jadi penentu atau sebaiknya malah menjauh dari politik riil sehari-hari? Opini Aris Santoso.
Aris Santoso adalah penulis sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai editor buku paruh waktu.
Aris Santoso adalah penulis sejak lama dikenal sebagai pengamat militer, khususnya TNI AD. Kini bekerja sebagai editor buku paruh waktu.
☆☆☆☆☆
Peristiwa besar selalu menjadi momentum bagi perubahan, khususnya di tataran elite politik, baik sipil maupun militer. Seperti pengalaman PDIP sendiri, yang lahir karena adanya peristiwa besar yang didisain dari kekuatan eksternal, dalam hal ini rezim Orde Baru. Masalahnya sekarang, PDIP adalah partai yang sedang berkuasa, sehingga hampir mustahil adanya intervensi dari kekuatan di luar dirinya. Bisa jadi kekuatan yang ingin menggoyang PDIP, justru balik dilibas oleh PDIP.
Dengan kata lain, momentum itu harus dikreasi PDIP sendiri, salah satunya adalah ikhtiar penyegaran pimpinan. Ikhtiar ini perlu dilakukan agar bisa menarik dukungan dari generasi milenial, mengingat populasi generasi ini sangat besar, sehingga potensial menambah suara bagi PDIP.
Figur utama seperti Megawati, sudah terlampau senior dan sudah lama memimpin. Megawati bisa disebut masuk kategori Angkatan 1966, sebuah generasi yang di luar imajinasi generasi milenial. Salah satu sosok yang bisa diorbitkan adalah Budiman Sujatmiko, seorang aktivis dan kader militan PDIP. Tentu masih ada kader yang lain, namun Budiman memiliki nilai tersendiri, mengingat Budiman bersama organisasinya yang terdahulu (Partai Rakyat Demokratik), telah menjadi perisai saat tragedi 27 Juli berlangsung, dan hari-hari pasca-peristiwa.
Di masa lalu PDIP acapkali sekadar menjadi tempat "transit” bagi tokoh-tokoh muda, seperti Marisa Haque (pindah ke PPP), pelawak Miing (pindah ke PAN), Syaifulah Yusuf (Gus Ipul, cagub Jatim yang kalah), dan seterusnya. Mereka sudah sempat memperoleh posisi empuk sebagai anggota DPR-RI, meski belum lama bergabung, namun kemudian keluar begitu saja, seolah tanpa beban.
Sementara pada saat yang bersamaan, PDIP tidak kekurangan kader-kader yang militan dan konsisten, yang kesetiaanya pada PDIP tidak diragukan lagi, yang bersedia membangun karier sejak di tingkatan paling rendah. Termasuk setia pada pada ideologi kerakyatan, yang menjadi warna PDIP selama ini. Mereka sudah saatnya untuk diberi kesempatan tampil, memimpin partai.
☆☆☆☆☆
No comments:
Post a Comment
Obrolan yang baik bukan hanya sebuah obrolan yang mengkritik saja, tetapi juga memberi saran dan dimana saran dan kritik tersebut terulas kekurangan dan kelebihan dari saran dan kritik.
BERIKAN OPINI SAHABAT BITTER TENTANG TULISAN TERSEBUT